Presiden Jokowi Instruksikan Kampanye Protokol Kesehatan Lebih Masif dan Fokus
Pandemi Covid-19 semakin mengkhawatirkan, Presiden Joko Widodo menginstruksikan kampanye protokol kesehatan lebih masif dan fokus. Di antaranya, kampanye lebih intens di media. Selain itu, melibatkan kader PKK.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 semakin mengkhawatirkan karena tak hanya kasus positif yang relatif tinggi, angka kematian akibat penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu di Indonesia juga masih di atas rata-rata global. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar kampanye penerapan protokol kesehatan dilakukan lebih masif dan lebih fokus.
Instruksi itu disampaikan Presiden Joko Widodo dalam sambutan pengantar rapat terbatas membahas penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional yang digelar secara virtual, Senin (3/8/2020).
”Saya ingin agar yang namanya protokol kesehatan, perubahan perilaku masyarakat betul-betul menjadi perhatian kita. Saya ingin fokus saja, mungkin dalam dua minggu, kita fokus kampanye mengenai memakai masker,” kata Presiden yang mengikuti rapat terbatas dari Istana Merdeka, Jakarta.
Kampanye masif mengenai penerapan protokol kesehatan dianggap penting karena Presiden melihat saat ini kekhawatiran masyarakat terhadap Covid-19 meningkat.
Kemungkinan kekhawatiran itu muncul karena masih tingginya temuan kasus positif Covid-19 harian. Di sisi lain, kian banyak pula masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan.
”Saya enggak tahu apa sebabnya suasana minggu-minggu terakhir ini kelihatan masyarakat berada pada posisi khawatir mengenai Covid-19. Entah karena kasusnya meningkat atau masyarakat, terutama kalangan menengah ke atas, melihat masih banyak orang yang tidak taat protokol kesehatan,” ujar Presiden.
Hingga Minggu (2/8/2020), kasus positif Covid-19 sudah mencapai 111.455 kasus, bertambah 1.519 kasus pada hari itu. Tingkat kematian juga masih di atas rata-rata global, yakni mencapai 4,7 persen.
Meski angka kesembuhan meningkat menjadi 61,9 persen, Presiden Jokowi mengingatkan bahwa pekerjaan rumah pemerintah masih banyak. Salah satunya menekan laju kasus positif dan angka kematian akibat Covid-19 dengan melakukan kampanye masif tentang pentingnya protokol kesehatan.
Lebih fokus
Agar mudah dipahami masyarakat, Presiden menginstruksikan agar kampanye penerapan protokol kesehatan dilakukan dengan lebih fokus.
Dua pekan pertama, kampanye difokuskan untuk menyampaikan kepada masyarakat mengenai pentingnya mengenakan masker.
”Nanti, dua minggu berikutnya kampanye jaga jarak atau cuci tangan, misalnya. Tidak dicampur urusan cuci tangan, urusan jaga jarak, urusan tidak berkerumun, pakai masker. Kalau barengan, mungkin yang menengah atas bisa nangkep dengan cepat. Tetapi, yang di bawah ini memerlukan satu per satu,” kata Presiden.
Demi efektivitas, mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta kampanye penerapan protokol kesehatan dilakukan dengan melibatkan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). ”Saya kira PKK sangat efektif untuk door to door urusan masker,” ujarnya.
Selain itu, penting pula melakukan kampanye masif di media, termasuk media sosial. Kampanye masif dilakukan demi mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi mengabaikan protokol kesehatan.
Secara terpisah, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo meminta pemerintah lebih fokus merealisasikan vaksin Covid-19 produksi dalam negeri. Sebab, banyak pakar berpendapat Covid-19 akan bertahan dalam jangka waktu yang lama.
”Durasi flu Spanyol bisa dijadikan patokan. Flu Spanyol mulai mewabah Maret 1918 dan berlangsung hingga Juni 1920. Pada rentang waktu pandemi Covid-19 yang masih sulit dihitung itu, Indonesia harus berupaya menghindar dari ketergantungan akan kebutuhan vaksin korona,” ujarnya.
Mantan Ketua DPR ini mendorong pemerintah fokus dalam mempercepat realisasi vaksin korona produk lokal. Pemerintah harus segera mengambil prakarsa berkomunikasi dan berkoordinasi dengan para akademisi dan peneliti.
”Sejauh yang saya amati sampai saat ini, sudah ada upaya dari sejumlah pihak di dalam negeri untuk menciptakan vaksin korona. Namun, upaya itu tidak mudah karena ada sejumlah tantangan. Saya mendorong pemerintah segera hadir dalam upaya tersebut sekaligus membantu mengurai tantangan-tantangan itu,‘’ kata Bambang.
Tantangan yang dimaksud di antaranya kebutuhan biaya yang besar untuk riset dan pengembangan vaksin, upaya percepatan menghasilkan vaksin, hingga tahap ketersediaannya di publik. Selain itu, tantangan lainnya menyangkut besarnya skala produksi vaksin.
Politikus Partai Golkar itu pun mendukung upaya inaktivasi virus yang sedang dilakukan sejumlah perusahaan Indonesia, di antaranya PT Bio Farma bekerja sama dengan Sinovac dari China, PT Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan, serta perusahaan swasta dengan Sinopharm dari China.
Ini karena Indonesia tidak bisa hanya menunggu hasil riset dan pengembangan serta produksi vaksin dari negara lain. Indonesia harus mandiri dalam memproduksi vaksin. Apalagi Indonesia memiliki perusahaan negara yang sudah berpengalaman membuat vaksin.