Noda Demokrasi di ”Partai Matahari”
Pemilihan ketua umum PAN diwarnai kericuhan yang menyebabkan beberapa peserta kongres terluka. Peristiwa ini mengejutkan tokoh senior PAN. Beruntung, kontestasi keras itu bisa berakhir dengan rekonsiliasi.
Ratusan peserta Kongres V Partai Amanat Nasional merangsek maju ke meja presidium sidang di Ballroom Phinisi, Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/2/2020) siang. Suasana rapat pleno pembahasan tata tertib persidangan berubah menjadi gaduh.
”Lanjutkan! Jangan ditunda,” teriak sejumlah peserta. ”Jangan sok tahu. Istirahat dulu,” balas yang lain. ”Mundur dulu saudara-saudara. Mundur dulu,” ucap Ahmad Farhan Hamid, salah seorang pemimpin sidang.
Aksi saling dorong terjadi di antara dua kubu besar di dalam ruangan pleno lewat tengah hari. Kubu pendukung Zulkifli Hasan, salah satu calon ketua umum 2020-2025, menginginkan agar sidang pleno yang membahas verifikasi faktual peserta ditunda terlebih dahulu. Sementara itu, kubu Mulfachri Harahap, kandidat lainnya, mendesak agar pleno dilanjutkan.
Botol air mineral yang dilempar mendarat di tengah massa yang saling dorong. Lemparan itu menjadi pemicu peserta saling tarik dan pukul. Kursi-kursi dalam ruang sidang ikut melayang, dilempar massa. Keributan tersebut membuat sidang terpaksa dihentikan.
Sesepuh sekaligus pendiri partai, Amien Rais, yang berada di kursi depan berdiri mematung melihat keributan yang terjadi. Ia tampak cukup kaget dengan situasi yang berubah cepat. Selama lima kali kongres PAN, kericuhan sebesar ini tidak pernah terjadi. Amien lalu dikawal keluar ruangan seiring lagu Mars PAN yang keluar lewat pengeras suara.
Akan tetapi, lagu tersebut tidak cukup meredakan aksi saling pukul dan lempar kursi di antara sesama kader partai berlambang matahari ini. Kericuhan baru mereda setelah sejumlah personel dengan pengamanan lengkap, juga Kapolda Sulawesi Tenggara Brigjen (Pol) Merdisyam, melerai massa.
”Duduk di kursi masing-masing. Lempar-lempar stop, cukup. Ambil tempat duduk masing-masing,” ujar Zulkifli.
Zulkifli mengatakan, pertarungan untuk memperoleh posisi ketua umum memang ketat. Dinamika sering kali terjadi sebagai bentuk demokrasi di dalam partai. Namun, persaingan ketat itu akan berakhir begitu kongres usai.
Baca juga: Pembukaan Kongres PAN Tanpa Amien Rais
Peserta terluka
Empat orang terluka dalam kericuhan ini. Meski tidak fatal, sejumlah kader terlihat diperban di bagian kepala dan wajah. Salah satu pemimpin sidang, Ahmad Farhan Hamid, mengatakan, kericuhan dimulai ketika verifikasi faktual terhadap kepesertaan dimulai. Panitia sebelumnya telah melakukan verifikasi dengan sistem daring, lengkap dengan barcode.
”Ada yang merasa nama yang masuk itu tidak sesuai, tadi kalo tidak salah dari wilayah Papua. Dari situ, ada yang protes dan mulai ribut-ribut,” ucap Hamid.
Namun, Farhan mengatakan, hal itu merupakan hal yang biasa terjadi dalam kongres. ”Kami tadi juga sudah kumpulkan para kandidat untuk menenangkan pemilihnya. Kami juga putuskan agar sidang diskors satu jam agar beristirahat sebentar,” kata Farhan.
Persoalan terkait status kepesertaan kongres memang belum tuntas. Wakil Ketua Umum PAN Mulfachri Harahap yang maju sebagai calon ketua umum dalam kongres ini mengatakan, ada sejumlah pemilik suara yang masih diperdebatkan status kepesertaannya. Hal itu yang mengakibatkan tingginya dinamika selama kongres.
”Ini saya sampaikan kemarin. Kalau ini tidak diselesaikan sejak awal, ini potensi untuk menjadi masalah dan dibawa ke arena kongres,” kata Mulfachri ditemui di sela-sela kegiatan kongres.
