Ba’asyir Dinilai Tak Berpengaruh Lagi pada Aktivitas Terorisme
Abu Bakar Baásyir keluar dari LP Khusus Kelas IIA Gunung Sindur, Jawa Barat, Jumat pagi sekitar pukul 05.30 WIB. Bebasnya Baásyir dinilai tak perlu dikhawatirkan karena tak akan berpengaruh terhadap aktivitas terorisme
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bebasnya narapidana terorisme Abu Bakar Ba’asyir dinilai tidak akan berpengaruh lagi pada aktivitas terorisme di Indonesia karena konflik yang pernah dibuatnya. Alhasil, Ba’asyir tidak lagi mendapat dukungan dari pengikutnya. Meskipun demikian, kemampuannya sebagai seorang ustaz yang besar tetap akan diakui.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Rika Aprianti, Jumat (8/1/2021), mengatakan, Ba’asyir bebas murni dari Lembaga Pemasyarakatan Khusus Kelas II A Gunung Sindur, Jawa Barat, pukul 05.30 WIB.
Ba’asyir merupakan narapidana tindak pidana terorisme. Ia ditangkap di Ciamis, Jawa Barat, pada 9 Agustus 2010. Ba’asyir divonis 15 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2011. Selama menjalani masa pidana, Ba\'asyir menerima potongan hukuman sehingga pada 2021 yang bersangkutan bisa bebas murni.
Rika mengatakan, Ba’asyir dibebaskan sesuai dengan tanggal ekspirasi atau berakhirnya masa pidana. ”Ba’asyir dibebaskan setelah melewati proses administrasi dan protokol kesehatan pencegahan serta penanggulangan Covid-19. Ba’asyir telah di-rapid test antigen dan hasilnya negatif,” ujarnya.
Ia menuturkan, Ba’asyir diserahterimakan dengan pihak keluarga dan tim pengacara yang menjemput dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Perjalanan Ba’asyir menuju tempat tinggalnya di Sukoharjo, Jawa Tengah, didampingi keluarga dan tim pengacara, serta dikawal Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kegiatan pembebasan berjalan dengan aman dan lancar.
Sebelum pembebasan ini, Ba’asyir sempat akan dibebaskan oleh Presiden Joko Widodo pada Januari 2019 dengan alasan kemanusiaan. Namun, rencana tersebut dibatalkan. Melalui Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra, Presiden Jokowi menegaskan prihatin dengan keadaan Ba’asyir (Kompas, 19/1/2019).
Meskipun sudah bebas, Abu Bakar Ba’asyir dinilai tidak akan memiliki pengaruh lagi terhadap terorisme di Indonesia.
Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, meskipun sudah bebas, Ba’asyir tidak akan memiliki pengaruh lagi terhadap terorisme di Indonesia.
”Tidak perlu dikhawatirkan lagi karena dia sebagai ulama radikal tetap akan memiliki pikiran radikal, tetapi selama pikiran radikal itu tidak ada pelaksananya di lapangan, maka pikiran radikal itu tidak akan berpengaruh,” kata Chaidar.
Menurut Chaidar, pengikutnya di Jemaah Islamiyah (JI) tidak bisa mendorongnya untuk kembali karena ada perpecahan yang cukup serius. Perpecahan tersebut membuat pengikutnya di JI, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), dan Jamaah Ansharusy Syariah (JAS) sudah tidak akan mendukungnya lagi.
Ia mengungkapkan, dalam pembebasan tersebut Ba’asyir hanya disambut oleh JAS. Penyambutan itu hanya karena alasan kemanusiaan sebab Ba’asyir sudah tua.
Menurut Chaidar, Ba’asyir kemungkinan juga tidak akan bergabung dengan kelompok militan Islam lainnya yang saat ini gencar melakukan aksi terorisme, seperti Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Sebab, MIT sudah bergabung dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
”Ba’asyir sudah keluar dari ISIS (NIIS), maka tidak mungkin lagi untuk bisa bersatu,” ujarnya.
Chaidar menjelaskan, Ba’asyir pernah bertemu dengan pendiri Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Ustaz Aman Abdurrahman. Ketika itu, ia sangat berpengaruh, tetapi justru bergabung dengan JAD yang mendukung NIIS. Padahal, Ba’asyir selama ini merupakan pemimpin yang memiliki koneksi dengan Al Qaeda.
Ba’asyir kemungkinan juga tidak akan bergabung dengan kelompok militan Islam lainnya yang saat ini gencar melakukan aksi terorisme, seperti Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Situasi tersebut membuat Al Qaeda tidak setuju dan marah sehingga Ba’asyir dipecat. Pengikut Ba’asyir yang dahulu mendukungnya dan setia membelanya pada akhirnya masuk NIIS. Mereka membelot dan menarik diri untuk mendirikan JAS. Meskipun pada akhirnya Ba’asyir keluar dari JAD, konflik tersebut sudah terjadi.
”Perpecahan itu sudah tidak bisa ditambal dan disatukan lagi karena sangat membekas. Konflik itu membuat Ba’asyir sudah tidak diperhitungkan lagi,” kata Chaidar.
Menurut Chaidar, Ba’asyir hanya akan menjadi ustaz biasa dengan radikal dalam pikiran, tetapi tidak bisa lagi dalam tindakan. Meskipun demikian, kemampuan keulamaannya masih tetap diakui.