Untuk memutus rantai Covid-19, ulama dan pemuka agama bisa berperan besar menjaga umat dari penularan. Wapres Ma’ruf Amin mengajak umat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan melalui pengamalan agama.
Oleh
Nina Susilo
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ulama dan pemuka agama bisa berperan besar menjaga umat dari penularan Covid-19. Mengajak umat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan bisa dilakukan melalui pengamalan agama.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengingatkan hal itu dalam penutupan Muktamar IV Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) yang diselenggarakan secara virtual, Senin (28/9/2020), di Jakarta. Diakui, perkembangan penanganan pandemi Covid-19 di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, belum menunjukkan hasil menggembirakan. Karena itu, ulama dan pemuka agama bisa berperan sangat penting dengan mengajak seluruh masyarakat disiplin mengenakan masker, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan.
Janganlah kalian membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain (la dharara wa la dhirara). Karena itu, mengabaikan protokol kesehatan dan membahayakan diri sendiri dan orang lain dilarang agama.
”Ini adalah satu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi untuk dilaksanakan, karena pengabaian terhadap protokol kesehatan akan berisiko tinggi bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Hal ini harus disadari sebagai kepentingan sekaligus kewajiban bersama kita semua,” tutur Wapres Amin dalam sambutannya.
Agama juga mengajarkan supaya seluruh umat menjaga diri sendiri dan tidak membahayakan orang lain. Wapres Amin mengutip Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, ”Janganlah kalian membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain (la dharara wa la dhirara).” Karena itu, mengabaikan protokol kesehatan dan membahayakan diri sendiri dan orang lain dilarang agama.
Selain itu, para ulama dan pemuka agama bisa membantu umat yang menghadapi dampak ekonomi akibat Covid-19. Organisasi kemasyarakatan, terutama ormas Islam, penting untuk memperhatikan dan mengawal penguatan ekonomi umat. Sebab, hal ini menjaga usaha mikro dan kecil yang mendukung ketahanan ekonomi keluarga dan masyarakat. Pemerintah pun menyalurkan bantuan subsidi bernama bantuan produktif kepada lebih dari 9 juta pelaku usaha mikro dan kecil. Namun, bantuan ini perlu diikuti bimbingan dan pendampingan.
Wapres pun mengapresiasi Parmusi yang dalam muktamar IV menegaskan diri sebagai organisasi dakwah sembari membangun ekonomi umat. Hal ini dinilai akan memperkuat akar Parmusi ke masyarakat. Namun, diperlukan upaya nyata yang dapat memberdayakan organisasi dan anggotanya serta menggerakkan sektor ekonomi, budaya, dan pendidikan.
Ini adalah satu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi untuk dilaksanakan, karena pengabaian terhadap protokol kesehatan akan berisiko tinggi bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Hal ini harus disadari sebagai kepentingan sekaligus kewajiban bersama kita semua.
Dalam laporannya, Usamah Hisyam yang kembali menjadi Ketua Umum Parmusi periode 2020-2025 mengatakan, muktamar yang diikuti 420 peserta dari 428 kabupaten/kota di Indonesia telah menetapkan perubahan orientasi ormas ini dari berorientasi politik menjadi sosial. Untuk itu, empat pilar program Parmusi adalah meningkatkan iman dan takwa, membangun ekonomi umat, memberdayakan sosial umat, serta mengembangkan pendidikan umat di berbagai pelosok.
Komitmen yang diwujudkan melalui pembentukan desa madani di daerah pedalaman dan pulau terluar di Indonesia, menurut Wapres Amin, sangat baik. Bahkan, pemerintah berharap Parmusi dan anggotanya di seluruh wilayah Indonesia bisa secara konsisten menjadi ujung tombak dan turut serta memajukan kesejahteraan umat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.