Pandemi Covid-19 menunjukkan tak hanya tugas dan tanggung jawab warga tetapi eksistensi nilai-nilai Pancasila yang hidup dan dirasakan relevan oleh masyarakat. Nilai-nilai itu di antaranya Ketuhanan dan kemanusian.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Selama pandemi Covid-19, eksistensi dari nilai-nilai Pancasila dinilai hidup dan dirasakan sangat relevan pada masyarakat saat ini. Sejumlah negara pun mengapresiasi jiwa gotong royong Indonesia sebagai penerapan dari nilai-nilai Pancasila sebagaimana tertuang dalam berbagai tulisan yang kini muncul. Kelebihan adanya nilai-nilai luhur yang hidup di bumi Indonesia ini harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda bangsa.
Hal itu terungkap dalam acara "Pemaknaan dan Pengamalan Pancasila dalam Pandangan Generasi Muda" yang diselenggarakan oleh Alumni Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Sabtu (6/6/2020). Hadir sebagai pembicara utama Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo. Selain itu, juga ada pembicara yang mewakili masing-masing angkatan alumni, di antaranya dr Hadiwijaya (1987), dr Yopi Simargi (1998), dan dr Tommy Nugroho (1999).
Romo Benny mengatakan, badai Covid-19 telah menunjukkan bahwa eksistensi Pancasila terus hidup dalam keseharian masyarakat. Anak-anak muda, yang dinilai sudah tidak lagi intens menerima sosialisasi Pancasila, saat ini tergerak secara spontan untuk aksi solidaritas. Berbagai inovasi dan aplikasi pun muncul untuk mengatasi kendala penanganan Covid-19.
"Badai Covid-19 telah menunjukkan bahwa eksistensi Pancasila terus hidup dalam keseharian masyarakat. Anak-anak muda, yang dinilai sudah tidak lagi intens menerima sosialisasi Pancasila, saat ini tergerak secara spontan untuk aksi solidaritas. Berbagai inovasi dan aplikasi pun muncul untuk mengatasi kendala penanganan Covid-19"
Anak muda juga menjadi penggerak gerakan relawan dan solidaritas bagi tim medis dan warga terdampak di banyak lembaga dan komunitas mandiri. Tanpa mereka sadari, apa yang mereka lakukan sebenarnya saat ini sudah wujud dari pengamalan sila kedua dan pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
“Bisa dibilang, penanganan Covid-19 di Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain, misalnya Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, ada ketimpangan penanganan untuk kelompok miskin dan Paus Fransiskus sampai mengkritik keras hal itu. Di Indonesia tidak karena ada gerakan gotong royong dan kolaborasi antara warga dan pemerintah,” kata Benny.
Betapa penting dan relevannya ideologi negara itu dalam kehidupan masyarakat, BPIP pun terus berkomitmen untuk menanamkan nilai Pancasila kepada generasi milenial. Namun, tambah Romo Benny, berbeda dengan generasi sebelumnya, pendekatan sosialisasi kepada milenial membutuhkan pendekatan yang unik. Menurut survei, milenial tidak suka ajaran dogmatis yang menggurui. Mereka lebih senang dengan hal-hal yang lebih aplikatif dalam bentuk keteladanan dan tindakan nyata. Penyampai pesan pun tidak harus dari pejabat BPIP. Justru, milenial lebih merasa dekat dengan orang-orang berprestasi seperti atlet, seniman, atau artis.
“BPIP akan terus merumuskan bagaimana merawat, dan membumikan Pancasila di era kekinian. Bagaimana nilai-nilai luhur Pancasila tetap tersampaikan kepada generasi milenial,” ujar Benny melanjutkan.
Ideologi bangsa ini, juga diyakini akan menjadi bintang penerang Indonesia dalam situasi apapun. Pancasila juga akan menjaga persatuan, kesatuan, dan cita-cita bangsa. Oleh karena itu, ke depan, anak-anak muda harus sadar, bangga, dan mencintai Pancasila sebagai ideologi negara.
