Parpol Klaim Menang, Pengamat Politik: Kemenangan Kader Murni Lebih Bermakna
Partai politik mulai mengklaim kemenangan di berbagai daerah di Pilkada 2020. Namun, kemenangan kader murni dinilai akan sangat menentukan daripada parpol yang hanya ikut mengusung atau memenangkan kader partai lain.
Oleh
RINI KUSTIASIH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai politik mulai mengklaim kemenangan calon kepala daerah yang diusungnya dalam Pilkada 2020. Klaim-klaim kemenangan ini dinilai sebagai salah satu strategi parpol untuk menaikkan moralitas kader dan internal partai pascakontestasi yang ketat di daerah. Terlepas dari klaim itu, kemenangan kader murni partai politik dinilai menentukan untuk landasan menuju kontestasi di Pemilu 2024.
Pilkada 2020 berlangsung di 270 daerah pada 9 Desember. Saat ini, pilkada memasuki tahapan rekapitulasi perolehan suara di tingkat kabupaten/kota.
Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani saat dihubungi, Selasa (15/12/2020), mengatakan, partainya berhasil melampaui target kemenangan yang dicanangkan sebelumnya. ”Demokrat awalnya menargetkan kemenangan sekitar 30 persen. Namun, hasil capaian Pilkada 2020 menunjukkan Partai Demokrat meraih kemenangan 50 persen,” katanya.
Dari total 249 pilkada yang diikuti Demokrat, partai itu mengklaim kemenangan di 124 kabupaten/kota serta lima kemenangan pilkada provinsi. Dengan demikian, Demokrat menglaim kemenangan atas sedikitnya 129 pilkada dari 249 pilkada yang diikutinya.
”Ada beberapa daerah yang masih ketat, seperti Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Kami optimistis daerah itu juga akan kami menangkan. Di Kalsel, ada Prof Deny (Denny Indrayana) yang bersaing ketat dengan petahana. Sementara di Kalteng, ada Ben Brahim S Bahat yang berpasangan dengan Ujang Iskandar. Ujang adalah kader Demokrat,” kata Kamhar.
Selain melampaui target awal, Partai Demokrat juga mengklaim raihan Pilkada 2020 ini lebih baik daripada hasil tahun 2015. Pada 2015, sebanyak 40 persen kader asli Demokrat terpilih di pilkada. Sementara itu, pada 2020, kata dia, ada 56 persen dari kemenangan yang diraih demokrat itu disumbang oleh kader asli partai. Sisanya, Demokrat hanya menjadi pengusung calon dari kader partai lain.
Kamhar mengatakan, capaian ini menggembirakan bagi Partai Demokrat karena persentase kemenangan kader yang tinggi. Hal ini dianggap sebagai kemenangan substantif karena mereka kader internal partai, yang tentunya akan memberikan dampak secara langsung bagi partai.
”Terutama ini akan banyak berdampak pada kontestasi pilpres dan pileg pada 2024. Kami menganut paham triple sukses, yakni sukses pilkada, pileg, dan pilres. Satu sama lain akan memberi kesuksesan. Raihan ini akan memberikan kontribusi yang berarti pada kesesuksesan pileg dan pilpres,” ujarnya.
Klaim kemenangan juga disampaikan Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani. Hingga 11 Desember, PPP mengklaim 94 pilkada yang dimenangkan paslon di mana PPP menjadi menjadi pengusung dan 29 daerah di mana PPP menjadi pendukung paslon. Total PPP mengklaim berhasil ikut memenangkan paslon dalam pilkada di 123 daerah.
”Jumlah itu masih akan bertambah karena PPP belum memasukkan hasil pilkada dari beberapa daerah di sejumlah provinsi, yakni Papua, Papua Barat, NTT, dan Sulawesi Tenggara. Di daerah-daerah ini, proses perhitungannya masih berlangsung dan kalaupun ada hasil hitung cepat kami nilai belum bisa dipergunakan untuk memproyeksikan menang-kalahnya paslon,” kata Arsul.
