Kasus positif Covid-19 pada pekan ini naik signifikan menjadi 17, 8 persen dibandingkan dengan pekan-pekan sebelumnya yang berkisar 5-8 persen. Peningkatan kasus itu diduga terkait libur panjang akhir Oktober lalu.
Oleh
Nina Susilo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Angka kasus positif Covid-19 secara nasional yang naik signifikan menjadi pertanda yang kurang menggembirakan. Kenaikan kasus positif Covid-19 ini terjadi setelah libur panjang akibat cuti bersama di akhir Oktober 2020.
Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Selasa (17/11/2020), dari Kantor Presiden, Jakarta, menyebutkan, secara nasional, peningkatan kasus positif Covid-19 pekan ini adalah 17,8 persen. Penambahan ini cukup signifikan karena biasanya kenaikan berkisar 5-8 persen saja.
Peningkatan kasus positif pada lima provinsi teratas juga terjadi secara drastis. Pekan sebelumnya, penambahan kasus terbanyak terjadi di Jawa Tengah dengan angka 919 kasus. Pekan ini, penambahan kasus aktif di Jawa Tengah mencapai 2.377 kasus. Jawa Barat dan DKI Jakarta juga masih mengikuti sebagai provinsi dengan penambahan kasus terbanyak, selain juga Banten dan Lampung.
Peningkatan kasus positif pada lima provinsi teratas juga terjadi secara drastis. Pekan sebelumnya, penambahan kasus terbanyak terjadi di Jawa Tengah dengan angka 919 kasus. Pekan ini, penambahan kasus aktif di Jawa Tengah mencapai 2.377 kasus.
Persentase kasus positif di Jawa Tengah dan Jawa Barat juga tampak melonjak setelah libur panjang pada cuti bersama akhir Oktober lalu. Sebelum libur panjang, pada 21-27 Oktober, persentase kasus positif di Jateng 13,53 persen, sedangkan di Jabar 15,14 persen. Setelah cuti bersama, pada 4-10 November, terjadi peningkatan persentase kasus positif menjadi 17,4 persen di Jateng dan 16,31 persen di Jabar.
”Jadi, peningkatan penularan yang sangat signifikan di dua daerah ini,” kata Wiku.
Peningkatan ini diikuti dengan perpindahan 17 kabupaten/kota dari zona risiko sedang atau zona oranye menjadi zona risiko tinggi atau zona merah. Daerah-daerah ini ada di Jabar, Jateng, Banten, dan Jatim, antara lain Bandung, Tasikmalaya, Purwakarta, Kota Cimahi, Banjarnegara, Boyolali, Sukoharjo, Sragen, Kendal, Tegal, Brebes, Kota Cilegon, dan Lumajang.
Hal ini, menurut Wiku, semestinya menjadi pembelajaran dan pengingat bersama. Pandemi Covid-19 belum berakhir dan penyakit menular ini masih ada. Tidak ada yang boleh merasa lengah, apalagi merasa aman-aman saja untuk berkerumun dan tidak menjaga diri.
Pemda juga perlu bekerja lebih keras untuk menekan angka kasus positif Covid-19. ”Saya mohon pemda menindak tegas masyarakat yang berkerumun dan tidak melakukan protokol kesehatan dengan ketat. Jangan sampai apa yang kita alami pada pekan lalu terulang kembali di pekan-pekan berikut,” tuturnya.
Pandemi Covid-19 belum berakhir dan penyakit menular ini masih ada. Tidak ada yang boleh merasa lengah, apalagi merasa aman-aman saja untuk berkerumun dan tidak menjaga diri.
Selain kasus bertambah secara signifikan, angka kesembuhan mengalami perlambatan selama empat minggu berturut-turut. Bahkan, pekan ini perlambatan angka kesembuhan lebih besar dari pekan-pekan sebelumnya, yakni 9,3 persen.
”Ini memprihatinkan, seharusnya jumlah kesembuhan terus bertambah,” ucap Wiku.
Kendati demikian, secara kumulatif, jumlah kasus sembuh di Indonesia saat ini 398.636 atau 84 persen. Setidaknya, persentase kesembuhan di Indonesia masih lebih baik ketimbang rasio kesembuhan di tingkat dunia yang 69,55 persen.
Adapun kasus positif pada Selasa (17/11) bertambah 3.807 sehingga kasus aktif di Indonesia menjadi 60.426 atau 12,7 persen. Persentase kasus aktif ini juga lebih rendah dari angka di dunia, yakni 28,04 persen. Secara kumulatif, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia sudah 474.455 kasus.
Pasien Covid-19 yang meninggal secara kumulatif mencapai 15.393 orang atau 3,2 persen. Di dunia, persentase kematian akibat Covid-19 adalah 2,41 persen.
Peningkatan kasus bisa menjadi semakin parah setelah beberapa peristiwa dengan kerumunan orang banyak terjadi pekan ini, seperti penyambutan Rizieq Shihab di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta pada 10 November, penyambutan di Mega Mendung, Bogor, 13 November, dan pesta pernikahan putrinya pada 14 November di Petamburan, Jakarta Barat.
Cegah kerumunan
Epidemiolog dan pakar biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, meyakini acara kerumunan ribuan orang tersebut akan meningkatkan kasus positif Covid-19. Saat ini saja, angka positivity rate di Jakarta sudah lebih dari 9 persen.
Lebih parah lagi, warga yang ikut dalam acara-acara tersebut bisa saja tertular dan kemudian kembali di daerahnya dan menulari orang-orang di sekitarnya. Karena itu, menurut Iwan, semestinya kelompok peserta acara-acara ini harus dites. Setidaknya, otoritas kesehatan perlu mengimbau peserta untuk segera melaporkan diri begitu merasakan gejala.
Saat ini, angka positivity rate di Jakarta sudah lebih dari 9 persen.
Bahkan, menurut Iwan, perlu ditiru langkah Pemerintah Malaysia ketika menghadapi kluster acara tablig akbar di sebuah masjid di Sri Petaling, Kuala Lumpur, Malaysia, 27 Februari-1 Maret lalu. Saat itu, Pemerintah Malaysia meminta siapa pun yang menjadi peserta untuk melaporkan diri dan dites.
Selain itu, Iwan mengatakan, acara yang mengumpulkan kerumunan dalam jumlah besar semestinya tidak terjadi kembali. Wiku pun mengatakan, semestinya keselamatan rakyat paling utama serta protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah adalah upaya pencegahan dan perlindungan masyarakat dari pemerintah.
Oleh karena itu, pemerintah, satgas di daerah, dan aparat penegak hukum diminta menegakkan disiplin dan menindak tegas siapa pun yang melanggar protokol kesehatan.
”Upaya penanganan Covid-19 dapat dilakukan dengan baik apabila koordinasi pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lain berjalan efektif,” tutur Wiku.