JAKARTA, KOMPAS — Kemampuan PT PAL akan terus dikembangkan agar bisa menjadi pabrik serta pusat pemeliharaan kapal selam di kawasan regional. Untuk itu, dibutuhkan tambahan anggaran guna meningkatkan kemampuan PT PAL.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Agus Setiadji, Rabu (12/9/2018). Menurut dia, saat ini tengah dibahas kontrak pembangunan tiga kapal selam baru dengan PT PAL.
Agus mengakui, perlu banyak peningkatan kemampuan PT PAL setelah beberapa tahun belakangan ini bekerja sama dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korea membangun tiga kapal selam. Kapal selam ketiga menurut rencana akan diluncurkan Presiden Joko Widodo pada Oktober 2018.
”Kita harapkan ke depan PT PAL punya kemampuan membangun sendiri dan pemeliharaan. Kalau bisa, juga untuk memenuhi kebutuhan di kawasan,” ujar Agus.
Saat dikonfirmasi, Direktur Utama PT PAL Budiman Saleh mengatakan, PT PAL sanggup memenuhi permintaan Kementerian Pertahanan. Ia mengakui masih banyak fasilitas pembangunan kapal selam dan kemampuan PT PAL yang harus ditingkatkan.
”Order kapal selam jenis 209 sangat dinanti-nantikan karena selama ini investasi pembangunan galangan kapal selam diperuntukkan pada spesifikasi 209, baik untuk buat kapal selam baru maupun pemeliharaan,” ucap Budiman.
PT PAL sanggup memenuhi permintaan Kementerian Pertahanan.
Agus mengatakan, terkait dengan anggaran, penyertaan modal negara telah dipenuhi sebesar Rp 1,5 triliun. Sebenarnya, total kebutuhan untuk membangun infrastruktur pembangunan kapal selam di PT PAL mencapai Rp 2,5 triliun. ”Kami sedang ajukan yang Rp 1 triliun lagi,” lanjutnya.
Budiman mengatakan, dalam pembangunan tiga kapal baru yang akan datang, akan ada variasi peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Yang jelas, komponen lokal dari kapal-kapal selam ini akan meningkat dibandingkan kapal selam ketiga yang saat ini diproduksi bersama dengan DSME Korea.
Agus menuturkan, pihaknya sedang membahas apakah PT PAL akan menjadi kontraktor utama. Kemungkinan lain, bisa jadi pihak luar yang menjadi kontraktor utama. Pihak industri swasta dalam negeri juga akan dilibatkan. Yang penting, sesuai dengan Undang-Undang Industri Pertahanan, PT PAL tetap menjadi integrator. ”Kerja sama dengan siapa pun tidak masalah, yang penting diselesaikan di dalam negeri,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI AL Laksamana Siwi Sukma Adji menyebutkan, terkait dengan kebutuhan TNI AL akan 12 kapal selam, sementara tahun ini baru akan ada lima. Untuk seterusnya akan diadakan di PT PAL juga. Hal ini terkait dengan interoperabilitas serta pemeliharaan. Akan sangat mahal kalau dibeli jenis kapal selam baru yang berbeda dengan jenis U-209 yang saat ini dipakai Indonesia.
Sesuai kebutuhan
Agus mengatakan, pihak pengguna, yaitu TNI AL, masih melihat tipe U-209 sesuai dengan kebutuhan. Apalagi dengan laut Indonesia yang kedalaman lautnya banyak yang tidak lebih dari 200 meter, tidak dibutuhkan kemampuan menyelam yang sangat lama hingga 35 hari. ”Kita tidak butuh yang punya air-independent propulsion yang juga memang mahal itu,” ujarnya.
Ada beberapa hal yang menjadi catatan bagi PT PAL untuk meningkatkan kompetensinya. Berdasarkan masukan dari TNI AL, kapal selam buatan PT PAL diharapkan bisa lebih sesuai dengan iklim Indonesia. Selain itu, kecepatannya juga diharapkan bisa di atas 12 nautical mile.
”Kelemahan-kelemahan harus diperbaiki, jadi akan kita sinkronkan kebutuhan dan kemampuan,” kata Agus.