Pesan Kemerdekaan dari Masjid Istana
Tiga hari jelang 17 Agustus, di hadapan Presiden Jokowi, Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang juga Ketua Umum MUI didapuk menjadi khatib shalat Jumat di Masjid Baiturrahim, kompleks Istana. Pesan kebangsaan pun disampaikan.
Azan zuhur baru saja berkumandang di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin sudah duduk bersimpuh di Masjid Baiturrahim, selesai menunaikan shalat sunah tahiyatul masjid.
Tidak berapa lama, Wapres Amin beranjak dari tempat duduk menuju mimbar yang berada di depan jemaah dengan jumlah terbatas. Rupanya Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu didapuk menjadi khatib dalam shalat Jumat di Masjid Baiturrahim, yang terletak tepat di sisi kanan Istana Merdeka.
Melalui khotbah yang disampaikan di depan Presiden Jokowi, Wapres Amin menyampaikan pesan kemerdekaan kepada seluruh bangsa Indonesia. Khotbah dimulai dengan mengajak jemaah dan segenap bangsa Indonesia untuk mensyukuri kemerdekaan yang telah dinikmati selama 75 tahun.
Baca juga: Pesan Simbolis dari Istana
Sebab, kemerdekaan, seperti yang diyakini para pendiri bangsa, merupakan berkat dan rahmat dari Allah SWT. ”Pada saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-75 ini, marilah kita memperbanyak syukur kepada Allah SWT. Kita bersyukur karena Indonesia 75 tahun yang lalu mendapatkan kemerdekaan yang menurut para pendiri bangsa merupakan berkat dan rahmat Allah SWT,” kata Amin.
Pada saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-75 ini, marilah kita memperbanyak syukur kepada Allah SWT. Kita bersyukur karena Indonesia 75 tahun yang lalu mendapatkan kemerdekaan yang menurut para pendiri bangsa merupakan berkat dan rahmat Allah SWT.
Namun, lanjut dia, berkat dan rahmat Tuhan Yang Mahakuasa tidak turun begitu saja, tetapi harus diupayakan melalui perjuangan yang gigih. Kegigihan para pejuang itulah yang semestinya diteladani bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan zaman, termasuk pandemi Covid-19.
Dahulu, para pejuang melakukan berbagai upaya untuk mengusir penjajah yang saat itu menjadi musuh bersama anak bangsa. Sementara saat ini musuh yang harus dihadapi bangsa adalah Covid-19, penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2. Hingga kini virus itu belum bisa dimatikan karena obat dan vaksinnya belum juga ditemukan meski terus dilakukan pengujian dan percobaan.
Lima bulan pandemi berlangsung, Covid-19 belum juga bisa dikendalikan. Angka kasus masih relatif tinggi, lebih dari 1.500 kasus positif baru setiap hari. Bahkan, menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada Jumat, jumlah kasus positif baru mencapai 2.307 kasus.
Pandemi tak hanya menyerang ketahanan di sektor kesehatan, tetapi juga perekonomian. Covid-19 telah membuat ekonomi nasional negatif hingga minus 5,32 persen pada kuartal II-2020.
Oleh karena itu, menurut Wapres, sudah seharusnya semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan dijadikan landasan untuk berperang melawan Covid-19. ”Dengan semangat itu pula kita jadikan landasan untuk menghadapi Covid-19 yang tengah menimpa bangsa kita dan bahkan seluruh bangsa di dunia, yang dampaknya tidak hanya pada kesehatan, tapi juga pada sektor sosial dan ekonomi,” tuturnya.
Krisis pasti berlalu
Dalam khotbah shalat Jumat yang juga diikuti Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan sejumlah perangkat Presiden dan Wapres lainnya, Wapres juga mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 merupakan ujian serta cobaan dari Allah SWT. Ujian untuk mengetahui kadar ketabahan, kesabaran, dan ketegaran bangsa dalam menghadapi pandemi.
Masyarakat diharapkan tetap optimistis karena segala ujian dan cobaan, termasuk juga pandemi Covid-19, pasti berlalu. Melalui kitab suci Al Quran, Allah SWT telah menjanjikan bahwa bersama kesulitan itu selalu ada kemudahan.
Masyarakat diharapkan tetap optimistis karena segala ujian dan cobaan, termasuk juga pandemi Covid-19, pasti berlalu. Melalui kitab suci Al Quran, Allah SWT telah menjanjikan bahwa bersama kesulitan itu selalu ada kemudahan.
”Allah SWT juga telah menyatakan, fainna ma’al usri yusron, inna ma’al usri yusro, bahwa bersama dengan kesulitan itu akan ada kemudahan dan bersama dengan kesulitan itu akan ada kemudahan,” katanya.
Baca juga: Istana Sediakan 17.845 Slot Video Konferensi untuk Melihat Upacara Kemerdekaan RI secara Virtual
Tugas seluruh anak bangsa saat ini adalah menjaga semangat kesatuan dan persatuan yang diwariskan para pendiri bangsa. Sebab persatuan, kesatuan, dan kebersamaan mutlak diperlukan untuk menghadapi Covid-19. Semua elemen bangsa dituntut untuk bersatu padu, bergotong royong mengendalikan Covid-19.
Jika kemerdekaan sebagai sebuah bangsa 75 tahun lalu diraih dengan kegigihan para pejuang mengangkat senjata, kali ini perjuangan untuk merdeka dari Covid-19 bisa didapat jika semua elemen masyarakat gigih menerapkan protokol kesehatan. Tak hanya mengenakan masker, tetapi juga mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.