Susilo Bambang Yudhoyono tak akan mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Partai Demokrat pada Kongres V Demokrat. Putranya berpeluang besar terpilih sekalipun ruang bagi seluruh kader terbuka.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO/RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Partai Demokrat bakal memiliki ketua umum baru pada Kongres V Demokrat yang akan digelar di Jakarta, Minggu (15/3/2020). Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono akan menanggalkan jabatannya dalam kongres tersebut.
”Yang pasti ada pengganti beliau (Susilo Bambang Yudhoyono). Kan, setiap kongres akan menghasilkan pemimpin baru. Beliau sampaikan kepada kami bahwa sudah cukup, saya mau soft landing sebagai ketua umum,” ujar Sekretaris Jenderal Demokrat Hinca Pandjaitan di Kantor DPP Demokrat, Jakarta, Jumat (13/3/2020).
Yudhoyono merupakan pendiri Demokrat. Namun, sejak Demokrat dibentuk pada 2001, dia baru mau menjabat ketua umum pada Kongres Luar Biasa Demokrat 2013. Saat itu, Demokrat memberhentikan Anas Urbaningrum dari posisi ketua umum karena terjerat kasus korupsi. Kemudian, kepemimpinan Yudhoyono berlanjut hingga 2020 setelah pada Kongres IV Demokrat 2015, Presiden ke-6 RI tersebut terpilih menjabat kembali ketua umum.
Hinca melanjutkan, Yudhoyono menginginkan ada pemimpin baru yang terpilih secara demokratis melalui kongres. Namun, saat ditanya kandidat ketua umum yang akan berkontestasi dalam kongres, dia merahasiakannya.
”Siapa orangnya? Tunggu kongres,” katanya.
Yang pasti menurut dia, calon ketua umum merupakan kader Demokrat. Bukan figur dari luar Demokrat. Saat ditanyakan lebih lanjut peluang putra Yudhoyono melanjutkan kepemimpinan Yudhoyono, dia hanya menyatakan bahwa seluruh kader partai memiliki peluang yang sama.
Kedua putra SBY saat ini menjabat dalam struktur kepengurusan Demokrat. Agus Harimurti Yudhoyono menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Demokrat, sedangkan Edhie Baskoro Yudhoyono menjabat Ketua Komisi Pemenangan Pemilu Demokrat.
Semula Kongres V Demokrat akan digelar tiga hari, 14-16 Maret 2020. Namun, akibat wabah korona, kongres dipadatkan menjadi hanya satu hari.
Waktu pelaksanaan kongres itu pun memperhatikan rencana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 yang digelar serentak di 270 daerah, September 2020. Demokrat membutuhkan kongres untuk mengonsolidasikan seluruh kekuatan partai agar target kemenangan di 35 persen daerah yang menggelar pilkada bisa tercapai.
Kongres menurut rencana bakal dihadiri seluruh ketua DPC dan DPD yang tersebar di 34 provinsi. Mereka akan menggunakan hak suaranya dalam pemilihan ketua umum partai.
”Demokrat akan memberikan pelajaran berharga dalam berpolitik di Indonesia. Semua orang ada waktunya, semua waktu ada orangnya. Kalau mau cari regenerasi, datanglah ke Demokrat,” ucap Hinca.
Kontestasi ditutup
Mantan petinggi Demokrat, Marzuki Alie, mempertanyakan pelaksanaan kongres yang dipercepat dari seharusnya pada Mei mendatang. Tak sebatas itu, kongres juga tidak seperti kongres Demokrat sebelumnya.
”Biasanya, jadwal digelarnya kongres itu ditentukan di dalam rapat pimpinan nasional yang digelar dua bulan sebelum kongres. Harapannya, dalam waktu dua bulan itu muncul siapa saja yang akan mencalonkan diri. Dalam waktu itu, akan berkembang di publik tentang siapa saja mereka, apa tujuan dan program mereka, sehingga ada wacana yang berkembang di publik tentang setiap calon,” tuturnya.
Namun, khusus kongres kali ini, dia tak melihat proses itu dilakukan. Nama-nama kandidat juga tak terlihat hingga kini. Akibatnya, menurut dia, muncul dugaan ruang kontestasi sengaja ditutup dan pemilihan ketua umum nantinya didorong secara aklamasi.
”Makanya ini yang saya kritik sebagai bentuk kecintaan kader terhadap partai,” katanya.
Trah Yudhoyono
Terlepas dari adanya kritik itu, peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, memprediksi, trah Yudhoyono akan mewarisi posisi ketua umum Demokrat. Dengan demikian, bisa Agus atau Edhie.
Meski demikian, jika melihat penugasan-penugasan khusus yang diberikan kepada Agus sebelum dan setelah Pemilu 2019, peluangnya untuk terpilih bakal lebih besar. Ini sekalipun jika dilihat dari sisi pengalaman politik, Edhie lebih berpengalaman karena sudah menjadi anggota DPR dari Demokrat sejak 2009.
”Sepertinya estafet kepemimpinan akan diberikan kepada AHY (Agus Harimurti Yudhoyono). AHY akan mudah melenggang karena ia dipersiapkan menjadi ikon baru dan nyaris tidak ada kompetitor di internal,” ujar Arya.
Agus mulai masuk ke dunia politik saat Pilkada DKI Jakarta 2017. Dia diusung Demokrat dan sejumlah partai lain sebagai calon gubernur. Kemudian menjelang Pemilu 2019, dia diberi tugas sebagai Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) untuk pemenangan Pemilu 2019. Setelah pemilu, dia diberi tugas baru sebagai Wakil Ketua Umum Demokrat.
Arya mengatakan, penting bagi Demokrat untuk memilih pemimpin baru yang tepat. Sebab, jika melihat pada dua pemilu terakhir, Pemilu 2014 dan 2019, raihan suara Demokrat terus menurun. Terakhir di Pemilu 2019, raihan suara tinggal sekitar 7 persen suara nasional. Adapun saat menjadi pemenang Pemilu 2009, Demokrat berhasil meraih sekitar 20 persen suara.