Presiden: Tak Ada Tempat di Tanah Air bagi Terorisme
Setelah aksi teroris yang menelan korban jiwa di Sigi, Sulawesi Tengah, Presiden Joko Widodo menginstruksikan Kapolri mengusut tuntas jaringan pelaku teror. Hingga kini TNI/Polri masih mengejar pelaku.
Oleh
FX LAKSANA AS/NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR/DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo berjanji membongkar jaringan teroris di Indonesia sampai ke akar-akarnya. Untuk itu, Presiden telah menginstruksikan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Idham Azis dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Hal ini disampaikan Presiden dalam keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/11/020), atau tiga hari setelah aksi terorisme yang terjadi di Desa Lembantongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (27/11/2020). Dalam peristiwa itu, kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) disebut sebagai pelaku pembunuhan terhadap empat warga setempat serta pembakaran sejumlah rumah warga dan satu tempat ibadah.
”Saya sudah perintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas jaringan-jaringan pelaku dan membongkar jaringan itu sampai ke akar-akarnya. Saya juga telah perintahkan Kapolri dan Panglima TNI meningkatkan kewaspadaan. Sekali lagi, saya tegaskan, tidak ada tempat di Tanah Air kita ini bagi terorisme,” kata Presiden dalam keterangan pers berdurasi kurang dari dua menit.
Presiden dalam kesempatan itu juga mengutuk keras tindakan di luar batas kemanusiaan dan tidak beradab yang menyebabkan empat warga tewas tersebut. Tindakan biadab itu, menurut Presiden, jelas bertujuan menciptakan provokasi dan teror di tengah masyarakat guna merusak persatuan dan kerukunan masyarakat Indonesia.
”Saya menyampaikan dukacita yang mendalam kepada keluarga korban. Ini adalah tragedi kemanusiaan dan pemerintah akan memberikan santunan kepada mereka yang ditinggalkan,” kata Presiden.
Terakhir, Presiden meminta masyarakat di seluruh penjuru Tanah Air agar tetap tenang dan menjaga persatuan sekaligus tetap waspada. ”Kita semua harus bersatu melawan terorisme,” kata Presiden.
Perburuan pelaku
Secara terpisah, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Awi Setiyono mengatakan, saat ini Satuan Tugas Tinombala yang didukung Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, dan TNI masih mengejar para pelaku. Pengejaran difokuskan di sekitar kawasan pegunungan Lembantongoa, Kabupaten Sigi.
Pengejaran difokuskan di kawasan tersebut karena selama ini kelompok MIT bergerak di sekitar pegunungan yang merupakan kawasan hutan di Kabupaten Sigi, Kabupaten Parigi Moutong, hingga Kabupaten Poso.
”Kita tahu kejadian memilukan kemarin menjadi perhatian serius pemerintah dan kita doakan tim di sana untuk segera menangkap Ali Kalora cs untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” kata Awi.
Tantangan terberat yang dihadapi tim dalam mengejar para pelaku adalah kondisi hutan belantara dengan cakupan wilayah yang luas yang ketinggiannya di atas 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Pasca-teror di Sigi, Awi melanjutkan, 49 keluarga mengungsi di balai desa Lembantongoa. Polda Sulteng telah mendistribusikan bantuan kebutuhan pokok yang berasal dari sumbangan masyarakat dan dari Polda Sulteng untuk para pengungsi. Selain itu, kepolisian juga melakukan penyembuhan pasca-insiden tersebut (trauma healing). ”Karena kita tahu para korban menyaksikan langsung kekejian tersebut,” ujar Awi.
Di lokasi pengungsian dan tempat kejadian perkara (TKP), kepolisian menempatkan 1 peleton pasukan Brimob dan 20 aparat gabungan anggota reserse dan anggota intelijen Polda Sulteng dan Polres Sigi.
Sebelumnya, Awi mengatakan, tiga di antara pelaku teror di Sigi merupakan bagian dari kelompok teroris MIT di bawah pimpinan Ali Ahmad atau Ali Kalora. Ini berdasarkan penuturan sejumlah saksi di lokasi kejadian.
Pasukan khusus
Hadi Tjahjanto seusai rapat membahas tragedi di Sigi dengan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD beserta jajaran pejabat Polri, Badan Intelijen Negara, dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Senin siang, mengatakan, pasukan khusus TNI akan diberangkatkan ke Poso, Sulawesi Tengah, besok (1/12/2020). Pasukan khusus akan memperkuat pasukan TNI yang sudah ada di Poso.
”Dukungan untuk operasi itu sudah kami kirim secara bertahap. Dengan demikian, saya yakin, kelompok MIT yang melakukan kejahatan atas penduduk yang tak berdosa bisa segera tertangkap,” ujarnya.
Adapun Mahfud MD kembali menyampaikan sikap pemerintah atas tragedi di Sigi. ”Pemerintah menyesalkan dan mengutuk keras tindakan teror, kekerasan, dan kekejian yang dilakukan kelompok teroris MIT dalam hal ini kelompok Ali Kalora. Itu bukan gerakan keagamaan, tetapi kejahatan. Pemerintah sekali lagi menyampaikan duka yang mendalam. Pemerintah telah bertemu dengan keluarga korban dan juga pemerintah sudah mengambil langkah-langkah trauma healing,” ujarnya.
Pemerintah, Mahfud melanjutkan, telah memerintahkan aparat keamanan melalui Satgas Tinombala untuk mengejar dan mengepung para pelaku. Dengan demikian, proses hukum yang tegas terhadap para pelaku bisa segera dilakukan.
Pemerintah juga telah memerintahkan aparat keamanan untuk memperkuat serta memperketat penjagaan dan pengamanan terhadap warga dari ancaman terorisme dan pihak-pihak yang hendak mengoyak keamanan dan ketertiban.
”Pemerintah menjamin keamanan warga di seluruh Indonesia termasuk di Sigi, terutama setelah kejadian tindakan teror dan kekerasan di wilayah itu. Pemerintah mengimbau kepada seluruh warga, khususnya masyarakat Sigi, agar tidak terpancing oleh upaya-upaya provokasi yang dilakukan pihak-pihak tertentu,” tambahnya.
Mahfud menegaskan, kejadian di Sigi bukanlah perang suku, apalagi perang agama. ”Peristiwa itu dilakukan kelompok MIT yang dipimpin Ali Kalora yang tak bisa disebut mewakili agama tertentu. Ini sebenarnya upaya pihak-pihak tertentu untuk meneror, menciptakan situasi tidak kondusif dengan tujuan menciptakan kekacauan yang bisa mengoyak persatuan dan memecah belah bangsa,” ujarnya.
Untuk menjaga kondisi di Sigi kembali damai, pemerintah berharap tokoh agama turut berperan serta. ”Sebarluaskan pesan-pesan damai kepada masyarakat karena sejatinya agama apa pun hadir di dunia untuk membangun perdamaian dan persaudaraan,” tambah Mahfud MD.