Sinergi Bakamla-TNI AL Usir Kapal ”Coast Guard” China di Natuna
Upaya Bakamla dibantu TNI AL menghalau kapal ”coast guard” China 5204 yang masuk ke zona ekonomi eksklusif RI di Laut Natuna Utara sejak Sabtu (12/9/2020), berbuah hasil. Kapal China bergerak menjauh dari Natuna.
Oleh
Edna C Pattisina
·3 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Setelah dua hari berada di wilayah zona ekonomi eksklusif RI, di Laut Natuna Utara, kapal coast guard China 5204 akhirnya keluar setelah bersitegang lewat radio dengan KN Pulau Nipah 321, Senin (14/9/2020) siang. Walau demikian, KN Pulau Nipah 321 masih terus menjaga kawasan itu.
Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya Aan Kurnia mengatakan, kapal coast guard China berada di ZEE Indonesia Laut Natuna Utara sejak Sabtu (12/9/2020). Selama itu juga, kapal dengan nomor lambung CCG 5204 itu terus berusaha dihalau oleh KN Pulau Nipah 321. Kedua kapal melakukan komunikasi intensif, saling menegaskan posisi dan klaim atas wilayah laut tersebut.
CCG 5204 dipantau telah bergerak ke utara menjauhi ZEE Indonesia. KN Pulau Nipah 321 terus mengamati bersama KRI Imam Bonjol 383 yang juga melaksanakan patroli mendukung di belakang kapal Bakamla pada jarak 2-3 nm.
Setelah CCG 5204 hilang dari pandangan, KN Pulau Nipah 321 melanjutkan patroli di wilayah perbatasan ZEE Laut Natuna Utara untuk mengantisipasi sekaligus secara konsisten menunjukkan kehadirannya di Natuna Utara.
KN Pulau Nipah 321 adalah salah satu kapal patroli Bakamla yang sedang melaksanakan tugas operasi cegah tangkal 2020 di wilayah Zona Maritim Barat Bakamla RI.
”Sinergi Bakamla dan TNI/TNI AL sangat diperlukan untuk mengantisipasi strategy grey area yang mengedepankan kapal-kapal nonkombatan dalam konflik wilayah laut,” kata Aan.
Bakamla sebagai aktor utama keamanan laut di masa damai terus pasang badan, sementara TNI AL dengan kapal perangnya bersiap mendukung apabila diperlukan.
Situasi geopolitik
Dalam kesempatan yang berbeda, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan, berbagai skenario yang digunakan dalam latihan TNI AL harus mempertimbangkan perkembangan situasi geopolitik di mandala operasi.
Saat membuka Latihan Armada Jaya yang memasuki tahap geladi posko yang dilakukan secara daring, Yudo mengatakan, Latihan Armada Jaya merupakan latihan puncak TNI Angkatan Laut yang menggabungkan komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) pada penyelenggaraan Operasi Gabungan (Opsgab) TNI. Tujuannya untuk mengukur kesiapan operasi seluruh satuan.
Oleh karena itu, Yudo mengingatkan, latihan harus bisa menguji interoperabilitas sistem komando dan kendali, sistem komputerisasi, informasi dan komunikasi, serta meningkatkan kemampuan perencanaan satuan-satuan tugas dalam sebuah operasi gabungan.
Acara Geladi Posko Latihan Armada Jaya (AJ) XXXVIII Tahun 2020 diikuti 811 peserta dari Kotama dan Satuan Kerja jajaran TNI Angkatan Laut dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan Covid-19, di Auditorium Denma, Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (14/9/2020).
Pada Geladi Posko ini aplokasi e-Geladi Posko digunakan untuk mengaplikasikan langkah-langkah Proses Pengambilan Keputusan Militer (PPKM) dalam berbagai rencana operasi. Rencana operasi meliputi Rencana Operasi Laut Gabungan, Rencana Operasi Amfibi, Rencana Pendaratan Administrasi, Rencana Pertahanan Pantai, Rencana Dukungan Intelijen, Rencana Operasi Dukungan Informasi, Rencana Operasi Dukungan Kesehatan, dan Rencana Operasi Dukungan Pasukan Khusus Gabungan.