Nama PTIK belakangan ini sering disebut dan dikaitkan dengan keberadaan Harun Masiku, politisi PDI-P, yang jadi buron KPK. Bagaimana kondisi PTIK serta bisakah publik mengakses kawasan tersebut? Beginilah ceritanya.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Peristiwa menghilangnya calon legislatif Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Harun Masiku, dalam tiga pekan terakhir telah membuat nama kompleks Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian di wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, naik daun. Konon, di fasilitas milik Kepolisian Negara RI itu, jejak Harun diketahui terakhir kali oleh penyelidik Komisi Pemberantasan Korupsi, 8 Januari lalu.
Di antara kawasan milik kepolisian yang ada di Indonesia, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) merupakan kompleks yang paling terbuka untuk publik. Gedung kepolisian yang berada di Jalan Tirtayasa Nomor 6 itu memiliki sejumlah fasilitas, seperti Auditorium Mutiara, Stadion Olahraga PTIK, Rektorium Prof Djokosoetono, kantor Komisi Kepolisian Nasional, Masjid Darul Ilmi, gedung perkuliahan, rumah dinas pejabat utama Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri, serta asrama kepolisian.
Ketika memasuki kompleks itu melalui pintu masuk utama, patung Prof Djokosoetono setinggi tiga meter akan menyambut. Dengan menggunakan setelan toga dan menggenggam buku di tangan kanan, patung itu merupakan bentuk penghargaan Polri terhadap dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (1950-1062) itu sebagai salah seorang pengagas lembaga PTIK pada 1954.
Di awal pembentukannya, PTIK berlokasi di Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Kemudian, kampus PTIK berpindah ke kawasan Pasar Jumat, Jakarta Selatan, pada 1963. Terakhir, PTIK dipindahkan ke lokasi saat ini sejak 1971.
Di sisi utara patung itu terdapat gedung Rektorium Prof Djokosoetono, lalu di sisi selatannya terdapat Auditorium Mutiara, dan di sisi timur patung terdapat Stadion Olahraga PTIK.
Berbeda dengan gedung kepolisian yang tertutup, dua fasilitas utama di PTIK, yaitu Auditorium Mutiara dan Stadion Olahraga PTIK, bisa disewakan oleh publik. Selain untuk acara besar kepolisian, misalnya rapat pimpinan Polri hingga seminar bertema kepolisian, Auditorium Mutiara bisa disewakan untuk acara pernikahan.
Di sejumlah situs wedding organizer, Auditorium Mutiara menjadi salah satu gedung yang ditawarkan kepada para calon mempelai. Auditorium itu cukup mewah dengan jumlah kapasitas hingga 1.500 orang, memiliki dua bagian toilet di sisi utara dan selatan gedung, terdapat dua layar proyektor besar, dan balkon di lantai dua gedung.
Selain itu, terdapat pula Stadion Olahraga PTIK yang bisa diakses oleh publik. Sejak 4 Mei 2018, stadion itu digunakan oleh Bhayangkara FC, tim sepakbola milik Polri, sebagai tempat pertandingan laga kandang di Liga 1 dan tempat latihan.Setiap pertandingan Bhayangkara FC selalu dihadiri para pendukung tim itu yang dinamakan Bharamania.
Meskipun hanya memiliki kapasitas penonton sekitar 3.000 orang, stadion itu sempat pula menjadi lokasi pertandingan internasional antara Indonesia U23 melawan Thailand U23, 31 Mei 2018.
Bagi masyarakat umum bisa pula menikmati rumput Stadion Olahraga PTIK yang bisa disewakan untuk pertandingan eksibisi. Dengan catatan, stadion itu sedang tidak dalam perawatan.
Tak hanya dua fasilitas itu, Masjid Darul Ilmi juga terbuka untuk publik. Tidak jarang pengendara ojek daring atau pengemudi taksi terlihat melaksanakan salat Zuhur dan salat Ashar berjamaah di masjid itu. Setiap pekannya, tepatnya hari Selasa, juga sering dilaksanakan kajian ba’da (selepas) salat Zuhur berjamaah yang dilakukan oleh penceramah terkemuka di Jakarta.
