Efektifkan Sosialisasi Pancasila ke Generasi Penerus
Pancasila perlu terus dibumikan dan dikemas dalam konten yang banyak dikonsumsi generasi milenial supaya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya diserap milenial.
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gotong royong dan solidaritas selama pandemi Covid-19 di Indonesia merupakan implementasi nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila harus terus disosialisasikan, terutama kepada generasi penerus bangsa. Caranya dengan membumikan tafsir Pancasila dan mengemasnya dalam konten yang banyak dikonsumsi generasi milenial.
Direktur Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Aris Heru Utomo dalam diskusi ”Aktualisasi Nilai Pancasila di Kalangan Generasi Milenial dalam Penanggulangan Pandemi Covid-19”, Jumat (5/6/2020), mengatakan, Presiden Joko Widodo dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni lalu, secara tegas menyebutkan Pancasila menjadi bintang penjuru yang menggerakkan dalam mengatasi tantangan yang dihadapi.
Dasar negara yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno itu terbukti terus relevan dengan perkembangan zaman. Namun, sayangnya, sebagian generasi milenial tidak mendapat pendidikan dan penataran Pancasila seperti generasi X (lahir 1960-1980).
Generasi milenial tidak banyak terpapar pendidikan Pancasila karena dampak pencabutan Ketetapan MPR Nomor II Tahun 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4). Selain itu, melalui UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah menghilangkan mata pelajaran wajib Pancasila di lembaga pendidikan formal.
Padahal, dalam arus globalisasi dan perkembangan teknologi informasi saat ini, muncul banyak ideologi baru yang dapat mengancam persatuan dan keutuhan bangsa. Karena itu, sosialisasi kepada generasi milenial mendesak dilakukan karena di masa mendatang pucuk pimpinan akan berada di tangan mereka.
”Godaan ideologi transnasional sangat gencar menyerang generasi milenial dan ini dapat mengancam persatuan dan keutuhan bangsa,” kata Aris.
Media sosial
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Dadang Rahmat Hidayat mengatakan, diperlukan sosialisasi kepada generasi milenial agar mereka mengerti nilai-nilai Pancasila. Melihat pola perilaku konsumsi media milenial, mereka menghabiskan hampir enam jam dalam sehari untuk bermedia sosial.
Melalui survei sederhana dengan 98 responden milenial, Dadang juga mendapatkan jawaban bahwa cara yang tepat untuk menyampaikan tafsir Pancasila adalah melalui cerita dan contoh keteladanan. Sebanyak 46,9 persen responden juga sangat yakin Pancasila tetap akan menjadi ideologi bangsa Indonesia.
”Oleh karena itu, media yang paling sesuai untuk menyosialisasikan tafsir dan nilai Pancasila adalah media sosial,” ujar Dadang.
BPIP saat ini mencoba membuat program untuk mewariskan nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial. Salah satu yang sudah dilakukan adalah menyasar kelompok mahasiswa, baik secara formal maupun informal. Sosialisasi Pancasila dilakukan dengan konten yang sesuai dengan generasi milenial.
BPIP juga terus menggalang kerja sama dengan pihak luar agar sosialisasi Pancasila tidak bersifat dogmatis dan lebih segar. Salah satunya dengan membuat konten Pancasila melalui komik, dongeng, dan film.
”Kami juga belajar dari negara lain bagaimana mereka menyosialisasikan dasar-dasar nilai bernegara. Kira-kira mana yang cocok disampaikan ke generasi milenial,” kata Aris.
Musisi Addie MS juga mengamini bahwa semangat dan nilai-nilai Pancasila sangat relevan dalam kehidupan sosial masyarakat di Indonesia. Selama masa pandemi Covid-19 ini, dia sangat merasakan semangat gotong royong dan solidaritas tumbuh di masyarakat. Semangat inilah yang dipercaya akan membuat Indonesia lebih tangguh dalam menghadapi pandemi.
Sebab, pandemi tidak akan selesai diatasi oleh pemerintah saja. Peran serta dari berbagai pihak diperlukan untuk mengatasi virus yang menyerang seluruh sendi kehidupan manusia ini.
”Di tahun 2018, lembaga survei Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index merilis data bahwa Indonesia menempati urutan pertama sebagai bangsa yang paling dermawan. Sementara majalah asing juga mengulas bagaimana masyarakat Indonesia mengatasi Covid-19 dengan semangat gotong royong. Semangat ini harus terus dijaga dengan mengamalkan Pancasila,” tutur Addie.
Addie mengibaratkan bangsa Indonesia adalah sebuah orkes musik besar dengan berbagai jenis suara dan alat musik. Ketika dikendalikan oleh konduktor musik yang baik, tentu orkes ini akan melantunkan simfoni yang merdu dan harmonis.
Oleh karena itu, dalam unsur musik yang berbeda-beda itu harus ada konsensus bersama yang merekatkan kohesi sosial. Salah satunya dengan implementasi nilai-nilai Pancasila.