Cegah Peredaran Hoaks, Polri Gelar Anugerah Jurnalistik 2018
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Negara Republik Indonesia menyelenggarakan Anugerah Jurnalistik Polri 2018 bertajuk ”Bersama Polri Wujudkan Pilkada Damai 2018”. Diharapkan, lomba jurnalistik ini bisa menjadi penangkal hoaks yang berkembang menjelang pilkada.
Kepala Bagian Penerangan Satuan Divisi Humas Polri Komisaris Besar Yusri Yunus menjelaskan, lomba jurnalistik ini terbuka untuk wartawan online, cetak, radio, dan TV.
”Lomba ini juga digelar menyambut HUT Polri pada 1 Juli nanti,” ucap Yusri dalam kunjungan Divisi Humas Polri ke Menara Kompas, Jakarta, Kamis (24/5/2018).
Yusri menjelaskan, total hadiah dari anugerah jurnalistik ini sebesar Rp 185 juta dengan juara 1-3 dari semua kategori. Ada beberapa kategori yang dilombakan dalam ajang ini, yaitu Kampanye Cerdas Anti Sara dan Anti Hoaks, Mari Berpesta Demokrasi dan Menjaga NKRI, Politik Cerdas Tanpa Politik Uang, serta Rayakan Pesta Demokrasi dengan Jujur dan Adil.
”Ada juga hadiah utama bagi pemenang untuk mengikuti kunjungan kerja Kapolri ke luar negeri,” lanjutnya.
Selain itu, ada juga lomba foto jurnalis dan karikatur dengan tema yang sama. Batas waktu pengiriman karya online, cetak, radio, TV, dan karikatur paling lambat diterima panitia pada 24 Juni 2018. Adapun foto jurnalis dan umum paling lambat diterima panitia pada 27 Juni 2018.
Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Trias Kuncahyono mengapresiasi Anugerah Jurnalistik Polri 2018. Menurut ia, anugerah jurnalistik ini dapat menjadi salah satu ajang untuk menangkal hoaks yang beredar di masyarakat.
”Namun, ada baiknya jika lomba selanjutnya dapat melibatkan masyarakat lebih umum dan luas, seperti anak-anak SMA dan mahasiswa. Saat ini, masyarakat sudah melek media dan hoaks-hoaks tersebut juga berkembang di kalangan masyarakat,” tuturnya.
Sebelumnya, pada Kompas (23/9/2017), Direktur Indonesia New Media Watch Agus Sudibyo menjelaskan, isu hoaks yang beredar di media digital dan sosial dapat memengaruhi kestabilan negara.
Agus berpendapat, media konvensional dengan sistem jurnalisme yang benar dan bermartabat dapat menghadapi hoaks dan fake news. Akan tetapi, saat ini media konvensional justru mengalami krisis eksistensi. Oleh karena itu, diharapkan kehadiran jurnalisme yang benar dan bermartabat bisa mengarahkan masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan tepercaya.