Di awal 2018, salah satu sudut gedung di kompleks PTIK juga sempat dicat ulang dengan atribut dan maskot Asian Games 2018. Pasalnya, gedung itu menjadi Sekretariat Chef de Mission Asian Games 2018 yang dipimpin oleh Wakil Kepala Polri ketika itu, Komisaris Jenderal (Purn) Syafruddin.
Pengamanan
Ketika ditanya terkait informasi adanya pemeriksaan terhadap penyelidik KPK yang hendak melakukan penangkapan terhadap Harun di PTIK, 8 Januari lalu, Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Azis mengungkapkan, pihaknya memperketat pengamanan PTIK sejak 8 Januari petang karena hendak ada kegiatan olahraga pagi Wakil Presiden Ma’ruf Amin, 9 Januari pagi.
“Sejak (8 Januari) malam, kawasan PTIK kami sterilkan, sehingga kalau pun ketemu penyelidik KPK, kami tidak tahu sedang ada proses apa di dalam (kompleks PTIK). Itu yang saya tahu dan dilaporkan oleh Gubernur PTIK serta Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri,” kata Idham.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Argo Yuwono menambahkan, sebagai bagian fasilitas kepolisian, kompleks PTIK tetap menerapkan prosedur pengamanan yang berlaku untuk seluruh kompleks milik Polri. Ketika ada acara pejabat utama negara, lanjutnya, pengamanan di kompleks PTIK akan semakin diperketat.
Sejak (8 Januari) malam, kawasan PTIK kami sterilkan, sehingga kalau pun ketemu penyelidik KPK, kami tidak tahu sedang ada proses apa di dalam (kompleks PTIK). Itu yang saya tahu dan dilaporkan oleh Gubernur PTIK serta Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri,” kata Idham.
Berdasarkan pengamatan Kompas dalam dua tahun terakhir, kondisi pengamanan di PTIK sedikit berbeda dengan Markas Besar Polri atau Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya. Di kedua markas kepolisian itu, proses pemeriksaan ketat dilakukan apabila publik ingin masuk kawasan itu, serta adanya pasukan pelayanan markas (Yanma) Polri yang menjaga di luar pintu masuk dengan bersenjata laras panjang.
Adapun di PTIK, yang merupakan kompleks pendidikan Polri, pemandangan pasukan Yanma tidak terlihat. Hanya di acara besar kepolisian, pasukan Yanma ditugaskan untuk memperketat pengawasan kompleks itu. Di pintu masuk utama PTIK terdapat dua pos penjagaan yang hanya dijaga oleh dua orang satuan pengamanan (satpam) yang bukan personel kepolisian. Mereka bertugas untuk menanyakan keperluan setiap orang yang ingin memasuki kawasan itu.
Satu-satunya penjagaan ketat yang terlihat di kompleks PTIK hanya terdapat di depan rumah dinas pejabat utama Lemdiklat Polri. Sejumlah pasukan brigade mobile (brimob) yang berseragam lengkap dengan rompi antipeluru dan sebuah kendaraan taktis selalu bersiaga di pintu masuk kawasan rumah dinas itu.
Namun, untuk memasuki rumah dinas itu tidak bisa melalui pintu masuk utama PTIK. Terdapat jalur khusus untuk akses ke kawasan rumah dinas itu yang berada di Jalan Tirtayasa VII. Sebanyak 11 gedung rumah berada di kompleks rumah dinas itu.
Jadi, apakah benar Harun sempat bersembunyi di salah satu gedung di kompleks PTIK? Andi Arief dan Rachland Nashidik, politisi Partai Demokrat, bahkan berencana ke PTIK, pekan depan, apabila Polri dan KPK belum mengungkap secara jelas keberadaan Harun di PTIK. Atas desakan itu, Idham menekankan, dirinya tidak mengetahui adanya keberadaan Harun di kawasan Korps Bhayangkara itu.
Oleh karena itu, penangkapan terhadap Harun menjadi satu-satunya cara untuk mengungkap kebenaran terkait keberadaan dirinya di PTIK. Kalau peristiwa itu tidak terungkap, mendiang Prof Djokosoetono mungkin akan bersedih karena kompleks PTIK telah disalahgunakan oleh segelintir oknum untuk keperluan di luar pendidikan personel kepolisian…