PKS menjanjikan kejutan saat Munas V PKS di Bandung, 26-29 November mendatang. Mulai dari masuknya figur muda dari luar partai dalam kepengurusan PKS 2020-2025 hingga pengenalan logo baru PKS yang lebih milenial.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Keadilan Sejahtera atau PKS akan menggelar Musyawarah Nasional V PKS pada 26-29 November 2020 di Bandung, Jawa Barat. Di gelaran acara tersebut, PKS menjanjikan kejutan. Mulai dari masuknya figur muda dari luar partai dalam kepengurusan hingga pengenalan logo baru PKS. Sejumlah langkah tersebut ditempuh oleh partai untuk memikat lebih banyak pemilih di pemilu selanjutnya.
Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR Mulyanto, saat dihubungi, Selasa (24/11/2020), mengatakan, salah satu kejutan itu adalah masuknya figur muda dari luar partai, yaitu Gamal Albinsaid, dalam kepengurusan PKS periode 2020-2025.
Saat Pemilu Presiden 2019, dokter dan wirausaha sosial berusia 31 tahun itu merupakan salah satu juru bicara Badan Pemenangan Nasional untuk calon presiden-wakil presiden, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Menjelang Pemilihan Kepala Daerah Surabaya 2020, ia pun sempat menyatakan keinginannya maju menjadi calon wali kota. Namun, niat ini kandas karena partai politik pemilik tiket pencalonan tak memilihnya.
Selain Gamal, menurut Mulyanto, kepengurusan baru PKS di bawah kepemimpinan Presiden PKS yang baru, Ahmad Syaikhu, akan didominasi oleh kalangan milenial. ”Suasana milenial mewarnai tampilan PKS kali ini, termasuk kepengurusan barunya,” katanya.
Tak hanya itu, dalam gelaran Munas V PKS, menurut Mulyanto, juga ada rencana logo PKS akan diubah. Melalui munas, logo baru akan diperkenalkan kepada seluruh kader PKS sekaligus publik. ”Rencana perubahan logo yang lebih milenial,” ujarnya.
Dengan perubahan logo dan kepengurusan PKS didominasi milenial, Mulyanto mengatakan, PKS bakal semakin terbuka. ”Semakin terbuka, semakin ke tengah, sehingga harapannya semakin diterima oleh masyarakat luas, bukan hanya fenomena orang kota-terdidik,” katanya.
Mengenai dominannya milenial di kepengurusan PKS yang baru, politisi PKS yang juga Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PKS, Nasir Djamil, membenarkannya. Tak hanya milenial, banyak wajah baru juga masuk di kepengurusan.
”Setahu saya, kepengurusan PKS kali ini didominasi wajah baru dan relatif muda,” ucapnya melalui pesan singkat ke Kompas.
Akan adanya kejutan saat Munas V PKS pertama kali disampaikan oleh Sekjen PKS Aboe Bakar Al Habsy saat jumpa pers di kantor DPP PKS, Jakarta, Senin (23/11/2020). Ia menyebutkan, akan banyak kejutan, di antaranya nama-nama baru dalam kepengurusan PKS periode 2020-2025. Namun, ia tak menyebutkan nama-nama tersebut.
Tema yang diangkat dalam munas adalah ”Bersama Melayani Rakyat”. ”Kita ingin semakin dekat dengan rakyat dan semakin hangat dengan rakyat serta ingin berkolaborasi dan bekerja sama dengan seluruh komponen umat dan bangsa,” ungkap Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR ini.
Ada empat agenda utama dalam munas. Pertama, penyampaian dan sosialisasi kebijakan strategis partai. Kedua, arahan Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al Jufri.
”Selanjutnya yang ditunggu adalah pengumuman dan pelantikan Kepengurusan PKS 2020-2025 dan ditutup dengan pidato politik Presiden PKS Ahmad Syaikhu,” tambah Aboe.
Puncak Munas V PKS akan digelar pada 29 November 2020. Namun, peserta akan datang mulai 26 November 2020. Setiap peserta dan panitia yang datang, wajib menjalani tes PCR dan karantina mandiri sembari menunggu hasil tes.
”Kenapa antara puncak acara dan awal acara jaraknya panjang karena kami menerapkan protokol Covid-19 yang sangat ketat. Harus ada tes PCR untuk seluruh panitia dan peserta, ada masa karantina sambil menunggu hasilnya, sehingga ini memerlukan waktu tersendiri,” ujar Aboe Bakar Alhabsy.
Selain itu, karena munas digelar di tengah pandemi Covid-19, acara juga akan dikombinasikan antara dalam jaringan (online) dan luar jaringan (offline). Untuk acara di luar jaringan hanya dihadiri oleh peserta yang sangat terbatas, yaitu anggota Majelis Syuro, para ketua bidang/badan DPP, Ketua Komisi MPP dan DSP, serta Ketua Fraksi PKS DPR dan MPR juga para ketua umum DPW PKS.
”Hal ini dilakukan sekali lagi dengan protokol Covid-19 yang sangat ketat,” ujarnya.
Memilih isu alternatif
Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, berpandangan, PKS mulai memahami perubahan zaman sehingga memilih untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan perilaku pemilih.
”Memang dalam banyak perubahan butuh sentuhan-sentuhan inovatif sehingga mereka juga bisa berkompetisi di level pemilih yang cenderung memiliki perilaku yang berbeda ini. Jadi, ini bagian dari keinginan PKS menjadi partai yang lebih terbuka, lebih ke tengah, dan lebih kompetitif, di tengah potret pemilih yang sudah mulai berubah,” ujar Adi.
Adi menyebut, perilaku pemilih saat ini sedikit berbeda. Apalagi, segmentasi jumlah pemilih di bawah 40 tahun hampir 50 persen. Milenial cenderung berbasiskan argumentasi rasional dalam preferensi politiknya.
”Jadi, positioning dan strategi politik harus mulai berubah,” katanya.
Selain itu, menurut Adi, perubahan di PKS diharapkan tak sebatas logo dan platform. Namun, PKS juga harus mulai memikirkan skenario alternatif yang relatif bisa memancing perhatian kelompok milenial. Isu yang diperjuangkan harus menyentuh persoalan-persoalan riil yang memang dibutuhkan masyarakat dan kelompok milenial. Dengan begitu, mereka tertarik bergabung menjadi simpatisan dan loyalis PKS.
”Spirit keagamaan yang selama ini dikonotasikan tertutup, mestinya harus mulai sedikit agak ke tengah. Isunya tak lagi berkaitan dengan Islamisme, keagamaan. Jadi memang isunya agak lebih plural yang bisa menjangkau kelompok-kelompok pemilih pendatang baru, milenial ini. Termasuk juga kelompok-kelompok minoritas, yang selama ini melihat PKS agak sedikit berjarak karena isunya sangat islamis,” ucap Adi.
Pada Pemilu 2019, PKS dipilih 11.493.663 pemilih. Jumlah dukungan sebesar itu menempatkan PKS pada urutan ke-6, di bawah rivalnya, Partai Nasdem, PKB, Golkar, Gerindra, dan PDI-P. Namun, dibandingkan dengan capaian partai ini pada Pemilu 2014, terjadi tambahan dukungan sangat signifikan, yaitu sebesar 3.013.459 suara atau 35,5 persen.
Proporsi itu jauh lebih besar dari yang diperoleh oleh Partai Gerindra, partai politik yang juga mendapatkan proporsi lonjakan suara besar (19,2 persen). Proporsi tambahan suara PKS juga masih jauh di atas proporsi tambahan suara yang diperoleh pemenang pemilu, PDI-P (14,2 persen).