Belajar Sejarah TNI melalui Film Animasi Serangan Udara 1947
Serangan udara para kadet Angkatan Udara Indonesia ke Ambarawa dan Salatiga, hingga penembakan pesawat Dakota VT-CLA tanggal 29 Juli 1947, diabadikan dalam film animasi yang bisa jadi bahan pembelajaran sejarah.
Oleh
Iwan Santosa
·4 menit baca
Serangan udara para kadet Angkatan Udara Indonesia ke Ambarawa dan Salatiga, hingga penembakan pesawat Dakota VT–CLA yang mengakibatkan gugurnya Komodor Adi Sucipto dan kawan-kawan pada 29 Juli 1947, diabadikan dalam film animasi Serangan Kadet 1947. Film animasi tersebut adalah film sejarah perjuangan Angkatan Udara yang pertama dibuat di ASEAN!
Sandra Robles, produser film Serangan Kadet 1947 yang dirilis pada Oktober 2017 itu, menceritakan, proyek tersebut dikebut dari jadwal produksi enam bulan menjadi satu bulan lebih dan dikerjakan pada siang dan malam hari oleh 15 animator dan periset.
”Pesan dari film tersebut membuktikan kepahlawanan dan kegigihan orang Indonesia. Angkatan Udara Indonesia, sepekan sebelumnya, pesawatnya dihancurkan Angkatan Udara Belanda dalam Agresi I tanggal 21 Juli 1947. Tetapi, dengan pesawat yang tersisa, Angkatan Udara Indonesia berhasil mengejutkan Belanda dengan menyerang dan mengebom kedudukan Belanda di Ambarawa dan Salatiga,” tutur Sandra Robles yang kelahiran Filipina.
Dengan pesawat latih dan beberapa pesawat eks Jepang yang kondisinya pas-pasan, serangan dilancarkan para Kadet Angkatan Udara ke tangsi militer Belanda. Serangan tersebut membuktikan Indonesia dan Angkatan Udara masih ada dan mampu mengambil inisiatif serangan.
Ketika film itu diproduksi, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Jemi Trisonjaya mengerahkan para staf dan Subdinas Sejarah TNI AU memasok data dan bahan riset film Serangan Kadet 1947. Buku, arsip, dan foto-foto diserahkan kepada Tim SSR yang memproduksi film animasi tersebut.
Tak ketinggalan, Airlangga Suryadharma—kini telah wafat—putra KSAU pertama, Marsekal R Suryadharma, turut menjadi narasumber dan diwawancarai tim produksi SSR. Berbagai informasi dari Airlangga Suryadharma yang didapat dari cerita ayahnya dicocokkan dengan data arsip berbagai sumber.
Berbagai detail hingga tanda pangkat, ciri fisik para pelaku sejarah, seperti para Kadet Angkatan Udara, KSAU Suryadharma, dan Asisten Operasi Komodor Halim Perdana Kusuma, diriset mendalam oleh tim produksi film animasi tersebut. Lambang pesawat militer Belanda, jenis pesawat, reka ulang tangsi Belanda, berbagai kelengkapan Angkatan Udara Indonesia, hingga serangan terhadap Dakota VT-CLA diriset dengan saksama agar sesuai dengan situasi pada 29 Juli 1947.
Sutradara Serangan Kadet 1947, Alfi Zackyelle, yang dihubungi secara terpisah menceritakan, ketika proses produksi berlangsung, belasan animator bekerja simultan di Jakarta dan Palembang, Sumatera Selatan. Mereka harus mengejar waktu tayang perdana yang diminta TNI AU yang mengadakan acara dan pameran kedirgantaraan di Mall Kota Casablanca, Jakarta Selatan, akhir Oktober 2017.
”Kami kerja serempak, terutama untuk render gambar–gambar yang dibuat. Memang sulit membuat visualisasi dari bahan arsip sedemikian banyak, tetapi minim contoh visual sehingga kami harus menerjemahkan data tertulis ke bentuk gambar animasi yang tidak bisa dibuat sembarangan,” kata Alfi.
Ketika alur cerita dan potongan gambar dari film tersebut mulai jadi, masih ada yang harus dilakukan, yakni membuat animasi KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan merekam pidato KSAU tentang semangat kejuangan dalam film Serangan Kadet 1947 yang menjadi warisan bagi generasi saat ini.
”Waktu itu, salah satu animator kita menyelesaikan gambar animasi pidato KSAU dan rendering sambil membawa komputer yang dibawa ke tempat tayang perdana dengan menumpang ojek online. Tim lain bersiap di tempat pertunjukan perdana. Saya juga mengisi suara untuk soundtrack film tersebut. Semua dikebut dan dikerjakan habis-habisan oleh seluruh tim. Akhirnya, kami bisa menyelesaikan film tersebut dan tayang sesuai jadwal premier di Mall Kota Casablanca,” kata Sandra Robles mengenang kerja keras siang-malam tim produksi film tersebut.
Penulis yang terkadang juga dikontak tim SSR soal detail pesawat tempur zaman tahun 1947 itu memang menyaksikan langsung kesibukan tim tersebut. Setiap pekan, secara rutin, salah satu anggota tim mengontak dan melakukan verifikasi data dan gambar kepada penulis dan beberapa narasumber lain.
SSR sebagai lembaga pendidikan animasi dan audio dalam beberapa tahun terakhir berkiprah mendidik animator dari sejumlah daerah di seluruh Indonesia. Semisal, di tahun 2019, ada 1.000 animator muda yang mengikuti pelatihan di SSR di Jakarta. Lembaga yang berafiliasi di Inggris tersebut juga memiliki siswa–siswi dari mancanegara yang memilih menempuh pendidikan di Indonesia karena lebih ekonomis dibandingkan dengan mengikuti program serupa di Inggris.
Para animator yang dikerahkan memiliki berbagai latar pengalaman seperti dalam produksi film animasi Disney hingga lanjutan film kartun Naruto, yakni Buroto, yang ditayangkan di Jepang.
Kerja keras tersebut membuahkan hasil film Serangan Kadet 1947 dengan durasi 20 menit yang menjadi tonggak sejarah mengabadikan kepahlawanan dengan cara populer lewat film animasi demi menjangkau generasi milenial. Nilai kepahlawanan dan pengorbanan para pahlawan angkasa tersebut kini dapat disaksikan dalam berbagai tayangan, termasuk di media sosial seperti di kanal Youtube.