Polemik di internal PAN memasuki babak baru. Ketua DPW PAN Sulawesi Barat Muhammad Asri Anas mengatakan Amien Rais akan mengajukan gugatan ke pengadilan atas hasil Kongres V PAN.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi internal Partai Amanat Nasional semakin memanas pascakongres di Kendari, Sulawesi Tenggara. Pekan ini, Amien Rais akan mengajukan gugatan ke pengadilan atas hasil kongres tersebut. Bahkan, muncul pula wacana pembentukan PAN reformasi dari sejumlah loyalis Amien Rais.
Ketua DPW PAN Sulawesi Barat Muhammad Asri Anas saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (12/3/2020), mengatakan, kondisi PAN saat ini melenceng dari semangat pendirian PAN. Dia menyebut, perselisihan di internal partai muncul saat keputusan mahkamah partai terkait kepesertaan kongres tak diindahkan oleh ketua umum terpilih, Zulkifli Hasan, dalam Kongres V PAN di Kendari.
Permasalahan di internal partai ini semakin memuncak ketika mantan bakal calon ketua umum PAN, Mulfachri Harahap, dan Amien Rais tak dilibatkan dalam perumusan struktur kepengurusan partai periode 2020-2025.
”Pak Amien dan Pak Mulfachri tak pernah diajak bicara. Pak Amien sangat mengkritik kondisi PAN saat ini dan Kongres V benar-benar menjadi pukulan telak bagi Pak Amien, bukan karena kalah, tetapi karena mekanisme tak dilalui sama sekali. Pak Amien pernah meminta agar Pak Zulkifli dan Pak Mulfachri duduk bersama, tetapi itu juga tak ditanggapi Pak Zulkifli,” ujar Asri Anas.
Asri Anas menilai ada upaya sistematis untuk menyingkirkan Amien Rais dari PAN. Itu, lanjutnya, terlihat dari tak ada nama Amien Rais dalam struktur kepengurusan partai yang baru. Sebelumnya, Amien Rais menjabat Ketua Dewan Kehormatan PAN.
”Pak Amien tak dimasukkan lagi ke pengurus karena mungkin dianggap sebagai penghambat. Penghambat itu maksudnya, kalau DPP kelak memutuskan A, lalu Pak Amien, kan, suka ngomong B. Padahal, itu ciri khas beliau. Apa pun akan dibantah kalau melenceng dari arah reformasi,” tutur Asri Anas.
Atas dasar itu, Asri Anas menyampaikan, Amien Rais akan menggugat hasil Kongres V melalui pengadilan. Isi gugatan adalah membatalkan hasil kongres karena tak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik.
”Insya Allah minggu ini, paling lambat Senin (depan) akan masuk gugatannya. Sudah pasti (digugat),” ucap Asri Anas.
Bahkan, lanjut Asri Anas, sebagai bentuk kekecewaan kepada Zulkifli Hasan, para loyalis Amien Rais berencana membentuk PAN Reformasi. Lebih dari 100 anggota DPW dan DPD PAN bersiap mendirikan partai baru tersebut.
Namun, kata Asri Anas, pembentukan PAN Reformasi masih menunggu hasil gugatan yang dilayangkan Amien Rais. ”Kalau sudah selesai gugatan, kalau ada apa-apa kami kalah, ya mungkin langkah terakhir kami adalah mendirikan PAN Reformasi,” ujarnya.
Polemik di internal PAN ini menjadi babak baru dinamika PAN setelah kongres di Kendari yang sempat diwarnai kericuhan, tetapi kemudian berakhir dengan rekonsiliasi.
Arsip berita Kompas (12/2/2020) menggambarkan, seusai panitia pengarah Kongres V PAN mengumumkan kemenangan Zulkifli, sejumlah kader senior, dari Ketua Umum PAN 2005-2010 Soetrisno Bachir, Ketua Umum PAN 2010-2015 Hatta Rajasa, pendiri PAN Amien Rais, hingga para kandidat calon ketua umum lain, berpelukan. Bahkan, sebelum penghitungan suara selesai, Mulfachri menghampiri dan memeluk Zulkifli.
Menurut Asri Anas, seharusnya rekonsiliasi di internal partai bisa terjadi apabila semua pihak duduk bersama sebelum perumusan struktur kepengurusan partai. Namun, hal itu tak kunjung dilakukan.
Keputusan yang sah
Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga menyampaikan, setelah Kongres V PAN, hendaknya semua pengurus dan kader partai menerima hasil kongres karena itu merupakan keputusan yang sah, legal, dan konstitusional. Semua kandidat ketua umum telah berkontestasi dan proses pemilihannya berjalan sesuai dengan peserta sah yang memiliki hak pilih.
”Jika setelah kalah berkompetisi lalu merasa berkeberatan dengan hasil keputusan kongres, silakan menggugat sesuai dengan peraturan perundang-undangan,” ujarnya.
Namun, Viva Yoga meminta kepada para kader yang tidak terakomodasi di kepengurusan baru sebaiknya tidak menjadi provokator dengan memanfaatkan figur Amien Rais sebagai alat legitimasi atas ketidakpuasan hasil kongres. Dia menegaskan bahwa tak pernah ada niat dari Zulkifli untuk menyingkirkan Amien Rais dari PAN.
Viva Yoga menjelaskan, sejak Kongres II PAN di Semarang pada 2005, Amien Rais tidak bersedia dipilih kembali menjadi ketua umum PAN. Sejak saat itu, posisi Amien Rais sudah tidak lagi di posisi eksekutif partai karena telah menjadi Ketua Majelis Penasihat Partai DPP PAN periode 2005-2010 dan 2010-2015. Setelah itu, Amien Rais juga menjabat Ketua Dewan Kehormatan DPP PAN periode 2015-2020.
Viva Yoga menilai ada persepsi yang kurang tepat atas pemahaman Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PAN sehingga menimbulkan salah tafsir. Yang dimaksud pengurus DPP PAN itu terdiri dari pengurus di lembaga eksekutif, majelis penasihat partai, dan di lembaga partai.
Dalam Pasal 23 AD dan Pasal 52 ART PAN telah diatur tentang lembaga partai, yang terdiri dari dewan kehormatan, dewan pakar, dewan instruktur perkaderan nasional, dan lembaga partai lain yang memiliki fungsi dan tugas khusus.
”Saya tidak tahu apakah Pak Amien masih berkenan masuk kembali di salah satu posisi di lembaga partai atau tidak. Menurut saya, apakah Pak Amien Rais masuk atau berada di luar posisi di lembaga partai dipastikan tidak akan menghilangkan ketokohan, rekam jejak sejarah, dan karisma beliau di publik. Menurut persepsi publik, personifikasi Pak Amien tidak dapat dipisahkan dari eksistensi PAN,” tutur Viva Yoga.
Oleh karena itu, di situasi sekarang, Viva Yoga berharap seluruh kader partai merajut kembali kebersamaan. ”Menjemput yang tertinggal, bergandengan tangan untuk kebesaran partai ke depan,” katanya.