Jalan Pengabdian Muhammadiyah
Hari Rabu, 18 November 2020, Muhammadiyah tepat berusia 108 tahun. Selama itu pula persyarikatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan meniti jalan pengabdian bagi umat, bangsa, dan negara
Rabu, 18 November 2020 ini, tepat 108 tahun Muhammadiyah. Selama itu pula persyarikatan meniti jalan panjang pengabdiannya sejak didirikan KH Ahmad Dahlan untuk menjawab tantangan zaman dan tawarkan solusi persoalan umat, bangsa, dan negara.
Sejumlah ulama dan santri berkumpul di Masjid Taqwa, Suronatan, sekitar 1,5 kilometer dari Istana Kepresidenan Yogyakarta pada 23 Juli 1947 silam. Tak hanya shalat malam dan iktikaf, pada malam yang bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1367 Hijriah itu mereka juga menyusun strategi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang belum genap dua tahun diraih.
Penyerangan pasukan Belanda ke sejumlah daerah di Jawa dan Sumatera yang kemudian dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I menjadi sebab para ulama itu berkumpul di salah satu masjid di jantung Ibu Kota Negara RI. Ki Bagus Hadikusumo, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah kala itu, memimpin langsung pertemuan yang digelar dua hari setelah dimulainya Agresi Militer Belanda I.
Melalui buku Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, sejarawan Ahmad Adaby Darban menceritakan, pertemuan dihadiri para ulama Muhammadiyah, seperti KH Ahmad Badawi, KH Machfud Siraj, KH Daim, KH Abdullah, KH Amien Bachrun, dan KH Muhammad Sarbini. Para ulama itu bersepakat untuk membentuk Markas Ulama Angkatan Perang Sabil (Laskar APS) demi membantu pemerintah berperang melawan musuh yang kembali mengancam kedaulatan Negara Kesatuan RI.
Saat Belanda melancarkan Agresi Militer II ke Yogyakarta pada 19 Desember 1948, APS bersama TKR dan laskar rakyat lainnya bertempur mempertahankan Yogyakarta. Tercatat, lima anggota APS gugur di medan pertempuran.
Bekali-kali Laskar APS terlibat dalam pertempuran untuk mempertahankan Yogyakarta yang kala itu masih menjadi ibu kota negara RI. Ketika Belanda berhasil menduduki Bantul, misalnya, pasukan APS terus bergerilya hingga berhasil mengusir pasukan Belanda dari Bantul. Bukan hanya itu pada 8 Januari 1949, APS bersama-sama dengan TKR di bawah komando Kolonel Suhud mengadakan penyerbuan ke Kota Yogyakarta. Tujuannya untuk mengacaukan kedudukan Belanda di dalam kota.
Baca Juga: Muhammadiyah, Keragaman dan Nasionalisme
Sepak terjang APS dalam melakukan perlawanan, cukup membuat Belanda geram. Bekali-kali Markas APS diserang pasukan Belanda hingga terpaksa berpindah-pindah. Di bawah arahan Ki Bagus Hadikusumo, APS terus berjuang mempertahankan kedaulatan bangsa. Hingga akhirnya Belanda menyetujui pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta pada 24 Juni 1949 dan pasukan Belanda ditarik mundur dari ibu kota negara pada 1 Juli 1949.
Semangat Muhammadiyah membantu negara dari serangan ”musuh” masih terus terjaga. Selang 73 tahun kemudian, saat negara harus menghadapi musuh berupa pandemi Covid-19, Muhammadiyah menyerukan perang melawan penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu.
Perang melawan Covid-19
Semangat Muhammadiyah membantu negara dari serangan ”musuh” masih terus terjaga. Selang 73 tahun kemudian, saat negara harus menghadapi musuh berupa pandemi Covid-19, Muhammadiyah menyerukan perang melawan penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu.
Beberapa jam setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus positif Covid-19 pertama pada 2 Maret lalu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir langsung menyampaikan kesiapan Muhammadiyah membantu pemerintah dengan menyiapkan 15 rumah sakit. Tiga hari kemudian, persyarikatan yang lahir pada 18 November 1912 itu membentuk tim khusus penanggulangan Covid-19 bernama MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center). Tugasnya melakukan pengobatan, mitigasi, sekaligus menangani berbagai dampak sosial-ekonomi Covid-19.
Hingga Senin (16/10/2020), setidaknya sudah 82 rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah di 13 provinsi yang melayani pasien Covid-19. Sebanyak 4.780 pasien terkonfirmasi positif Covid-19, 4.450 pasien suspek, 3.397 pasien dalam pengawasan, dan 3.813 orang dalam pengawasan ditangani rumah sakit Muhammadiyah-Aisyiyah.
Upaya pencegahan melalui penyemprotan disinfektan juga dilakukan di 49.211 titik di berbagai pelosok Tanah Air. Pembagian masker, cairan pembersih tangan, serta sosialisasi dan edukasi untuk masyarakat juga dilakukan.
