Memperkuat Imunitas Kebangsaan
Cita-cita kemerdekaan masih menjadi narasi yang harus terus diperjuangkan. Modal sosial itu tampak dari hasil jajak pendapat ”Kompas”, pekan lalu, yang mencatat besarnya optimisme publik akan perjalanan bangsa ini.
Persatuan dan kebersamaan menjadi modal sosial bangsa Indonesia meraih cita-cita kemerdekaan. Perjalanan 75 tahun kemerdekaan menyimpan harapan publik yang tinggi. Diperlukan kerja keras untuk mewujudkannya.
Cita-cita kemerdekaan memang masih menjadi narasi yang harus terus diperjuangkan. Modal sosial itu tampak dari hasil jajak pendapat Kompas, pekan lalu, yang mencatat besarnya optimisme publik akan perjalanan bangsa ini ke depan. Sebanyak 75,9 persen responden meyakini, bangsa Indonesia akan menuju pada kondisi lebih baik, seperti yang dicita-citakan ketika negara ini didirikan.
Cita-cita kemerdekaan sendiri dituangkan sebagai tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Tingginya keyakinan publik dalam jajak pendapat ini tetap menyimpan pekerjaan rumah yang tidak mudah untuk diselesaikan. Lebih dari separuh responden menilai kondisi saat ini belum ideal dibandingkan dengan cita-cita kemerdekaan. Sepertiga lebih responden menyatakan sebaliknya, saat ini kondisi Indonesia sudah mendekati cita-cita kemerdekaan.
Baca juga: Presiden: Gotong Royong Hadapi Covid-19
Responden yang lebih optimistis ialah responden yang dari sisi usia masuk kategori Baby Boomers, yakni mereka yang sudah berusia 53 tahun ke atas. Sebanyak 50 persen dari mereka menilai saat ini kondisi Indonesia sudah mendekati cita-cita kemerdekaan. Hal ini berbeda dari responden yang lebih muda usianya. Mereka cenderung menilai lebih kritis bahwa kondisi saat ini belum mencapai apa yang dicita-citakan pendiri bangsa.
Hampir 60 persen responden jajak pendapat menilai kemajuan dan kesejahteraan rakyat saat ini belum terwujud. Mereka yang cenderung optimistis ialah responden Baby Boomers. Sebanyak 51,5 persen kelompok responden ini lebih setuju kondisi rakyat saat ini relatif sudah maju dan sejahtera. Sebaliknya, kelompok responden muda lebih skeptis. Dari kelompok responden generasi milenial muda, misalnya, sebagian besar dari mereka menyatakan kondisi rakyat saat ini masih belum sejahtera.
Selain itu, hampir 60 persen responden jajak pendapat menilai kemajuan dan kesejahteraan rakyat saat ini belum terwujud. Mereka yang cenderung optimistis ialah responden Baby Boomers. Sebanyak 51,5 persen kelompok responden ini lebih setuju kondisi rakyat saat ini relatif sudah maju dan sejahtera. Sebaliknya, kelompok responden muda lebih skeptis. Dari kelompok responden generasi milenial muda, misalnya, sebagian besar dari mereka menyatakan kondisi rakyat saat ini masih belum sejahtera.
Penilaian responden yang lebih banyak menyatakan kondisi kesejahteraan belum tercapai seperti cita-cita kemerdekaan ini sejalan juga dengan kecenderungan pemenuhan keadilan sosial yang belum merata terjadi di wilayah Indonesia. Setidaknya kesenjangan ini terlihat dari Indeks Keadilan Sosial Indonesia (IKSI) tahun 2018 yang diluncurkan Indonesia Social Justice Network. Secara nasional, skor IKSI 63,46 dari total 100. Artinya, 63 persen warga Indonesia terpenuhi keadilan sosialnya. Sisanya, belum. Skor tinggi IKSI didominasi provinsi-provinsi di Jawa dan Sumatera, sedangkan yang berada di bawah rata-rata nasional sebagian besar berada di wilayah timur Indonesia (Kompas, 21/8/2020).