Panas sejak awal
Sekretaris Panitia Pengarah Kongres PAN Saleh Daulay menyampaikan, dinamika sudah muncul sejak sidang dibuka, Senin (10/2/2020). Peserta sidang menginginkan kejelasan status peserta kongres. Untuk memastikan tidak ada penyusup, panitia kembali memeriksa satu per satu kartu peserta kongres.
Dinamika dan gejolak memang terus terjadi di kongres PAN kali ini. Selain di dalam ruang sidang pleno, aksi saling pukul juga terjadi di luar ruangan. Aparat mengamankan tiga orang yang terlibat dalam keributan tersebut.
Kongres V PAN jauh-jauh hari memang diprediksi berlangsung alot. Aparat kepolisian menyiagakan total 1.400 personel untuk mengamankan kongres kali ini. Dua peleton Brimob didatangkan dari Polda Sulsel. Jumlah ini sekitar 10 persen dari total aparat kepolisian yang ada di wilayah Polda Sultra.
”Kami netral dalam hajatan politik ini. Kami hanya mengamankan kegiatan dan menjamin acara berlangsung tertib dan lancar. Pemeriksaan berlapis dan sterilisasi akan dilakukan,” ucap Kapolda Sultra Brigadir Jenderal (Pol) Merdisyam.
Terkait kericuhan yang terjadi, Merdisyam mengatakan, pihaknya terus bersiaga dan mengamankan kegiatan hingga selesai. Ia juga mengingatkan agar semua pihak taat terkait aturan hukum yang berlaku.
Banyak kader yang menyesalkan adanya kericuhan selama kongres, tak terkecuali Wakil Ketua Dewan Kehormatan Dradjad H Wibowo. ”Saya syok, malu, kongres ricuh seperti ini,” katanya di sela-sela pemungutan suara.
Saat kericuhan terjadi, Dradjad memang tengah berada di dalam ballroom Hotel Claro yang menjadi lokasi kongres. Ia pun tidak bisa keluar ruangan karena kondisi sangat ricuh.
Sebagai politikus senior, Dradjad menyesalkan adanya kericuhan yang mengakibatkan kerusakan dan korban luka. Ia menyebut tindakan sejumlah oknum itu telah menodai demokrasi yang dibangun sejak awal PAN berdiri. Peristiwa yang terjadi dalam Kongres V itu diharapkan menjadi pelajaran bagi pengelolaan partai ke depan, terutama terkait kongres.
”Saya berharap, ke depan, soal teknis pelaksanaan kongres ini diatur dengan tegas di AD/ART partai,” kata Dradjad.
Berbeda dengan Dradjad, Mulfachri menganggap kericuhan itu merupakan hal biasa dalam kongres. ”Ibaratnya kalau hajatan, ada satu-dua piring pecah ini kan biasa,” katanya.
Untungnya, kericuhan itu tak sampai membuat agenda kongres berantakan. Sidang pun berlanjut dengan agenda pemilihan ketua umum, yang awalnya dijadwalkan pada akhir sidang pleno pada Selasa. Pemilihan ketua umum lalu hanya diikuti tiga calon setelah Asman Abnur mengundurkan diri. Mereka adalah Zulkifli Hasan, Mulfachri Harahap, dan Dradjad Wibowo.
Zulkiflli Hasan terpilih menjadi Ketua Umum PAN 2020-2025 dengan 331 suara. Ia mengungguli Mulfachri yang meraih 225 suara dan Dradjad Wibowo dengan 6 suara.
Kemenangan Zulkifli menjadi sejarah baru bagi PAN yang selama ini punya tradisi ketua umum satu periode. Namun, noda hitam juga tertorehkan, yakni ricuh hingga menimbulkan korban luka baru pertama kali terjadi sepanjang 22 tahun perjalanan PAN. Empat kongres sebelumnya juga penuh dinamika dan persaingan ketat, tetapi tidak sampai mengakibatkan kontak fisik dan kerusakan.
PAN yang lahir dari rahim reformasi pada tahun 1998 selalu memosisikan diri sebagai partai reformis. Para tokoh pendiri PAN-lah yang turut berjuang demi tegaknya demokrasi di negeri ini. Namun, setelah 22 tahun perjalanan, demokrasi justru ternoda di rumahnya sendiri. Beruntung, walaupun sempat ternoda kericuhan, proses pemilihan itu masih berakhir dengan rekonsiliasi.