Bamsoet, Indra, dan Agun Mundur dari Pencalonan Ketua Umum Golkar
Sebelum memutuskan mundur, Bamsoet sempat bertemu kompetitornya, Airlangga Hartarto, dan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang juga kader Golkar. Dia memutuskan mundur dalam pertemuan itu.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu/Dhanang David Aritonang/Agnes Theodora
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bakal Calon Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) mundur dari bursa pencalonan beberapa jam menjelang pembukaan Musyawarah Nasional X Partai Golkar di Jakarta, Selasa (3/12/2019). Keputusan tersebut diikuti dua bakal calon ketua umum lainnya yang berada dalam satu kubu, yaitu Indra Bambang Utoyo dan Agun Gunandjar Sudarsa.
Pernyataan pengunduran diri tiga bakal calon ketua umum Golkar yang akan berkontestasi dalam Musyawarah Nasional (Munas) X 2019 itu disampaikan dalam jumpa pers, di Jakarta, Selasa (3/12/2019) sore.
Bamsoet mengungkapkan, pengunduran dirinya dari kontestasi didasarkan pada situasi internal Golkar yang semakin memanas. Sejauh ini, kompetisi antarbakal calon, khususnya antara dirinya dan Ketua Umum Golkar petahana Airlangga Hartarto telah memicu konflik antarsesama kader. Konflik berpotensi kuat memecah belah partai.
Dia pun mengakui, telah meminta pendapat dari para politisi senior Golkar, di antaranya Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, Agung Laksono, dan Bobby Suhardiman.
Dia juga mengaku telah bertemu Airlangga dan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pada Selasa siang di kantor Kemenko Kemaritiman, dan memutuskan pengunduran dirinya di sana.
”Ini berat bagi saya, tetapi demi persatuan dan kesatuan Partai Golkar, saya ambil keputusan pahit ini. Inilah cara kami dan senior-senior kami dalam menyelesaikan masalah, yaitu secara damai,” ujar Bamsoet.
Selain konflik internal, tantangan perekonomian bangsa juga jadi pertimbangan. Menurut dia, konflik berkepanjangan dengan Airlangga yang saat ini menjabat Menteri Koordinator Perekonomian akan berdampak pada memburuknya kondisi negara. Padahal, hal itu tidak dibutuhkan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Oleh karena itu, baik kubu Bamsoet ataupun Airlangga sepakat untuk rekonsiliasi. ”Inilah pengorbanan saya untuk menjaga keutuhan kita, menjaga Partai Golkar, dan menjaga pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Ke depan tidak ada lagi kubu pro Bamsoet dan pro Airlangga, yang ada adalah pro Golkar dan pro Indonesia maju,” tuturnya.
Pengunduran diri Bamsoet diikuti oleh Indra Bambang Utoyo dan Agun Gunandjar. ”Bambang sudah mengorbankan dirinya, kami pun mendukung. Saya menyatakan mundur dari pencalonan,” kata Indra.
Syarat
Dia melanjutkan, pengunduran diri ketiga bakal calon ketua umum Golkar tidak begitu saja. Dia mengajukan syarat yang harus dipenuhi Airlangga. Syarat dimaksud, perbaikan manajemen partai yang selama dua tahun terakhir dinilainya tak demokratis. Pasalnya, mayoritas pengambilan keputusan dilakukan secara tertutup dan hanya melibatkan segelintir pihak.
”Kami bisa menerima rekonsiliasi ini dengan syarat, pertama rangkul semua (termasuk pendukung Bamsoet) dalam kepengurusan (DPP periode 2019-2024). Kedua, ubah manajemen partai dengan prinsip keterbukaan dan demokrasi,” kata Indra.
Jika tak ada perbaikan manajemen, pertaruhannya elektabilitas Golkar pada Pemilu 2024. Bukan tidak mungkin penurunan elektabilitas yang sudah berlangsung dalam tiga periode pemilu terakhir akan berlanjut. ”Kami khawatir sekali kalau manajemen masih seperti ini, mungkin 2024 perolehan suara akan lebih buruk dan kami akan kembali disalip oleh partai pecahan Golkar,” ujar Indra.
Agun sepakat, dua tahun terakhir pengelolaan partai cenderung tak demokratis. Pasalnya, DPP kerap memberhentikan pengurus tanpa alasan yang jelas, tak ada rapat terkait materi munas, bahkan laporan pertanggungjawaban pengurus yang akan disampaikan di munas pun tak dibicarakan sebelumnya.
”Hari ini yang dibutuhkan Golkar bukan sekadar soliditas, melainkan juga menjalankan mekanisme demokrasi. Benahi partai, berantas korupsi, dan selamatkan reformasi,” ujarnya.
Untuk itu, sebagai syarat pengunduran diri, dia meminta Airlangga berkomitmen agar setiap pengambilan keputusan dilakukan melalui rapat pleno. Semua pihak harus dilibatkan, termasuk dirinya. Agun mengklaim, Airlangga sudah menjamin untuk memenuhi permintaan tersebut.
Adapun Bamsoet enggan menjawab syarat yang dia ajukan atau tawaran yang diberikan oleh Airlangga hingga dia memutuskan mundur.
Menghormati
Pelaksana Tugas Ketua DPD Golkar Provinsi Sumatera Utara yang juga pendukung Airlangga, Ahmad Doli Kurnia, menghargai keputusan Bamsoet.
Menurut dia, hal tersebut dilakukan demi menjaga keutuhan partai. Keputusan itu juga merupakan kunci dalam membangun kembali soliditas partai yang sempat terkoyak karena konflik internal.
Sementara itu, Komite Pemilihan Munas Golkar Maman Abdurahman mengatakan, dirinya baru mengetahui kabar mundurnya Bamsoet dari media massa. ”Hingga saat ini, komite pemilihan baru membaca via media massa bahwa Bamsoet menyatakan mundur. Sampai sekarang belum ada surat resmi dari beliau, sehingga kami belum bisa memasukkan beliau dalam kategori tidak memenuhi syarat,” katanya.