Untuk menyampaikan nilai-nilai Pancasila ke generasi muda, BPIP akan memanfaatkan momentum Covid-19 sebagai contoh nyata. Ada banyak gerakan sosial masyarakat yang menjadi contoh nyata pengamalan sila Pancasila. Apalagi semangat tanpa pamrih dan pantang menyerah yang ditunjukkan oleh tenaga medis. Tenaga medis terpanggil bahkan rela kehilangan nyawa untuk menyelamatkan para pasien positif Covid-19. Kerja-kerja kemanusiaan itu akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh generasi muda agar mereka mau merawat dan mencintai Pancasila.
“Pancasila menjadi menarik ketika ditafsir secara segar oleh anak-anak muda. Pemerintah pusat akan bersinergi dengan pemerintah daerah agar sosialisasi tafsir Pancasila semakin menggema dengan cara-caea yang dilakukan mileneal,” kata Benny.
Inisiatif kerja sosial kerelewanan
Dokter Tommy Nugroho mengamini apa yang disampaikan oleh Benny. Menurut pengalamannya, generasi muda adalah sosok yang aktif dan selalu ingin berkontribusi pada masyarakat. Saat ada badai Covid-19 misalnya, dokter-dokter muda berinisiatif cepat untuk melakukan gerak nyata. Tak hanya tugas dan kewajiban menangani pasien, tetapi mereka juga aktif menawarkan kerja-kerja sosial kerelawanan.
Sementara itu, dokter Yopi Simargi mengatakan, ada irisan ideologi Pancasila dengan kode etik yang dipegang oleh dokter dan tenaga medis. Menurut dia, apa yang menjadi pegangan para dokter itu sebenarnya sesuai dengan sila-sila Pancasila. Dokter yang memegang kode etik profesinya senantiasa melaksanakan tugas kemanusian dan mengedepankan penyelamatan nyawa orang lain. Hal itu juga tampak semakin nyata dalam penanganan pandemi Covid-19 ini.
“Ada semangat dan jiwa yang sama dari kode etik dan nilai-nilai Pancasila dalam dunia kedokteran. Tanpa disadari, Pancasila sudah menjadi keseharian dan merasuk dalam diri kami meski tidak disosialisasikan”
“Ada semangat dan jiwa yang sama dari kode etik dan nilai-nilai Pancasila dalam dunia kedokteran. Tanpa disadari, Pancasila sudah menjadi keseharian dan merasuk dalam diri kami meski tidak disosialisasikan,” kata Yopi.
Sejauh ini, peran dokter dan perawat, serta relawan dan juga polisi dan TNI juga menjadi ujung tombak dalam penanganan pandemi Covid-19. Para dokter, perawat dan relawan serta petugas polisi dan TNI juga petugas keamanan lainnya tak hanya bertugas dan tanggung jawab tetapi juga panggilan hati nurani untuk terjun langsung merawat dan menangani ribuan pasien yang positif teridap Covid-19 dan warga yang tidak patuh serta tidak disiplin meskipun mereka juga menghadapi risiko terpapar jika kondisi mereka kurang sehat.
Mereka banyak tersebar di pusat-pusat perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit khusus dan rumah sakit bantuan selain juga laboratorium dan klinik-klinik untuk mendeteksi, meriset, merawat, mengobati, dan menyembuhkan pasien Covid-19. Adapun polisi dan TNI serta petugas keamanan lainnya berada di pos-pos pengecekan lalu lintas orang dan barang di batas-batas kota dan daerah untuk memantau dan mencegah masuk atau keluarnya warga tanpa surat izin keluar masuk (SIKM), surat tugas dan surat kesehatan dari dokter dalam mencegah dan memutus rantai penyebaran virus baru korona yang menyebabkan penyakit Covid-19.