Golkar Ingin Terus Mewarnai Demokratisasi
Di usianya yang ke-56, Golkar ingin terus memberikan warna bagi demokratisasi di Tanah Air. Golkar juga akan terus melakukan regenerasi dan membuat partai tetap relevan bagi generasi muda.
JAKARTA, KOMPAS — Partai Golkar menggelar webinar berseri dalam perayaan HUT Ke-56 Golkar. Lima webinar itu mengusung tiga tema, yakni pemulihan kesehatan, kebangkitan ekonomi, dan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah 2020 di tengah pandemi. Ketiga tema itu sekaligus menjadi tema utama dalam perayaan ulang tahun Golkar tahun 2020.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Selasa (10/20/2020), mengatakan, rangkaian perayaan HUT Ke-56 Partai Golkar dilakukan sejak 17 Oktober.
Selasa ini menjadi puncak acara karena partai menggelar lima seri webinar dengan tema kesehatan, ekonomi, dan pilkada. Ketiga tema itu sengaja diusung sebagai realisasi dari tema besar perayaan HUT Partai Golkar kali ini, yaitu ”Kesehatan Pulih, Ekonomi Bangkit, Pilkada Menang.”
Doli mengatakan, di usianya yang menginjak 56 tahun, Partai Golkar ingin tetap kontekstual dengan zamannya. Golkar ingin terus memberikan warna bagi demokratisasi di Tanah Air.
Baca juga : Musyawarah Bermakna Bening di Golkar
”Tentu umur 56 tahun itu tidak muda lagi. Kami berharap Golkar memiliki kematangan di dalam berpolitik, dan pengalaman-pengalaman yang sudah didapat selama ini tentu harus direfleksikan untuk perjuangan-perjuangan di masa depan yang saya kira tidak lebih mudah. Golkar ingin bisa mendorong pembangunan demokrasi di masyarakat yang mulai move on dari demokrasi prosedural semata menjadi demokrasi substansial,” katanya.
Refleksi lain yang kini dilakukan Golkar ialah melakukan regenerasi. Untuk terus berkesinambungan, partai harus bertumbuh dan mengorganisasikan kader-kader yang lebih muda.
Selama ini, sebagai salah satu partai tertua di Indonesia, Golkar memiliki basis massa yang jelas sejak Orde Baru. Para pemilih Golkar adalah mereka yang sudah mengenal partai ini sejak lama.
Doli mengatakan, menyadari bonus demografi yang dinikmati Indonesia serta tumbuhnya generasi baru, generasi milenial, Golkar dalam ulang tahunnya yang ke-56 juga menyolidkan organisasi partai agar terus relevan bagi kalangan muda. Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto, menurut Doli, juga bagian dari generasi muda di Golkar.
”Kami menyadari betul Partai Golkar harus mentransformasi dirinya agar dapat terus diminati kalangan muda sehingga partai ini everlasting. Di kepengurusan, misalnya, sekarang banyak tokoh muda dimunculkan. Yang paling nyata, di Fraksi Golkar, sebagian besar yang menjadi pimpinan alat kelengkapan dewan (AKD) adalah tokoh-tokoh muda. Apalagi, kalau kita melihat di organisasi sayap pemudanya juga banyak anak-anak milenial,” katanya.
Dalam perayaan HUT Ke-56 Golkar, lanjut Doli, konsolidasi internal kian dieratkan karena komunikasi kini banyak dilakukan melalui alat komunikasi dan teknologi digital.
Untuk menyiapkan lima seri webinar dalam perayaan HUT Golkar, misalnya, komunikasi tidak hanya dilakukan oleh elite di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, tetapi juga dengan secara langsung mengajak tokoh-tokoh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di seluruh Indonesia. Tokoh-tokoh partai di kabupaten/kota pun dilibatkan.
