Kongres Luar Biasa Partai Gerindra mengukuhkan Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Partai Gerindra periode 2020-2025. Ini mengindikasikan sosok Prabowo belum tergantikan di partai tersebut.
Oleh
Rini Kustiasih/Edna Caroline Pattisina
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Prabowo Subianto kembali ditetapkan sebagai Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra dalam Kongres Luar Biasa Gerindra, Sabtu (8/8/2020). Seluruh pemilik suara dalam kongres sudah satu suara sehingga proses penetapan pun berjalan mulus. Ditetapkannya Prabowo ini menunjukkan, dirinya tetap menjadi sosok utama sejak partai itu didirikan 12 tahun lalu.
Kongres Luar Biasa (KLB) Gerindra diselenggarakan di kompleks kediaman Prabowo di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri turut hadir secara virtual dan memberikan sambutan dalam acara tersebut.
Kongres diikuti terbatas oleh sekitar 200 kader Gerindra yang merupakan pengurus pusat dan pengurus provinsi yang mendapatkan mandat dari pengurus di tingkat kabupaten/kota. Terbatasnya peserta kongres ini untuk menyesuaikan dengan situasi pandemi Covid-19. Sebelum menghadiri kongres, setiap peserta kongres pun diwajibkan menjalani tes usap tiga hari sebelumnya.
Dalam KLB Gerindra itu tidak ada proses pemilihan ketua umum sebagaimana biasanya menjadi agenda wajib dalam pertemuan puncak partai politik. Setelah mendengarkan laporan pertanggungjawaban (LPJ) Dewan Pimpinan Pusat Gerindra 2015-2020 yang disampaikan Prabowo Subianto dan pandangan 34 Dewan Pimpinan Daerah Gerindra atas LPJ, agenda KLB langsung masuk pada pengukuhan kembali Prabowo sebagai Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina untuk periode 2020-2025.
”Alhamdulilahirabbil alamin, maka kekosongan kepemimpinan partai hanya 2 menit, dan pimpinan sidang akan segera mengetok palu berarti kita telah kembali memiliki ketua umum dan ketua dewan pembina,” ucap pimpinan sidang pleno dalam KLB Gerindra, Ahmad Muzani.
Prabowo pun mengatakan siap mengemban amanat itu. ”Kalau itu memang permintaan kongres luar biasa ini, saya menyatakan saya siap sebagai ketua umum,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, dorongan agar Prabowo kembali menjadi Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Gerindra sudah disuarakan dan disepakati semua pengurus Gerindra dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Gerindra pada 4 Juni lalu. Dalam rapimnas tersebut, Prabowo juga sudah menyatakan kesediaannya untuk kembali memimpin Gerindra.
Prabowo merupakan pendiri partai yang dideklarasikan tahun 2008 tersebut. Sebelum dilantik menjadi Ketua Umum Gerindra pada 2014, ia menjabat Ketua Dewan Pembina Gerindra sejak partai itu berdiri. Dengan hasil penetapan KLB Gerindra kali ini, periode 2020-2025 menjadi periode keduanya sebagai ketua umum.
Sejak mendirikan partai tersebut, Prabowo selalu ikut dalam setiap pemilu presiden (pilpres). Pada Pilpres 2009, ia menjadi calon wakil presiden mendampingi calon presiden Megawati Soekarnoputri. Adapun pada Pilpres 2014 dan 2019, ia maju sebagai calon presiden.
Keikutsertaannya dalam pilpres turut mendongkrak elektabilitas Gerindra. Pertama kali mengikuti pemilu pada 2009, Gerindra bisa lolos dari jerat ambang batas parlemen dan berada di urutan ke-8 dari sembilan partai politik. Raihan suara Gerindra meningkat drastis pada Pemilu 2014, dan membuatnya berada di urutan ketiga peraih suara terbanyak, di bawah PDI-P dan Golkar. Pada Pemilu 2019, elektabilitas Gerindra kembali naik sehingga perolehan suaranya berada di posisi kedua di bawah PDI-P.
