Tanpa perlindungan maksimal dikhawatirkan akan semakin banyak tenaga kesehatan yang gugur karena Covid-19, dan hal itu akan berdampak serius pada penanganan pandemi Covid-19 di Tanah Air.
Oleh
ANITA YOSSIHARA/Satrio Pangarso Wisanggeni
·3 menit baca
JAKARTA,KOMPAS - Pemerintah didesak untuk memperhatikan keselamatan jiwa tenaga kesehatan yang terus berjuang di garis terdepan dalam penanganan pasien Covid-19. Tanpa perlindungan maksimal dikhawatirkan akan semakin banyak tenaga kesehatan yang gugur dan hal itu akan berdampak serius pada penanganan pandemi Covid-19 di Tanah Air.
Dorongan itu salah satunya disampaikan Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, Minggu (13/9/2020). Lelaki yang akrab dipanggil Buya itupun sampai mengirim pesan khusus kepada Presiden Joko Widodo.
Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu menyampaikan keprihatinan atas wafatnya 115 dokter dan tenaga kesehatan lainnya karena terpapar virus SARS-CoV-2.
“Yang Mulia, Presiden Republik Indonesia. Sebagai salah seorang yang tertua di negeri ini, batin saya menjerit dan goncang membaca berita kematian para dokter yang sudah berada pada angka 115 pagi ini plus tenaga medis yang juga wafat dalam jumlah besar pula,” kata Buya mengawali pesan yang dituliskannya untuk Presiden.
Karena itulah, Buya mendesak pemerintah untuk lebih memperhatikan keselamatan jiwa tenaga kesehatan. Sebab jika perlindungan yang diberikan kepada tenaga kesehatan, yang merupakan pejuang di garda terdepan penanganan Covid-19, maka Indonesia akan lebih kesulitan untuk mengendalikan wabah yang sudah setengah tahun melanda Tanah Air.
“Pak Presiden, mohon diperintahkan kepada Menteri Kesehatan dan jajarannya untuk berupaya semaksimal mungking mendorong nyawa para dokter ini. Jika begini terus, bangsa ini bisa oleng karena kematian para dokter saban hari dalam tugas kemanusiannya di garis paling depan,” ujar Buya.
Berdasarkan data Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) per 10 September lalu, dari total 115 dokter yang wafat, sebanyak 57 di antaranya merupakan dokter umum, 51 dokter spesialis, dan tujuh lainnya merupakan guru besar. Kematian dokter paling banyak terjadi di Jawa Timur dengan jumlah 29 dokter, kemudian Sumatera Utara di urutan kedua dengan jumlah 21 dokter, dan DKI Jakarta sebanyak 15 dokter.
Ketua Tim Mitigasi IDI Adib Khumaidi mengatakan, terpaparnya para dokter oleh Covid-19 bisa terjadi saat melayani pasien Covid-19 atau dari tindakan medis yang ternyata belakangan diketahui kalau pasiennya terpapar Covid-19. Selain itu, bisa pula tertular dari pelayanan non-medis.
Berkaca pada hal itu, ia mendorong pemerintah bersikap tegas dengan menindak masyarakat yang tidak menerapkan protokol kesehatan. “Aparat pemerintah juga diharapkan ikut memberikan contoh,” ujarnya dalam siaran pers.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Oscar Primadi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati, dan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo belum bisa diwawancarai terkait pernyataan Ahmad Syafii Maarif tersebut. Telepon Kompas tidak direspons. Begitu pula pertanyaan yang disampaikan melalui pesan singkat.
Uji klinis dilanjutkan
Dari Inggris dilaporkan, uji klinis fase ketiga untuk kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AstraZeneca dan University of Oxford, Inggris, dilanjutkan. Uji klinis itu terhenti pertengahan pekan lalu akibat munculnya temuan reaksi berbahaya pada salah satu sukarelawan.
Dilanjutkannya kembali uji klinis ini diumumkan oleh Oxford pada Sabtu (12/9/2020) malam waktu Indonesia. Dalam pernyataan resminya, pemeriksaan yang dilakukan oleh komite independen, Badan Pengawas Obat dan Alat Kesehatan Inggris (Medicines and Healthcare Regulatory Agency/MHRA), disebut telah selesai. ”Sesuai rekomendasi komite independen dan MHRA, uji klinis akan kembali dilanjutkan di Inggris,” bunyi keterangan resmi dari Oxford.
Berdasarkan laporan Wall Street Journal, dari dokumen pemberitahuan kepada sukarelawan uji klinis di Inggris, hasil pemeriksaan independen menunjukkan, gejala transverse myelitis, peradangan pada syaraf di tulang belakang, yang muncul pada salah satu sukarelawan, tidak berkaitan dengan vaksin.
Selain Inggris, uji klinis fase ketiga kandidat vaksin Oxford-AstraZeneca telah digelar di India, Brasil, dan Afrika Selatan. Kandidat vaksin ini juga sudah mulai diuji fase ketiga di Amerika Serikat. Meski uji klinis dimulai kembali di Inggris, kelanjutan di negara lain belum diketahui pasti kapan.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir menyatakan, Pemerintah Indonesia turut menjajaki kemungkinan Indonesia memperoleh vaksin dari AstraZeneca, Kompas (10/9/2020). (LSA)