AHY Terpilih Jadi Ketua Umum Demokrat, SBY: Pemimpin Lama Tak Akan Pergi
Kongres V Demokrat memutuskan Agus Harimurti Yudhoyono menjadi Ketua Umum Demokrat. Agus menggantikan ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pidatonya, SBY menyebutkan pemimpin lama tidak akan pergi dari Demokrat.
Oleh
RINI KUSTIASIH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Agus Harimurti Yudhoyono terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum Partai Demokrat 2020-2025. Terpilihnya Agus dilakukan dalam sidang tertutup yang diikuti oleh 604 pimpinan DPC dan DPD serta organisasi sayap Demokrat dalam Kongres V Partai Demokrat, Minggu (15/3/2020), di Jakarta.
Pemimpin sidang EE Mangindaan mengetuk palu dan mengesahkan nama Agus sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat yang baru menggantikan ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia terpilih sebagai Ketum PD setelah menjadi satu-satunya calon yang mendaftarkan diri sebagai Ketum Demokrat.
”Dan setelah kami melakukan verifikasi administrasi calon ketum dan dikatakan memenuhi persyaratan, maka berdasarkan Pasal 25 Ayat 6 dan Ayat 7 Peraturan Tatib Kongres telah ditetapkan secara aklamasi Bapak Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Ketum Demokrat 2020-2025,” kata Mangindaan.
Anggota Fraksi Partai Demokrat di DPR, Benny K Harman, mengatakan, Agus tidak hanya memiliki kapabilitas, tetapi juga akseptabilitas. Kongres sebenarnya membuka kesempatan bagi setiap kader Demokrat untuk mencalonkan diri sebagai ketum. Namun, karena kenyataannya hanya satu orang yang mendaftar, pemilihan secara aklamasi itu diambil.
”AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) memang salah satu tokoh di Demokrat, bukan semata-mata karena dia kebetulan anak Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Setahu saya Pak SBY sangat demokratis sehingga setiap orang terbuka mencalonkan diri,” katanya.
Pada Minggu pagi, AHY yang mengenakan jas partai lengan panjang warna biru, datang dengan didampingi istrinya, Annisa Pohan, dan puluhan pendukungnya. Sorak sorai pendukungnya meneriakkan nama AHY. ”AHY! AHY!AHY! Ketum! Ketum,” suara pendukungnya menyoraki Agus yang datang ke lokasi Kongres pukul 08.43.
Dengan terpilihnya Agus menjadi Ketua Umum Demokrat, pidato Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka Kongres V Demokrat, Minggu pagi, menjadi pidato terakhirnya sebagai Ketua Umum Demokrat.
Dalam pidatonya, dia sempat menyinggung soal suksesi kepemimpinan di Demokrat. Dia menyebutkan, dirinya memiliki keyakinan tinggi, dewan pimpinan partai yang dilahirkan dari Kongres V, masa depan Demokrat akan makin cerah.
”Mereka yang akan mengemban tugas besar lima tahun ke depan adalah kader-kader yang kapabel, memiliki visi dan kompetensi, setia kepada perjuangan partai, serta punya komitmen yang tinggi untuk membesarkan Demokrat,” katanya.
Ketika para pemimpin baru itu datang, dia menekankan, pemimpin-pemimpin lama tidak akan pergi. ”Kami akan tetap di sini dan berjuang bersama. Justru partai kita akan makin kuat. Di mana pun saya berada, apa pun posisi saya, saya akan tetap berada di rumah ini. Rumah yang saya ikut mendirikan dan membangunnya. Rumah kita semua,” katanya.
Serius hadapi Covid-19
Selain itu, Presiden ke-6 RI itu sempat menyinggung pandemi Covid-19. Dia mengingatkan Indonesia untuk serius, sigap, dan melakukan langkah-langkah yang nyata dalam melawan ancaman Covid-19.
”Pemerintah, masyarakat, kita semua, harus bersinergi dan bekerja sama. Saya yakin ini pula harapan rakyat kita,” katanya.
Pandemi Covid-19, disebutkanya, sebagai krisis besar yang tengah membayangi dunia. Tak hanya karena pandemi mengancam keselamatan manusia, tetapi juga karena guncangan ekonomi yang bisa melumpuhkan perekonomian global. ”Kita berharap dunia tidak gagap dan tidak terlambat menghadapi semua ini,” katanya.
