Masyarakat Jangan Terprovokasi Serangan Teror di Selandia Baru
Oleh
PRADIPTA PANDU
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Majelis Ulama Indonesia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, dan Konferensi Waligereja Indonesia mengutuk sekeras-kerasnya serangan teror yang disertai penembakan secara brutal terhadap umat Islam di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019). Serangan teror tersebut menewaskan sedikitnya 49 orang.
“MUI mengungkapkan rasa duka cita yang mendalam kepada keluarga para korban dan berdoa semoga para korban menjadi syuhada,” ujar Ketua Dewan Pertimbangan MUI sekaligus President of Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) Din Syamsuddin melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Menurut Din, aksi teror tersebut adalah tindak kekerasan ekstrem dan bentuk Islamofobia yang tidak beralasan. Serangan tersebut juga dilakukan oleh orang yang tidak berperiketuhanan dan berperikemanusiaan.
MUI meminta kepada Pemerintah Selandia Baru untuk melakukan investigasi serius dan menyeret pelakunya ke jalur hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku. MUI juga mengimbau kepada seluruh umat Islam agar dapat menahan diri dan tidak terhasut melakukan reaksi negatif.
Sekretaris Jenderal PBNU Ahmad Helmy faishal Zaini juga mengajak masyarakat untuk menahan diri dan tidak terprovokasi akibat penyerangan tersebut. Dia juga meminta agar masyarakat Indonesia terus menggalang solidaritas kemanusiaan sekaligus menolak segala bentuk kekerasan.
Selain itu, PBNU mengajak semua pihak untuk membangun dialog antar umat beragama. Hal ini bertujuan untuk mengokohkan kesatuan dan persatuan bangsa agar tidak terpengaruh dengan upaya provokasi yang dapat memecah belah bangsa Indonesia.
Sementara itu, Ketua KWI Mgr Ignatius Suharyo berharap, peristiwa penyerangan tersebut tidak merusak hubungan antarumat beragama dan antaretnis yang berbeda terutama di Indonesia yang selama ini sudah berjalan baik.
Serangan terjadi di dua masjid di Christchurch, yakni masjid Al Noor dan Linwood, Jumat (15/3/2019) pukul 13.40 waktu setempat atau 07.40 WIB. Saat itu, masjid sedang ramai karena bertepatan dengan ibadah shalat Jumat.
Hingga Jumat sore WIB, serangan telah menewaskan 49 orang dan sedikitnya 20 orang kritis. Seorang pelaku yang diidentifikasi sebagai ekstremis kanan Australia, menayangkan penyerangan tersebut secara langsung melalui media sosial sebelum akhirnya ditangkap aparat.
Berdasarkan keterangan dari Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, terdapat enam warga negara Indonesia (WNI) yang berada di lokasi terjadinya penyerangan tersebut.
Tiga WNI dikonfirmasi berhasil melarikan diri dan tiga WNI lainnya belum dapat ditentukan keberadaannya. Hingga Jumat siang, tidak ada informasi mengenai WNI yang menjadi korban dalam serangan tersebut.