Satgas Tinombala Buru Jaringan MIT Pembunuh Empat Warga Sigi
Kepolisian akan menjamin keamanan warga yang mengungsi setelah pembunuhan empat warga Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah oleh kelompok teroris. Tim gabungan sedang mengejar terduga pembunuh warga itu.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Aparat keamanan yang tergabung dalam Satuan Tugas Operasi Tinombala kini tengah mengejar pembunuh empat warga Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, yang diduga berasal dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur atau MIT. Kepolisian memastikan akan melindungi warga yang mengungsi karena takut.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Raden Prabowo Argo Yuwono, Sabtu (28/11/2020), mengatakan, saat ini aparat keamanan tengah mengejar terduga pelaku pembunuhan. Mengenai adanya warga yang mengungsi karena takut, aparat keamanan menjamin akan melindungi masyarakat.
"Saat ini Satgas Tinombala yang melakukan pencarian terhadap pelaku. Semua (masyarakat) diberikan pengamanan oleh Kepolisian," kata Argo.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Awi Setiyono menambahkan, pembunuhan dan penganiayaan warga Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Sigi itu dilakukan Kelompok MIT pimpinan Ali Kalora. Kejadian itu terjadi pada Jumat (27/11) sekitar pukul 10.30 WITA.
Pada saat itu, anggota Kepolisian Sektor Palolo menerima informasi dari masyarakat bahwa ada salah satu warga Dusun 5 Lewonu yang dipenggal kepalanya dan beberapa rumah dibakar orang tidak dikenal. Kemudian anggota Polsek Palolo dipimpin Kapolsek Palolo sampai di tempat kejadian perkara (TKP) sekitar pukul 13.00 WITA. Di sana, aparat menemukan empat mayat dan tujuh rumah warga dalam kondisi terbakar.
Olah TKP dilakukan Kepolisian Resor (Polres) Sigi pukul 18.00-23.00 WITA dengan melibatkan tim gabungan Polres Sigi dan tim Inafis Polda Sulawesi Tengah. Dari lima saksi yang diminta keterangan disebutkan bahwa pelaku kurang lebih 10 orang dengan tiga orang di antaranya membawa senjata api berupa sebuah senjata api laras panjang dan dua senjata api genggam.
"Saksi setelah diperlihatkan DPO (daftar pencarian orang) teroris MIT, meyakini bahwa identitas 3 orang OTK tersebut adalah teroris dari kelompok Ali Ahmad atau Ali Kalora dan kawan-kawan," kata Awi.
Menurut Awi, saat ini sudah ada bantuan aparat keamanan kurang lebih 100 orang pasukan dari Satuan Tugas Tinombala, Brimob Sulteng, dan TNI, untuk mengejar kelompok Ali Kalora tersebut.
Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail berpandangan, praktik kekerasan yang dilakukan kelompok MIT tersebut sudah beberapa kali dilakukan. Biasanya, aksi teror tersebut dilakukan sebagai pernyataan bahwa kelompok mereka masih eksis.
Terkait dengan pembakaran rumah ibadah, menurut Noor Huda, bisa jadi kelompok itu ingin menghidupkan sentimen masa lalu berupa konflik sektarian. Pembakaran itu menjadi penyulut sentimen yang dapat memantik konflik. Untuk mencegah hal itu, menurut Noor Huda, para pemuka agama diharapkan agar turut waspada dan bergandengan tangan untuk tetap menjaga perdamaian.
"Kelompok MIT ini bisa bertahan lama karena ada pendukung yang kita tidak tahu siapa. Kelompok ini anggotanya berasal dari beberapa daerah, ada yang dari Ambon, ada yang dari Bima. Mereka punya jaringan yang meski tidak pernah bertemu langsung tapi mendukung," kata Noor Huda.
Ketua Umum Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia Gomar Gultom menyatakan keprihatinannya atas peristiwa kekerasan yang terjadi di Dusun Lewonu, Desa Lembantongoa, Sulawesi Tengah. Dari informasi yang diterima, empat warga dibunuh secara sadis dan rumah ibadah Bala Keselamatan beserta enam rumah lain telah dibakar.
"Saya sangat memohon agar aparat keamanan menuntaskan sisa-sisa kombatan teroris agar masyarakat bebas dari ancaman teror, khususnya di sekitar Poso dan Sigi. Kehadiran negara diperlukan di seluruh pelosok negeri untuk memulihkan rasa aman dalam diri masyarakat," kata Gomar.