Dalam pengamatan Yudhoyono, penanganan virus korona secara global kurang maksimal. Koordinasi dan sinergi antarnegara kurang. Hampir semua negara bertindak sendiri-sendiri. Padahal, virus menyebar melalui interaksi antarmanusia sedunia. ”Ini kritik saya. Kita berharap koordinasi, sinergi, dan kerja sama antarnegara dapat diperbaiki dan ditingkatkan,” ujarnya.
Begitu pula dalam merespons dan menangani gejolak ekonomi saat ini, dia melihat dunia kurang padu dan kurang bekerja sama.
”Kita jadi ingat ketika terjadi krisis global tahun 2008-2009. Meskipun awalnya dunia gagap dan panik, tetapi dengan cepat para pemimpin dunia segera bersatu dan melakukan aksi bersama. Sebagai pelaku sejarah, saya pribadi aktif terlibat di dalamnya. Baik pada tingkat PBB, G-20, APEC, G-8 maupun ASEAN. Pikiran saya, kalau secara global situasi dapat dikendalikan, Indonesia akan selamat,” katanya.
Oleh karena itu, dia mengimbau para pemimpin dunia untuk bekerja sama menghadapi krisis global.
”Selamatkan dunia bersama-sama,” ujarnya.
Ini penting karena saat itu pun, dengan koordinasi dan kerja sama yang baik, untuk keluar dari puncak badai krisis, dibutuhkan waktu dua tahun.
Tiga tugas besar
Yudhoyono mengingatkan, seluruh persoalan global itu pasti berdampak ke Indonesia. Tugas besar Indonesia lima tahun mendatang, menurut dia, ada tiga.
Pertama, mengatasi dampak dari permasalahan dunia yang baru itu. Kedua, mengatasi permasalahan internal kita, utamanya di bidang ekonomi. Ketiga, mewujudkan Indonesia yang lebih adil dan lebih makmur di 2024, sesuai janji kampanye dalam Pemilu 2019.
”Tiga tugas besar tersebut bisa dilaksanakan jika bangsa ini makin bersatu, membangun kebersamaan, berpikir cerdas dan bekerja keras, di bawah kepemimpinan dan direction (arahan) pemimpin nasional kita. Terlalu sombong jika ada pihak yang merasa bisa bekerja sendiri. Negara pun memerlukan dukungan rakyat,” ujarnya.
Berangkat dari hal itu, dia mengingatkan kader Demokrat untuk ikut membantu menyelesaikan tiga tugas itu. Sekalipun Demokrat bukan bagian dari koalisi partai politik (parpol) pendukung pemerintah, secara moral Demokrat ikut bertanggung jawab.
”Jika akhir-akhir ini Demokrat kerap menyampaikan pandangan, saran dan terkadang kritik, ini merupakan tanggung jawab moral dan politik Partai Demokrat. Karena tidak berada dalam koalisi, Demokrat tentu tidak bisa menyampaikannya secara langsung. Parlemen dan ruang publik adalah wahana yang tepat bagi Demokrat untuk bersuara disertai solusi dan rekomendasi,” katanya.
Dengar suara rakyat
Dalam pidatonya, Yudhoyono juga menyampaikan harapan rakyat. Rakyat, menurut dia, hanya ingin agar ke depan, hidupnya lebih baik, masa depannya lebih baik, negaranya juga lebih baik.
Dia juga menyebutkan kalau rakyat ingin didengar. ”Rakyat ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menentukan masa depan dan hajat hidup mereka yang pokok,” katanya.
Rakyat juga ingin dihormati hak-haknya yang fundamental. Tidak dibatasi haknya untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum. Aturan negara dan pemerintah tidak boleh mengebiri kedaulatan rakyat dan mempersempit ruang politik.
”Belajar dari trauma dan pengalaman buruk di masa lalu, sampai kapan pun rakyat kita tidak menyukai pemerintahan yang represif-otoritarian, oligarki, dan plutokrasi,” katanya.
Oleh karena itu, dia menekankan kader Demokrat untuk terus memperjuangkan harapan rakyat itu. ”Kita perjuangkan melalui jalan konstitusi dan nilai-nilai demokrasi,” katanya.