Menurut rencana, pada 25 Oktober, Golkar akan membuat webinar akbar yang dihadiri oleh 35.000 kader di seluruh Indonesia. Webinar itu ditargetkan dapat memecahkan rekor dengan peserta terbanyak.
”Salah satu hikmah di balik pandemi ialah kami lebih bisa berkoordinasi dengan kader dari sejumlah daerah karena sekarang semua, kan, bisa berkomunikasi dengan sarana teknologi,” katanya.
Terkait dengan tema perayaan HUT Golkar kali ini, menurut Doli, disesuaikan dengan momentum yang dialami oleh bangsa Indonesia.
Untuk tema kesehatan, misalnya, Golkar menggelar webinar yang menghadirkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Ada pula webinar mengenai masa depan obat dan pengadaan vaksin Covid-19 yang dihadiri oleh Menteri Riset dan Teknologi Bambang S Brodjonegoro. Selain itu, Golkar juga mengundang Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo. Adapun untuk tema pilkada, hadir Pelaksana Harian Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ilham Saputra dan Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Abhan.
Ajukan capres
Pengajar ilmu politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menuturkan, harus diakui Golkar merupakan salah satu partai yang memiliki tipologi modern karena anatomi kekuatan politiknya tidak hanya menggantungkan pada satu figur kunci, misalnya ketua umum. Kekuatan elite dan kader Golkar relatif terdistribusi dengan baik dan masing-masing memiliki jejaring sejak lama.
”Partai ini pun unik karena banyak yang melihat Golkar sebagai spesialis runner-up karena dalam setiap pemilu legislatif, raihan suaranya kerap berada di urutan nomor dua. Selain itu, partai ini juga banyak menghasilkan kader untuk menduduki posisi wakil presiden (wapres). Jadi dengan kekuatan anatomi partai yang tidak tergantung pada ketum atau figur sentral tertentu, sudah saatnya Golkar memajukan kadernya menjadi presiden,” kata Adi.
Dalam beberapa kali pemilu pascareformasi, menurut Adi, Golkar terlihat tidak percaya diri mengajukan capres dari kader sendiri. Dalam kontestasi yang adil dan demokratis, majunya calon terbaik dari kader-kader parpol akan menambah warna demokratisasi di Tanah Air.
Pilkada di tengah pandemi
Dalam seri webinar Golkar bertajuk ”Protokol Kesehatan dalam Pelaksanaan Pemilu Selama Pandemi Covid-19”, Ilham mengatakan, protokol kesehatan merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya Pilkada 2020.
Penyelenggaraan pilkada di tengah pandemi berkonsekuensi pada pelibatan lebih banyak pihak dalam menyusun kebijakan terkait dengan pilkada. Salah satunya yang ditekankan oleh pemerintah, DPR, dan penyelenggara pemilu ialah ketersediaan dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan.
KPU juga menyusun peraturan KPU (PKPU) yang mendorong agar pelaksanaan kampanye lebih banyak dilakukan secara daring (online) dan mengurangi intensitas kampanye tatap muka.
”Sayangnya, hanya 4 persen pasangan calon yang saat ini memanfaatkan kampanye atau visi-misi via daring. Ini sangat disayangkan karena dengan kampanye via daring ini, kami berharap pertemuan tatap muka bisa diminimalkan,” kata Ilham.
Baca juga : Ketergantungan Calon pada Donatur Kerap Berujung Korupsi
Abhan mengatakan, diperlukan dukungan peraturan yang memungkinkan bagi penyelenggara untuk melakukan terobosan di luar Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada. Salah satunya ialah tentang pengadaan kotak suara keliling. Mekanisme itu tidak diatur di dalam UU Pilkada sekalipun disebutkan di dalam UU Pemilu.
”Dalam kondisi pandemi seperti ini, terobosan mengadakan kotak suara keliling tentu perlu didukung kerangka hukum yang kuat sehingga memungkinkan bagi penyelenggara untuk memfasilitasi pemilih yang khawatir memberikan suaranya karena pandemi,” ucapnya.