Ketokohan Prabowo
Dalam laporan pertanggungjawabannya, Prabowo mengungkapkan rasa bangganya kepada kader-kader partai yang dinilainya telah bekerja optimal. Hal itu, antara lain, terlihat dari suara dan kursi partai di parlemen yang terus meningkat dari pemilu ke pemilu.
”Saya merasa bangga. Boleh juga, ya, Gerindra ini. Kalau saya lihat tampang-tampang kalian dari 12 tahun lalu, kita diremehkan. Dulu ada yang bilang apa itu Gerindra, Gerindri, ya, kan. Tapi, dengan semangat, rawe rawe rantas malang malang putung, tidak mengenal menyerah, dengan semangat kegembiraan dengan optimisme, kita jalan terus. Dihadang bangkit, dijatuhkan bangkit, dikecewakan senyum, dihina kita tenang dan optimistis selalu,” katanya.
Capaian Gerindra itu, menurut Prabowo yang kini menjabat pula Menteri Pertahanan, bukan semata karena sosoknya sebagai ketua umum atau tokoh-tokoh lainnya di Gerindra. Ada faktor lain yang lebih dominan, yaitu kemampuan partai menangkap suara rakyat.
”Sebuah gerakan politik bisa besar kalau gerakan itu berhasil menyuarakan hati rakyat, kalau kita berhasil menangkap keluhan rakyat, kita berhasil menangkap cita-cita rakyat, kita berhasil menyuarakan dan terutama kita berhasil memberi jalan keluar,” katanya.
Pesan Presiden
Adapun Presiden Jokowi dalam sambutannya mengajak semua kader Gerindra untuk tetap menempatkan kesehatan dan keselamatan rakyat sebagai prioritas di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
”Jangan sampai kita masuk gelombang kedua, second wave, yang akan memperlambat upaya kita untuk pulih,” katanya.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya ekonomi rakyat dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam menggerakkan roda perekonomian nasional yang terdampak pandemi. Salah satu caranya, membeli produk petani, produk nelayan, dan produk UMKM.
Sementara itu, Megawati Soekarnoputri dalam sambutannya meyakini KLB Gerindra akan menghasilkan keputusan yang dapat menguatkan konsolidasi politik nasional. Ini penting untuk Indonesia yang lebih berdaulat sehingga kepribadian bangsa yang berkarakter dapat lebih terlihat.
Problem parpol
Ditetapkannya Prabowo kembali menjadi Ketua Umum Gerindra memperpanjang problem sirkulasi elite di parpol di Tanah Air. Sebelumnya, PDI-P, Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional juga mengukuhkan kembali ketua umumnya. Khusus PDI-P dan Nasdem, pengisi posisi ketua umum bahkan tak tergantikan sejak kedua partai berdiri.
Menurut peneliti politik Centre for Strategic and International Studies, Arya Fernandes, hal itu menguatkan minimnya regenerasi di parpol. Bahkan, secara umum, selama 21 tahun masa reformasi, parpol dinilainya tidak banyak berubah, minim regenerasi, terlalu bertumpu pada kepemimpinan tunggal, dan pengambilan keputusan penting hanya dilakukan satu atau beberapa orang.
”Itu terjadi karena beberapa hal, antara lain, partai tak punya sumber dana yang kuat. Pemimpin tunggal di banyak partai menguasai sumber logistik dan finansial partai. Kedua, partai bertumpu pada ketokohan personal yang sangat kuat, atau ketiga, faksi-faksi internal dihilangkan sehingga melanggengkan kepemimpinan hanya pada beberapa orang,” katanya.
Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana mengatakan, tradisi sebagian parpol yang terlalu bertumpu pada sosok tunggal kurang baik bagi perkembangan demokrasi.
Ketergantungan terlalu tinggi pada tokoh tertentu di parpol juga diyakininya akan merugikan parpol. ”Partai menjadi personal sekali, dan hanya orang-orang itu yang menjadi pimpinan parpol atau figur penting di partai,” katanya.
Ke depan, menurut Aditya, tantangan terbesar bagi Prabowo dan parpol lain yang terus-menerus mempertahankan figur pengisi posisi ketua umumnya ialah menyiapkan regenerasi atau suksesi kepemimpinan. Dengan demikian, hal itu akan berdampak positif bagi perkembangan partai.