Mantan KSAD Pramono Edhie Tutup Usia, TNI AD Diinstruksikan Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Pramono Edhie Wibowo dikenang kader Partai Demokrat sebagai orang yang rendah hati dan hangat. Adapun kariernya selama di militer dinilai luar biasa. Semasa menjabat KSAD 2011-2013, ia memulai modernisasi alutsista.
Oleh
Edna C Pattisina/NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat tahun 2011-2013, Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo, tutup usia pada Sabtu (13/6/2020), pukul 19.30, di RSUD Cimacan, Cianjur, Jawa Barat, karena sakit. Seluruh satuan jajaran TNI AD diinstruksikan untuk mengibarkan bendera setengah tiang mulai Minggu, 14 Juni.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal (TNI) Nefra Firdaus mengonfirmasi kabar meninggalnya Pramono. Terkait rencana pemakamannya, ia belum mendapat kabar.
Sebagai bentuk penghormatan dan rasa dukacita atas kepergian Pramono, Nefra mengatakan, seluruh satuan jajaran TNI AD diinstruksikan mengibarkan bendera setengah tiang selama tujuh hari mulai Minggu (14/6/2020).
Pramono Edhie Wibowo adalah Kepala Staf TNI AD (KSAD) ke-27. Ia anak dari almarhum Sarwo Edhie Wibowo, mantan Komandan Resimen Pasukan Komando (RPKAD), serta adik dari almarhum Ny Ani Yudhoyono, istri dari Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Sebelum dipercaya menjadi KSAD, lulusan Akabri tahun 1980 ini juga pernah menjabat Danjen Kopassus dan Panglima Kostrad.
Pensiun dari TNI AD, tahun 2013, Edhie ikut Konvensi Calon Presiden Demokrat pada 2014. Kemudian, mulai 2015, ia menjabat Ketua Badan Pembina Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) Demokrat.
Menurut politisi Demokrat, Rachland Nashidik, Pramono meninggal karena serangan jantung.
Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, melalui rilis yang diterima Kompas, turut berbelasungkawa atas meninggalnya Pramono.
”Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan almarhum semasa hidup. Semoga beliau husnul khotimah, segala amal ibadah dan pengabdian beliau diterima, diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT,” katanya.
Menurut rencana, jenazah akan disemayamkan di rumah duka di Kompleks Puri Cikeas Indah, Bogor. ”Untuk rencana pemakaman menyusul,” ujarnya.
Wakil Sekjen Demokrat Imelda Sari mengenang almarhum sebagai senior yang rendah hati dan hangat.
”Posisi beliau sebagai Ketua BPOKK sebelumnya membuat kader segan kepada Pak PEW. Kalau ada masalah, baik di dalam struktur maupun organisasi, beliau selesaikan secara kekeluargaan dan cepat. Pak PEW meski besar di lingkungan militer adalah seorang yang selalu mau mendengar, juga sabar,” ucapnya.
Modernisasi alutsista
Menurut pengamat pertahanan Andi Widjajanto, semasa menjabat KSAD, Pramono berhasil memulai modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) di TNI AD. Saat itu, Pramono menginisiasi pengadaan tank tempur utama (main battle tank/MBT) Leopard 2 dan helikopter serang Apache.
”Kita bahkan tak punya doktrin bertempur dengan menggunakan kelas berat. Doktrin kavalerinya tidak ada dan selama ini kita memakai helikopter sebagai bantuan angkut pasukan udara, bukan sebagai helikopter serang,” katanya.
Karier militer Pramono juga dinilainya luar biasa. Selain itu, tak ada catatan negatif selama ia di TNI.
Selepas dari Akabri tahun 1980, lanjut Andi, Pramono lama di Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Saat itu, Pramono kerap diterjunkan di titik-titik rawan konflik di Indonesia, dari tahun 1980 hingga awal 1990.
Selain itu, Pramono juga pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus tahun 2008-2009 serta menjadi ajudan Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.
”Karier militernya memang luar biasa. Jadi, untuk perwira, karier militernya sempurna, hanya kurang tidak menjadi panglima TNI. Hanya saja, untuk AD, memang kariernya paripurna untuk menuju KSAD bintang empat. Dan relatif tidak ada catatan negatif dengan karier beliau selama di TNI,” tutur Andi.