Buka Muktamar Parmusi, Presiden Serukan Persatuan Hadapi Covid-19
Presiden Jokowi membuka Muktamar IV Persaudaraan Muslimin Indonesia yang digelar secara virtual, Sabtu (26/9/2020) pagi. Dalam kesempatan itu, Presiden mengingatkan pentingnya persatuan menghadapi pandemi Covid-19.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menyerukan semua elemen bangsa kompak, bersatu dalam satu barisan, untuk menghadapi pandemi Covid-19. Pasalnya, pemerintah tidak bisa sendirian menangani pandemi Covid-19 yang telah menyerang ketahanan kesehatan, sosial, dan ekonomi bangsa.
Seruan itu disampaikan Presiden Jokowi saat membuka Muktamar IV Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) yang digelar secara virtual, Sabtu (26/9/2020) pagi. Presiden Jokowi menyampaikan pidato dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
”Persoalan ini terlalu besar untuk diselesaikan sendirian oleh pemerintah. Kita harus bersatu, kita harus satu tekad, satu semangat, satu barisan dalam menghadapi situasi yang sulit ini,” kata Presiden Jokowi.
Di hadapan para ulama dari berbagai pelosok Tanah Air itu Presiden menyampaikan bahwa kekompakan seluruh elemen bangsa mutlak diperlukan. Ini karena pandemi Covid-19 merupakan persoalan besar yang tak hanya menyerang pertahanan kesehatan, tetapi juga sosial dan ekonomi. Kondisi sulit tak hanya dialami bangsa Indonesia, tetapi juga 215 negara lain yang kini tengah berjibaku mengendalikan Covid-19.
Sampai hari Sabtu setidaknya sudah 32,7 juta orang di dunia terpapar virus SASR-CoV-2, dan 900.091 di antaranya meninggal. Di Indonesia, sudah 266.845 orang penduduk terkonfirmasi positif Covid-19 dengan jumlah meninggal sebanyak 10.218 jiwa.
Tak hanya itu, pandemi Covid-19 juga telah membuat ekonomi dunia melambat. Pertumbuhan ekonomi yang pada kondisi normal tumbuh positif, setelah pandemi tumbuh negatif. Pada kuartal II tahun 2020, perekonomian negara-negara besar juga terkontraksi.
Presiden Jokowi menyebut, perekonomian di India tumbuh negatif minus 23,9 persen. Sementara itu, Inggris minus 21,7 persen, Malaysia minus 17,1 persen, dan Singapura minus 13,2 persen. Adapun, ekonomi Indonesia minus 5,32 persen di kuartal II. Padahal, pada kuartal I ekonomi masih tumbuh 2,97 persen.
”Inilah situasi yang ada, saya sampaikan apa adanya. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan di seluruh dunia dan berjuang untuk bertahan hidup,” kata Presiden.
Kesehatan yang utama
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi kembali menegaskan bahwa kesehatan dan keselamatan rakyat merupakan prioritas utama. ”Saya ingin kembali menegaskan bahwa, bagi pemerintah, kesehatan rakyat, keselamatan umat adalah prioritas yang utama. Kita lindungi mereka yang belum terpapar. Bagi yang sudah terpapar, kita berupaya segera untuk bisa kita sembuhkan,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Presiden, angka kesembuhan terus meningkat. Hingga 25 September, jumlah kesembuhan mencapai 196.196 orang atau 73,25 persen. Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan angka kesembuhan. Selain itu, angka kematian juga diupayakan terus ditekan, begitu pula jumlah kasus harian yang kini mencapai di atas 4.000 per hari.
Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 merupakan ujian dan cobaan yang harus dihadapi bersama. Kekompakan seluruh elemen bangsa diperlukan dalam perjuangan mengendalikan Covid-19.
”Dalam menghadapi ujian dan cobaan ini, kita tidak boleh menyerah, kita harus terus berikhtiar, berikhtiar dengan sekuat tenaga untuk mengendalikan penyebaran covid dan sekaligus membantu saudara-saudara kita agar tidak semakin terpuruk karena kesulitan ekonomi,” ujarnya.
Presiden mengharapkan kader Parmusi di berbagai pelosok Tanah Air bergandengan tangan dengan elemen bangsa yang lain menjadi garda terdepan untuk menjaga diri sendiri, melindungi kesehatan umat, serta keselamatan rakyat, bangsa, dan negara. Sebab, hanya dengan itu bangsa Indonesia akan kembali pulih dan bangkit kembali.
Tak lupa, Presiden juga mengajak seluruh kader Parmusi bersama-sama menjaga pola hidup bersih dan sehat sebagaimana ajaran Islam. Untuk mencegah Covid-19, protokol kesehatan harus benar-benar diterapkan. Tak hanya mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, kegiatan yang menimbulkan kerumunan juga harus dihindari.
Sementara dalam sambutannya, Ketua Umum Parmusi Usamah Hisyam menyampaikan bahwa sejak awal pandemi, Parmusi sudah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19. Parmusi siap bekerja sama dengan pemerintah dan elemen bangsa lain dalam penanganan Covid-19 yang tak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga perekonomian.
Parmusi juga mengapresiasi upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam menangani pandemi dan berbagai dampaknya. Meski begitu, pemerintah harus tetap membuka dialog dengan berbagai elemen dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. Ruang dialog perlu dibuka untuk menghindarkan tudingan pemerintah otoriter dan menzalimi rakyat.
Tahan syahwat politik
Dalam kesempatan itu, Usamah juga meminta masyarakat sipil untuk tidak memanfaatkan situasi sulit akibat pandemi untuk menjatuhkan pemerintahan Jokowi. ”Masyarakat sipil juga tidak boleh memanfaatkan situasi dan kondisi nasional untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah semata-semata karena tak sabar menahan syahwat politik,” katanya.
Sebab, upaya-upaya untuk menjatuhkan pemerintahan hanya akan menimbulkan konflik horizontal dan memicu disintegrasi bangsa. Jika hal itu terjadi, pihak yang paling dirugikan adalah rakyat.
Usamah juga mengingatkan masyarakat agar taat hukum dan konstitusi. Dengan demikian, pergantian kepemimpinan negara harus dilakukan sesuai dengan amanah konstitusi yang berlaku.
”Siapa pun dia, apakah profesor, doktor, ulama apalagi seorang Jenderal TNI. Apabila merasa memiliki kemampuan memimpin bangsa dan negara lebih baik, bertarunglah secara kesatria, secara konstitusional, melalui pemilihan presiden mendatang,” ujarnya.
Saat ini, seluruh bangsa tengah menghadapi masa-masa sulit karena pandemi. Karena itu, menurut Usaham, akan lebih penting jika seluruh elemen masyarakat bahu-membahu membantu pemerintah mengendalikan pandemi Covid-19.