Dampak pandemi pun tak luput jadi perhatian. Bantuan berupa makanan siap saji, beras, telur, vitamin, hingga bantuan dana tunai juga diberikan kepada masyarakat terdampak Covid-19. Tak lupa subsidi pulsa dan potongan biaya kuliah mahasiswa yang terpaksa melakukan pembelajaran jarak jauh juga diberikan.
Untuk itu semua, Muhammadiyah telah mengeluarkan dana hingga Rp 307,48 miliar. ”Sumber dana berasal dari dana yang dihimpun oleh Lazizmu dan mitra pendukung program dari instansi swasta maupun pemerintah,” kata Sekretaris MCCC Arif Nur Kholis.
Demi memenangi peperangan melawan Covid-19, Muhammadiyah sampai membuat sejumlah pedoman praktis ritual keagamaan di kala pandemi. Tak hanya shalat wajib, shalat sunnah yang biasanya dilakukan secara berjamaah dalam jumlah banyak, seperti shalat Tarawih, shalat Idul Fitri, dan shalat Idul Adha, juga diarahkan agar dilakukan di rumah.
Tak jarang umat, bahkan warga Muhammadiyah sendiri, mempertanyakan. Tetapi, demi mencegah kerugian dan bahaya yang lebih besar, Muhammadiyah tetap meminta umat untuk patuh, beribadah di rumah saja atau dengan protokol kesehatan yang ketat.
Tentu bukan perkara mudah untuk meyakinkan umat melakukan ritual ibadah yang tak biasa. Meski sebenarnya pedoman beribadah itu dibuat setelah melalui kajian mendalam oleh Majelis Tarjih, tak jarang umat, bahkan warga Muhammadiyah sendiri, mempertanyakan. Tetapi, demi mencegah kerugian dan bahaya yang lebih besar, Muhammadiyah tetap meminta umat untuk patuh, beribadah di rumah saja atau dengan protokol kesehatan yang ketat.
Para petinggi Muhammadiyah pun pasang badan saat musim mudik Lebaran tiba. Berbagai bentuk imbauan agar masyarakat menunda mudik terus disuarakan. Bahkan, saat pemerintah menyampaikan bahwa mudik tidak dilarang, Muhammadiyah tetap konsisten menyuarakan imbauan untuk tidak mudik demi memutus mata rantai Covid-19.
Begitu pula saat pemerintah memutuskan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan melontarkan tatanan normal baru, Muhammadiyah tetap konsisten menyuarakan perang melawan Covid-19. Persyarikatan itu sampai memutuskan menunda Muktamar ke-48 yang sudah sejak lama dirancang digelar pada Juli 2020. Awalnya diputuskan Muktamar digelar pada Desember 2020, tetapi kemudian ditunda lagi hingga tahun 2022. Keputusan itu diambil lantaran Muhammadiyah memandang keselamatan umat di atas segalanya.
Beri solusi
Muhammadiyah memang didirikan KH Ahmad Dahlan untuk menjawab tantangan zaman, menawarkan solusi bagi persoalan keumatan dan kebangsaan. Keterbelakangan pendidikan pada masa penjajahan Belanda, dijawab dengan mendirikan sekolah-sekolah Islam modern. Begitu pula kesulitan rakyat pribumi mengakses layanan kesehatan, dijawab dengan mendirikan Pertolongan Kesengsaraan Oemat (PKU), rintisan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Sementara persoalan kemiskinan rakyat, dijawab dengan pendirian Rumah Miskin serta Panti Asuhan.
Semangat Muhammadiyah untuk selalu hadir memberikan solusi bagi berbagai persoalan bangsa masih terjaga. Komitmen itu pula yang kembali ditegaskan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam jumpa wartawan virtual menjelang Milad 108, Senin (16/10/2020). ”Di tengah kehidupan seperti ini, Muhammadiyah ingin hadir sebagai pemberi solusi,” tuturnya.
Direktur Eksekutif Maarif Institut Abdul Rohim Ghazali menilai, sampai saat ini semangat Muhammadiyah masih berada di jalur yang sama seperti saat didirikan oleh Ahmad Dahlan, 108 tahun lalu. Muhammadiyah masih konsisten bergerak di jalur pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.
Kalla mengharapkan Muhammadiyah terus menjalankan ibadah sosial untuk seluruh masyarakat Indonesia seperti yang selama ini dilakukan.
Meski begitu, Rohim tetap mengingatkan agar Muhammadiyah terus menjaga komitmen melakukan pencerahan kepada masyarakat. Tak hanya melalui kata-kata, tetapi juga keteladanan dan aksi nyata.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Belum Terkendali, Muktamar Muhammadiyah Diundur Lagi
Harapan yang sama disampaikan Jusuf Kalla, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI. Melalui video yang diunggah saluran Youtube resmi Muhammadiyah, Kalla mengharapkan Muhammadiyah terus menjalankan ibadah sosial untuk seluruh masyarakat Indonesia seperti yang selama ini dilakukan.
Hari ini, tepat 108 tahun sudah Muhammadiyah berdiri. Selama itu pula persyarikatan terus meniti jalan pengabdian pada ummat, bangsa, dan negara.