Tentu kondisi ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Indonesia, terlebih lagi dengan pandemi Covid-19 dan ancaman resesi saat ini yang tidak mudah dihadapi oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Ekonomi Indonesia yang negatif dalam kuartal kedua tahun ini menjadi sinyal tantangan itu. Upaya ekstra sudah dilakukan pemerintah dengan memberikan stimulus ekonomi untuk menggerakkan perekonomian.
Kendati tantangan besar menghadang, kepercayaan publik kepada pemerintah relatif terjaga. Ada keyakinan, dengan berkolaborasinya pemerintah dan masyarakat, situasi ini bisa dihadapi. Jajak pendapat Kompas sebelumnya juga mencatat, publik meyakini pemerintah akan mampu mengatasi pandemi dan ancaman resesi.
Kebersamaan
Berbeda dengan penilaian responden soal cita-cita kemerdekaan dan kondisi kesejahteraan rakyat yang belum menunjukkan kondisi ideal, kebersamaan dan persatuan sebagai sesama anak bangsa justru cenderung dinilai lebih positif. Setidaknya hal ini tercatat dari separuh lebih responden yang melihat rasa nasionalisme dan persatuan kondisinya lebih baik saat ini. Saat pandemi, solidaritas antarsesama warga bangsa dilihat cukup membaik.
Penilaian soal kebersamaan dan persatuan bangsa disampaikan responden dari lintas generasi. Rata-rata separuh dari setiap kelompok responden berdasarkan usianya ini menyatakan, nasionalisme dan persatuan relatif baik saat ini. Kecenderungan penilaian lebih tinggi terlihat dari kelompok responden generasi milenial tua (31-40 tahun). Sebanyak 57 persen dari mereka menilai nasionalisme dan persatuan bangsa saat ini sudah baik.
Sikap responden ini menegaskan, nasionalisme dan persatuan yang cenderung disikapi positif bisa menjadi modal sosial dalam upaya pemulihan dampak pandemi dan ancaman resesi. Apalagi membangun kebersamaan sebagai bangsa menjadi pesan yang selalu ditangkap dari setiap pidato kenegaraan Presiden RI pada momentum peringatan HUT kemerdekaan RI.
Sepanjang lima tahun terakhir, di pidato kenegaraan, Presiden Jokowi menyelipkan ajakan kembali merajut kebersamaan sebagai modal bangsa menjalani tantangan ke depan. Saat pidato kenegaraan pada peringatan HUT Ke-75 RI, 14 Agustus 2020, Presiden Jokowi menegaskan, krisis akibat pandemi harus disikapi sebagai momentum melakukan lompatan besar. Untuk melakukan lompatan besar itu, dibutuhkan kebersamaan.
Hal ini pula yang ditunjukkan di era Presiden Joko Widodo. Sepanjang lima tahun terakhir, di pidato kenegaraan, Presiden Jokowi menyelipkan ajakan kembali merajut kebersamaan sebagai modal bangsa menjalani tantangan ke depan. Saat pidato kenegaraan pada peringatan HUT Ke-75 RI, 14 Agustus 2020, Presiden Jokowi menegaskan, krisis akibat pandemi harus disikapi sebagai momentum melakukan lompatan besar. Untuk melakukan lompatan besar itu, dibutuhkan kebersamaan.
Baca juga: Pancasila Jadi Pembangkit Semangat Gotong Royong di Tengah Pandemi
Kebersamaan ini yang juga dinyatakan Presiden dalam pidatonya bahwa tujuan besar hanya bisa dicapai melalui kerja sama seluruh komponen bangsa dengan gotong royong, saling membantu, serta saling mengingatkan dalam kebaikan dan tujuan mulia. Semangat kebangsaan yang kuat dibutuhkan untuk mempercepat upaya pemulihan ekonomi, sekaligus mengatasi pandemi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa.
Pada akhirnya, memperkuat imunitas kebangsaan menjadi keniscayaan guna mendukung persatuan sebagai modal negeri ini menghadapi pandemi dan keluar dari ancaman resesi.