Akademisi Membahas Tantangan "Negara-Bangsa" di Masa Depan
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia membahas secara mendalam konsep "Negara-Bangsa" di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin (12/11/2018). Konsep ini dianggap memiliki sejumlah tantangan di masa depan bila tidak dijalankan secara sadar oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Hal itu disampaikan dalam orasi ilmiah berjudul "Menimbang Ulang Negara-Bangsa", oleh Anggota Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Yudi Latif. Ia mengatakan, konsep "Negara-Bangsa" di Indonesia dihadapkan pada tantangan globalisasi yang memunculkan tekanan keragaman dari luar negara.
"Adanya globalisasi dan perkembangan teknologi memungkinkan adanya perubahan signifikan terhadap eksistensi \'negara-bangsa\'," kata Yudi dalam orasi.
Meskipun begitu, ia menilai Indonesia memiliki cukup modal sosial yang ditanamkan oleh para pendahulu bangsa. Hal yang selanjutnya perlu dilakukan, menurut dia, yaitu bagaimana nilai itu dapat menjadi kekuatan kolektif yang dapat diikat melalui kesamaan berbasis moralitas.
Ia mencontohkan, modal sosial dan moral itu salah satunya dapat didukung oleh komunitas keagamaan. Komunitas ini dapat dijadikan tulang punggung integrasi nasional, karena mampu menautkan keragaman suku dan kelas sosial melalui kesamaan aliran keagamaan.
Sosiolog dari Universitas Indonesia Tamrin Amal Tomagola yang menjadi moderator dalam acara tersebut, mengatakan bahasan mengenai "Negara-Bangsa" menjadi relevan dengan Indonesia saat ini.
Sebab, Ia menilai konsep "Negara-Bangsa" di masa sekarang mengalami tamparan secara dua arah. Selain globalisasi yang datang dari luar negara, juga terdapat potensi ledakan pluralitas dari dalam negara. (ADITYA DIVERANTA)