logo Kompas.id
Politik & HukumBahaya di Balik Rangkap...
Iklan

Bahaya di Balik Rangkap Jabatan Komisaris BUMN

Rangkap jabatan publik dengan komisaris perusahaan BUMN seperti menjadi hal yang lumrah di negeri ini. Padahal, di baliknya terkandung sederet ancaman mala-administrasi hingga korupsi.

Oleh
Dian Dewi Purnamasari
· 7 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/f_nzIXMIZrc1Aj3NraeEf_GYmJo=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F11%2F20181129_HUT-KORPRI_B_web_1543504369.jpg
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Para aparatur sipil negara (ASN) mengikuti upacara Hari Ulang Tahun Ke-47 Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (29/11/2018). Kegiatan tersebut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo yang bertindak sebagai inspektur upacara.

Anwar, hakim ad hoc tindak pidana korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, jadi sorotan. Tak pelak karena salah satu hakim kasus Jiwasraya ini disebut rangkap jabatan sebagai komisaris di anak perusahaan PT Pertamina, yaitu PT Pertamina Patra Niaga. Rangkap jabatan publik dengan komisaris perusahaan badan usaha milik negara, seperti Anwar, menjadi hal yang lumrah di negeri ini. Padahal, ada bahaya konflik kepentingan di baliknya.

Pada tahun terakhir masa jabatan Anwar sebagai hakim ad hoc, ia terpilih sebagai salah satu komisaris PT Pertamina Patra Niaga dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina, awal bulan lalu.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000