Strategi Keamanan di Tingkat Regional dan Global Jadi Bahasan Utama
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia International Defense Science Seminar atau IIDSS 2018 digelar mulai Rabu (11/7/2018) hingga Kamis (12/7/2018) di Hotel Grand Mercure, Kemayoran, Jakarta. Seminar internasional kedua yang diinisiasi Universitas Pertahanan tersebut akan diisi oleh para pakar pertahanan nasional dan internasional untuk membahas dinamika keamanan pada tingkat regional ataupun global.
Seminar IIDSS 2018 mengangkat tema memperkuat diplomasi pertahanan untuk membicarakan tantangan dan ancaman keamanan bersama atau strengthening defense diplomacy to address common security challenges. Seminar dibuka secara resmi oleh Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu.
Ketua IIDSS Laksamana Muda TNI Amarulla Octavian menjelaskan, seminar ini bertujuan untuk menggali pemikiran-pemikiran baru dari para ilmuwan dan mencermati tatanan global sebagai alternatif pengelolaan tatanan yang lebih adil untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan global. Dia menambahkan, ada tiga sasaran seminar IIDSS kali ini, yakni sukses akademik, sukses prestasi, dan sukses penyelenggaraan.
”Kami ingin berfokus pada pencapaian pengakuan ilmu pertahanan sebagai disiplin ilmu setara dengan rumpun ilmu lain secara nasional dan internasional sekaligus diakuinya kemampuan Unhan dalam menyelenggarakan event internasional yang memiliki standar tinggi,” ujar Amarulla yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan Unhan.
Setidaknya terdapat 24 pembicara dalam seminar ini, yakni 14 pakar dari luar negeri, 3 pakar dari organisasi internasional, dan 7 pakar dari Indonesia.
Pembicara dari luar negeri itu adalah masing-masing dua orang dari Amerika Serikat, Rusia, dan Inggris, serta masing-masing satu orang dari Australia, India, Jepang, China, Bulgaria, Bangladesh, Filipina, Malaysia, ASEAN, International Atomic Energy Agency (IAEA), dan Indian Ocean Rim Association (IORA).
Adapun, beberapa topik seminar pada hari ini adalah Weapons of Mass Destruction (WMD); Cracking Down Transnational Organized Crimes (TOC) in the ASEAN Region; dan Energy and Natural Resources: Promoting Sustainable Resources Development.
Adapun topik seminar pada hari kedua, Kamis (12/7/2018), adalah Terrorism and Separatism Challenges; Humanitarian Assistance and Disaster Relief-Sharing Best Practices and Strategies in Disaster Relief, dan Media and Information Warfare.
”Hasil seminar akan dirangkum ke dalam proceeding terakreditasi nasional dan atau bereputasi internasional sebagai masukan kepada Pemerintah Indonesia dan kontribusi untuk masyarakat dunia,” kata Amarulla.
IIDSS 2018 juga dihadiri oleh mahasiswa dari sejumlah universitas pertahanan luar negeri, seperti di Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru. Ada pula 24 universitas dari seluruh Indonesia, seperti dari Universitas Indonesia, Institus Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Gadjah Mada.
Total peserta seminar internasional ini lebih dari 1.000 orang, terdiri dari perwakilan seluruh kedutaan, konsulat negara lain, dan organisasi internasional yang bermarkas di Jakarta.
Seminar juga dihadiri oleh atase pertahanan negara sahabat, seluruh kementerian dan lembaga yang terkait dengan aspek pertahanan, Mabes TNl, Mabes ketiga Angkatan, dan Mabes Polri. Selain itu, juga dihadiri oleh lembaga pendidikan TNl, Polri. dan Pusdiklat dari beberapa kementerian, serta beberapa lembaga think tank.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati mengatakan, para pembicara dalam seminar internasional kali ini lebih beragam latar belakang kepakarannya dibanding tahun lalu. Topik-topik seminar pun sangat khas dari sudut pandang pertahanan negara dan keamanan nasional sebagai cakupan disiplin ilmu pertahanan.
"Topik Weapon of Mass Destruction sangat relevan dengan situasi terkini di Timur Tengah dan Semenanjung Korea. Topik Terrorism and Separatism juga dinilai banyak pakar sangat tepat sebagai masukan kepada Pemerintah Indonesia. Bahkan, topik Media and Information Warfare sangat tepat dibahas di tengah maraknya fake news dan hate speech yang sangat mengganggu masyarakat Indonesia akhir-akhir ini,” ujar Susaningtyas.
Ia berharap, aparat keamanan dan kalangan akademisi dapat berinteraksi selama seminar tersebut berlangsung sebagai salah satu wujud persatuan dan kesatuan.