Agnes Theodora Wolkh Wagunu dan Antonius Ponco Anggoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Menjelang bulan ketiga masa kampanye, pertarungan Pemilihan Umum 2019 semakin sengit. Tim sukses calon presiden-wakil presiden mulai agresif memperluas dukungan melalui merambah masuk ke basis kekuatan lawan. Jawa Tengah menjadi target utama kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sementara kubu Joko Widodo-Ma\'ruf Amin fokus menggarap Jawa Barat.
Mengacu pada hasil Pemilihan Presiden 2014, Jawa Barat merupakan basis suara Prabowo yang saat itu maju dengan Hatta Rajasa. Prabowo-Hatta unggul dari Jokowi-Jusuf Kalla dengan suara 59,78 persen. Adapun Jawa Tengah merupakan basis suara Jokowi-Kalla, yang mendapat suara 66,65 persen saat Pilpres 2014.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma\'ruf Arsul Sani saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (11/12/2018) mengatakan, setidaknya dalam satu bulan ini, pihaknya sudah aktif berkampanye dari rumah ke rumah di Jabar. Menurutnya, langkah \'infiltrasi\' itu sudah saatnya ditempuh untuk memperluas dukungan.
"Harus bergerak out of the box. Tapi pendekatan kami tidak sama. Mereka (kubu Prabowo) cenderung serangan udara dengan mengembuskan wacana memindahkan markas ke Jateng. Kami tidak main begitu, gerak door to door saja sesuai arahan Pak Jokowi," ujar Arsul.
Selain Jabar, kubu Jokowi-Ma\'ruf Amin juga memprioritaskan dua wilayah lain dari target keseluruhan, yaitu Banten dan DKI Jakarta. Seperti Jabar, Banten juga merupakan basis suara Prabowo saat Pilpres 2014.
Sementara itu, Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman Said, mengatakan rencana Sandi memfokuskan kampanye di Jawa Tengah (Jateng), termasuk memindahkan markas perjuangan Sandi ke Jateng dalam waktu satu-tiga minggu ke depan, untuk membuat Sandi lebih dekat dengan masyarakat Jateng.
Dari kedekatan ini, Sandi bersama tim bisa lebih banyak menyerap aspirasi masyarakat, mencari solusi, sekaligus meyakinkan mereka agar memilih Prabowo-Sandi dengan solusi yang ditawarkan. Lokasi markas itu belum ditentukan, tetapi salah satu opsinya di Solo.
Sudirman sadar itu tidak mudah mengingat Jateng selama ini basis PDI-P selaku partai asal Jokowi, dan Jokowi sendiri. Apalagi, mengingat sebelum menjadi Presiden, Jokowi pernah menjabat wali kota Solo. “Justru karena tidak mudah itu maka kami benar-benar fokus di wilayah itu,” tambahnya.
Sudirman yakin situasi bisa berubah dengan berkaca pada hasil Pilgub Jateng 2018. Saat itu, Sudirman sebagai calon gubernur penantang Ganjar Pranowo, kader PDI-P, bisa meraih suara hingga sekitar 41 persen. Adapun Ganjar sekitar 58 persen. Ini di luar prediksi sebelumnya. “Melihat pilkada, saya kok yakin rakyat Jateng rindu perubahan,” katanya.
Sementara itu, timses tetap mempertahankan wilayah basisnya sendiri. Tim Jokowi-Ma\'ruf, misalnya, menyiapkan langkah-langkah untuk menjaga agar suaranya di Jateng tidak terancam langkah ekspansi kubu Prabowo-Sandiaga. "Kami tetap waspada, tetapi tidak menempatkan (manuver Prabowo) itu sebagai ancaman besar," kata Arsul.
Wakil Direktur Kampanye TKN Jokowi-Ma\'ruf Daniel Johan meyakini, pertahanan suara Jokowi di Jateng tetap kuat meski kubu Prabowo-Sandiaga sampai memindahkan markas pemenangannya ke Solo, Jateng. Sebab, menurutnya, suara Prabowo dan Gerindra di Jateng tidak terlalu kuat. Daniel mengatakan, yang membuat pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah unggul saat Pemilihan Gubernur Jateng, Juni lalu, adalah unsur Ida dan PKB sebagai partai asalnya.
"Kemenangan di pilgub kemarin itu, kan, di basis PKB di Tegal, Brebes, Kebumen, dan Purbalingga. Sekarang, Mbak Ida sudah full di TKN, keliling terus door to door untuk memenangkan Jokowi-Ma\'ruf," kata Daniel.
Politisi PKB itu mengatakan, tim Jokowi-Ma\'ruf sudah selama tiga bulan terakhir ini konsisten berkampanye dari rumah ke rumah sampai ke tingkat dusun di Jateng. "Jateng seharusnya tetap aman. Di sana ada dua kekuatan, merah (partai nasionalis) dan hijau (partai islam/Nadhlatul Ulama) yang bergabung," ucapnya.
Merangkul
Tidak hanya menyasar basis lawan, kubu Jokowi-Ma\'ruf juga merangkul pengurus daerah dari pihak lawan. Setelah Dewan Pengurus Wiayah Partai Amanat Nasional Kalimantan Selatan, memutuskan mendukung Jokowi-Ma\'ruf, Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma\'ruf Kalsel bersiap menyasar partai lain.
"Ada dari partai lain yang sekarang juga kami dekati. Semua kubu pasti usahanya ke arah sana. Menyambungkan simpul-simpul yang putus, disatukan, dikonsolidasikan. Baru kampanye terbuka kita lakukan mulai Januari," kata Ketua TKD Jokowi-Ma\'ruf Kalsel, Ghimoyo.
Ia berinisiatif mendekati DPW PAN di Kalsel setelah tahu bahwa DPW itu lebih ingin DPP PAN mendukung Jokowi daripada Prabowo. "Kalau dipaksakan (mendukung Prabowo), partai PAN di Kalsel yang bisa hancur," ujar Ghimoyo.
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes melihat ekspansi ke basis lawan oleh kubu Jokowi atau Prabowo bisa jadi didasarkan pertimbangan raihan suara yang tak mungkin lagi ditingkatkan di basis awal setiap calon.
"Maka masing-masing calon bersama timnya sudah mulai berani masuk ke basis lawan. Sebab, pilihannya untuk mendongkrak elektabilitas ya dengan masuk ke kubu lawan,” tambahnya.
Strategi masuk ke basis lawan ini diprediksinya akan meningkat hingga tiba waktu Pemilu 2019.
Namun untuk mengubah peta dukungan di basis lawan, bukan perkara mudah. Setiap calon menurutnya, perlu ditopang data pendukung lain. Sebagai contoh, hasil survei yang memetakan daerah-daerah yang pemilihnya belum bersikap untuk Pemilu 2019.
“Dengan fokus di daerah-daerah itu, bisa jadi para pemilih itu menjatuhkan pilihan ke salah satu calon,” ujarnya.