Dari 222 pilkada yang diikuti oleh PPP, baik sebagai pengusung maupun pendukung, telah ada perkiraan kemenangan di 123 daerah. Oleh karena itu, persentase kemenangan PPP mencapai 55,5 persen. ”Dilihat dari target pemenangan pilkada PPP yang 60 persen, capaian pilkada PPP ini telah mendekati target,” ujarnya.
Adapun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sementara ini baru mengklaim sejumlah kemenangan di berbagai daerah yang terpisah. Dalam keterangannya, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengklaim kemenangan PDI-P di 5 pilkada di Sultra, 16 pilkada di Sumatera Utara, 4 pilkada di Sumatera Barat, 11 pilkada di Jawa Timur, 17 pilkada di Jawa Tengah, 2 pilkada di DI Yogyakarta, 5 pilkada di Bali, 7 pilkada di Sulawesi Utara, dan 8 pilkada di Papua serta Papua Barat.
Total, ada 71 pilkada yang diklaim kemenangannya dan sebagian besar dari kemenangan itu adalah murni diraih oleh kader PDI-P. Hasto mengatakan, raihan sementara yang dipantau PDI-P itu sebagian besar ialah kader murni PDI-P. Sebagai contohnya, untuk wilayah Papua dan Papua Barat, dari 8 pilkada yang dimenangi oleh PDI-P semua calonnya adalah kader murni PDI-P.
Demikian halnya pada Pilkada Sulut, ketujuh calon yang diklaim memenangi pilkada adalah kader murni. Kemenangan kader murni, antara lain, juga diraih dalam Pilkada Bali, Jateng, Yogyakarta, dan Sumut.
”Sebagaimana di wilayah lainnya, PDI-P sebagian besar mengusung kader di Pilkada Papua dan Papua Barat. PDI-P menyadari sepenuhnya situasi di Papua yang membutuhkan kepemimpinan berkualitas. Bisa menjalankan pemerintahan berkualitas dengan komitmen prorakyat serta nasionalisme yang tinggi,” katanya.
Hasto mengatakan, PDI-P menjalankan perekrutan calon kepala daerah dan membekali mereka dengan tata kelola pemerintahan baik melalui sekolah partai. Menurut dia, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri selalu menegaskan bahwa PDI Perjuangan melihat setiap individu rakyat Indonesia yang menjadi calon pemimpin berdasarkan komitmen dan kemampuannya dalam menjalankan pemerintahan prorakyat.
”Karena setiap orang tak bisa memilih dia dilahirkan sebagai suku atau agama apa. Ketika api semangat nasionalismenya begitu kuat yang diwujudkan dalam komitmen serta visi pembangunannya, calon pemimpin demikian berhak untuk menjadi calon pemimpin daerah ataupun nasional,” ujarnya.
Peran kader krusial
Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan, klaim-klaim kemenangan itu penting bagi parpol dalam kontestasi elektoral. Hal itu akan menunjukkan partai maksimal bekerja dan bahwa kader mereka yang diajukan di dalam pilkada mendapatkan dukungan dari masyarakat.
”Klaim-klaim itu upaya menunjukkan kalau partai dan kadernya sudah bekerja. Namun, harus pula ditelisik lebih dalam apakah yang memperoleh kemenangan itu benar kader mereka. Sebab, acap kali parpol hanya mengklaim kemenangan, sementara calon kepala daerah yang diusung sesungguhnya adalah kader partai lain. Sementara parpol mereka hanya jadi pengusung atau pendukung,” papar Adi.
Kemenangan kader murni akan sangat menentukan daripada parpol yang hanya ikut mengusung atau memenangkan kader partai lain. Bagaimana pun, kata dia, ketika kader parpol itu duduk menjadi kepala daerah, mereka yang akan menentukan kemenangan partai di dalam kontestasi di pileg maupun pilpres.
”Dalam pilpres dan pileg, salah satu ujung tombak elektoralnya ialah kepala daerah. Karena itu, dalam perhelatan pilkada ini bukan hanya memenangkan kemenangan di daerah itu saja, melainkan juga untuk menyasar tujuan berikutnya di pemilu,” ucapnya.
Pilkada 2020 ini pun, lanjut Adi, merupakan fondasi awal untuk menuju pemilu, empat tahun lagi. Mesin partai dipanaskan sebagai ujian awal untuk Pemilu 2024.