CILACAP, KOMPAS — Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai partai asal Joko Widodo merupakan salah satu partai politik yang selama ini dinilai mendapat paling banyak efek ekor jas dari pencalonan Jokowi-Ma’ruf Amin. Namun, kenyataan di lapangan berkata lain. Tidak semua pendukung Jokowi otomatis mendukung PDI-P.
Efek ekor jas dari sosok Jokowi terhadap PDI-P itu kurang terasa di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Meski saat Pemilu 2014 PDI-P unggul di kedua daerah itu, perolehan suara PDI-P tetap jauh di bawah perolehan suara Jokowi saat pilpres di kedua daerah itu.
Dalam kunjungan Safari Kebangsaan II PDI-P ke Jawa Barat dan Jawa Tengah pada 24-26 November 2018, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, efek ekor jas yang belum merata itu tengah diupayakan oleh PDI-P untuk mencapai target kemenangan di Pemilu 2019.
Saat memberi pengarahan di Rapat Konsolidasi Pemenangan Pemilu 2019 di depan kader dan pengurus Dewan Pimpinan Cabang Cilacap, Jawa Tengah, Minggu (25/11/2018) malam, Hasto mencontohkan, perolehan suara Jokowi pada Pilpres 2014 di Jateng adalah 67 persen, sementara suara PDI-P 27 persen.
”Bandingkan, 67 persen dengan 27 persen. Artinya apa? Ada yang mendukung Pak Jokowi, tetapi belum mendukung kita. Bagaimana mereka bisa berpindah mendukung PDI-P, itu tugas kami ke depan,” katanya kepada para kader.
Selama ini, hasil survei menunjukkan, PDI-P dan Gerindra menjadi partai yang paling diuntungkan dengan kembali majunya Jokowi dan Prabowo di Pemilu 2019.
Merujuk survei Kompas, elektabilitas PDI-P mencapai 29,9 persen, sedangkan Gerindra 16 persen (Kompas, 23/10/2018). Partai lain yang memperoleh efek ekor jas adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan elektabilitas 6,3 persen. Sementara partai lain selama ini dianggap tidak mendapat keuntungan elektoral signifikan dari keputusan ikut mendukung pasangan calon Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hasto mengatakan, PDI-P perlu bekerja sama dengan partai seperti Nasdem dan Golkar untuk menggerus elektabilitas Prabowo. Hasil survei internal PDI-P selama dua bulan terakhir menujukkan, ceruk pemilih Gerindra sama dengan Nasdem dan Golkar.
Elektabilitas Gerindra juga berkorelasi langsung dengan elektabilitas Prabowo sehingga, ujar Hasto, jika suara Prabowo turun, dampaknya adalah elektabilitas Gerindra juga turun. Suara Gerindra yang turun tidak hanya akan menguntungkan PDI-P, tetapi juga partai pendukung Jokowi-Maruf lainnya seperti Nasdem dan Golkar.
”Pemilu ke depan yang kami hadapi bukan hanya Pak Prabowo dan Pak Sandi, melainkan Pak Prabowo, Pak Sandi, dan partai pengusungnya seperti Gerindra,” kata Hasto.