Hadiri Konferensi Islam di Abu Dhabi, Din Syamsuddin Tekankan Toleransi
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin sejak 9 Desember 2019 berada di Abu Dhabi untuk menghadiri konferensi yang bertajuk ”Toleransi, dari Kemungkinan kepada Keniscayaan”.
Oleh
·3 menit baca
MUI
Din Syamsuddin bersalaman dengan Syaikh Abdullah bin Bayyah, Ketua Muntada Ta’zis Silmi fil Mujtama’at al-Islamiyah, di Abu Dhabi, 10 Desember 2019.
ABU DHABI, KOMPAS — Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menghadiri konferensi yang bertajuk ”Toleransi, dari Kemungkinan kepada Keniscayaan” (At-Tasamuh Minal Imkan ilal Ilzam/Tolerance from Possibility to Necessity) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Selasa (10/12/2019). Konferensi ini merupakan yang keenam kali diselenggarakan oleh Forum Promosi Perdamaian dalam Masyarakat Islam (Muntadat Ta’zis Silmi fil Mujtama’at al-Islamiyah/Forum for Promoting Peace in Muslim Societies), yang dipimpin oleh Syaikh Abdullah bin Bayyah, ulama terkemuka di dunia saat ini.
”Pengembangan kemajemukan menuntut beberapa prasyarat, antara lain pengakuan akan kemajemukan, kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai, toleransi, dan kerja sama,” kata Din Syamsuddin saat berbicara dalam konferensi tersebut.
Konferensi dihadiri oleh sekitar 300 tokoh lintas agama dari sejumlah negara. Dari Indonesia, selain Din Syamsuddin, hadir Amany Lubis, Rektor UIN Jakarta; Amal Fathullah Zarkasyi; Rektor Unida Gontor; Khuzaimah Y Tanggo, Rektor IIQ; KH Abdullah Jaidi, Ketua MUI; KH Muhyidin Junaidi, Ketua MUI; dan Zaitunah, dosen UIN Jakarta.
Dalam konferensi dibahas beberapa aspek dari pengembangan budaya toleransi dalam kehidupan masyarakat majemuk, seperti formulasi baru toleransi, etika toleransi, peluang bagi perdamaian, dan Aliansi Keutamaan (Alliance of Virtuous).
Aliansi Keutamaan merupakan upaya mengangkat nilai-nilai keutamaan dari berbagai agama untuk ditampilkan sebagai lingkaran kebenaran. Lingkaran Keutamaan (Virtuous Circle) diharapkan dapat menggantikan Lingkaran Setan (Vicious Circle) yang melilit peradaban dunia dewasa ini.
Din Syamsuddin menyambut baik percakapan tentang toleransi ini dan menganggapnya sebagai pilar kehidupan dunia yang majemuk.
Toleransi, lanjut Din, adalah sikap dan pandangan mengakui bahwa di antara anasir masyarakat majemuk ada persamaan dan ada perbedaan. Toleransi adalah menghargai perbedaan disertai tenggang rasa terhadap perbedaan itu.
Konferensi tentang toleransi di Abu Dhabi, menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini, membawa pesan kuat dan relevan dengan bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan. Untuk menjaga keutuhan, kerukunan, dan persatuan, toleransi merupakan prasyarat mutlak. Dengan demikian, toleransi bukan sekedar kemungkinan, melainkan keniscayaan.
Namun, Din Syamsuddin mengingatkan agar tidak ada satu kelompok yang mudah mengklaim paling toleran dan kelompok lain intoleran. Klaim sepihak yang bersifat subyektif seperti itu justru akan merusak iklim toleransi yang ada. Tuduhan sepihak seperti itu sering muncul sebagai motif politik dan dengan demikian sikap itu sejatinya merupakan bentuk intoleransi.
Ketimbang mengembangkan pendekatan bernada fobia demikian, sebaiknya bangsa mengembangkan budaya toleransi sejati. Jika ada masalah di antara kelompok-kelompok, sebaiknya dikembangkan budaya dialog.
Dari Abu Dhabi, Din Syamsuddin sebagai Presiden Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) melanjutkan perjalanan ke New York untuk menghadiri Pertemuan Para Tokoh Agama-agama Dunia (Multi-religious Partnership for Peace and Development) yang diselenggarakan oleh Religions for Peace. Pada pertemuan itu, Din Syamsuddin menjadi moderator dalam sesi tentang peran agama dalam menanggulangi krisis lingkungan hidup.