Kabar pendiri PAN, Amien Rais, akan membentuk partai politik baru terkonfirmasi setelah Amien sendiri mengumumkan rencana pembentukan partai baru itu di akunnya di Youtube. Lantas bagaimana reaksi PAN?
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Isu mantan ketua umum sekaligus pendiri Partai Amanat Nasional, Amien Rais, akan membentuk partai politik baru terkonfirmasi setelah Amien sendiri, untuk pertama kalinya, mengungkapkan rencana tersebut. Meskipun begitu, Amien mengaku masih perlu mendiskusikan lebih jauh terkait partai baru itu, termasuk nama dari partai tersebut.
Melalui video yang diluncurkan di akun resmi Amien Rais di Youtube, Kamis (10/9/2020) malam, Amien mengatakan, pembentukan partai baru ini berdasarkan pandangan bahwa dirinya dan rekan-rekannya merasa tidak puas dengan arah pembangunan bangsa. Dalam menanggapi hal itu, pembentukan partai baru merupakan langkah yang tepat.
”Bagi kami, sesungguhnya kita ini berada di ambang krisis sosial, politik, dan ekonomi malaise. Ekonomi yang semakin buruk, suram, dan bisa-bisa menuju resesi berat dan ke arah depresi. Di samping itu, kekuasaan rezim yang sedang memikul harapan rakyat tampaknya semakin menjauhi nilai-nilai moral yang baik dan adiluhung,” kata Amien.
Tampak di video Amien berbicara sembari mengenakan baju koko dan kopiah berwarna hitam. Dalam beberapa adegan, terlihat video yang menunjukkan Amien saat unjuk rasa bersama para mahasiswa ketika reformasi 1998.
Namun, mengenai partai barunya itu, Amien belum bisa menyampaikan namanya.
Hal yang bisa disampaikan saat ini, asas partai baru itu adalah Islam Rahmatan Lil’ Alamin yang berarti Islam melarang diskriminasi atas dasar apa pun. Adapun semboyan partai adalah melawan kezaliman dan menegakkan keadilan.
Respons PAN
Terkait rencana Amien Rais itu, Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan, menjadi hak politik setiap warga negara untuk membentuk partai politik. Tak terkecuali Amien Rais.
Dengan Amien mendirikan partai politik baru, menurut Yoga, masyarakat akan menilai PAN tidak akan identik lagi dengan Amien Rais. Publik akan menilai Amien Rais telah meninggalkan dan keluar dari PAN. Padahal, Amien Rais adalah salah satu pendiri PAN, di samping ada Albert Hasibuan, AM Fatwa, AM Lutfi, Syamsurizal Panggabean, Ismid Hadad, Zoemrotin, Goenawan Mohamad, dan Abdillah Toha.
Adapun terkait nama partai baru Amien yang di sejumlah media disebutkan bernama PAN Reformasi, Yoga beranggapan pemakaian nama PAN menunjukkan Amien masih berharap partai barunya akan mendapatkan efek elektoral dari PAN.
”Mungkin berbeda dengan kasus berdirinya Gerindra, Nasdem, dan Partai Hanura. Meski tokoh pimpinan partai politik baru itu adalah mantan kader Golkar, mereka tidak ingin atau tidak berharap akan mengeruk efek elektoral dari Golkar. Mereka percaya diri atas partai politik baru yang didirikan itu,” ujarnya.
Namun, seberapa besar hal itu akan berimbas pada elektabilitas PAN, Yoga yakin sangat kecil. ”Kalaupun ada efek elektoral, getarannya sangat kecil alias tidak signifikan,” katanya.
Alasannya, karena masyarakat akan menilai bahwa PAN Reformasi merupakan partai politik baru, bukan PAN yang asli. Kedua, dalam kondisi saat ini upaya untuk membangun identitas partai politik dinilainya membutuhkan perjuangan dan sumber daya partai yang besar.
”Suatu partai politik baru di tengah politik kontemporer mesti berjuang untuk membangun infrastruktur partai, menyiapkan pengurus dan kader militan, harus lolos sebagai peserta pemilu, serta harus lolos parliamentary threshold (ambang batas pemilu) yang setiap pemilu angkanya semakin naik sesuai ketentuan Undang-Undang Pemilu,” katanya.
Pengajar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta, Adi Prayitno, pun berpendapat, partai baru Amien bakal sulit mendapat tempat di hati masyarakat. Sebab, secara umum, masyarakat tidak peduli dengan partai politik karena belum mendapat manfaat nyata ke kehidupan mereka.
”Memang partai baru bisa menjadi perhatian publik apakah bisa lolos parlemen atau tidak karena Amien adalah salah satu tokoh reformasi yang dikeluarkan PAN. Namun, jargon partai baru itu juga telah digunakan oleh banyak partai nasional besar dengan istilah yang berbeda,” kata Adi secara terpisah.
Untuk itu, katanya, tantangan bagi Amien adalah bagaimana dia bisa menciptakan pembedaan antara partai yang ingin dibentuknya dan partai-partai yang sudah ada.
Adapun mengenai dampak partai baru Amien itu ke elektabilitas PAN, Adi menilai, tak akan signifikan. ”PAN sekarang memiliki matahari kembar, yakni Soetrisno Bachir dan Hatta Rajasa yang telah kembali,” tuturnya.
Selain itu, kecil kemungkinan para kader bersedia meninggalkan PAN yang sudah lolos di Senayan untuk sebuah partai baru. Belum tentu para kader itu akan memeroleh jabatan di partai baru. Apalagi, sudah ada sinyal PAN akan mendapat tempat di kabinet Joko Widodo-Ma’ruf Amin apabila terjadi reshuffle kabinet di masa depan.
”Pindah partai baru itu enggakgampang karena belum tentu lolos threshold dan momen pemilu sudah lewat. Pengurus PAN akan lebih memilih untuk mempertahankan yang sudah ada. Intinya, partai baru Amien sedikit banyak mengurangi suara PAN, tetapi tidak signifikan,” kata Adi.