Kemenkumham Khawatirkan Kerusuhan Susulan di LP dan Rutan
Oleh
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat menginstruksikan seluruh lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan di Jabar meningkatkan pengamanan. Terkait dengan hal tersebut, pimpinan LP dan rutan diminta berkoordinasi dengan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara RI.
Hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi pascakerusuhan di Rutan Cabang Salemba, Markas Komando Brigade Mobil, Kelapa Dua, Depok, Selasa (8/5/2018) malam.
Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Jabar Alfi Zahrin khawatir kerusuhan di Mako Brimob terjadi di LP dan rutan lainnya. Namun, dia belum memberikan keterangan jumlah napi teroris (napiter) yang berada di LP dan rutan di Jabar.
Alfi mengatakan, pihaknya sedang memetakan keberadaan napiter, termasuk mengetahui keterangan lainnya, seperti asal, jaringan, dan kondisi fisik.
Saat ini, tambahnya, terdapat sejumlah napiter di wilayah Kanwil Kemkumham Jabar. Alfi mengaku baru mengecek tiga napiter di LP Cibinong, Bogor. Di LP Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, juga terdapat napiter, termasuk Abu Bakar Baasyir.
Kami khawatir ada kejadian susulan. Saya berkeliling mendata kembali jumlah napiter yang tersebar di Jawa Barat. Arahan dari Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), napiter dianjurkan tidak dikumpulkan di tempat yang sama.
Meski khawatir terjadi kerusuhan yang dipicu napiter, Alfi menambahkan, jika mendapat perintah, LP dan rutan di Jabar siap menampung napiter. Jabar memiliki LP Gunung Sindur yang memiliki keamanan maksimum dan dapat digunakan untuk napiter.
Kepala Bidang Humas Polda Jabar Ajun Komisaris Besar Trunoyudho Wisnu Andiko mengatakan, pihaknya siap berkoordinasi dengan jajaran pimpinan LP dan rutan untuk meningkatkan pengamanan.
”Peningkatan keamanan tentu akan dilakukan. Bagaimana teknisnya, bergantung pada situasi di lapangan. Intinya, kami siap berkoordinasi dengan pihak LP,” ujarnya.
Trunoyudho mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan terkait kericuhan akibat aksi napiter di wilayah hukum Polda Jabar. Namun, pihaknya tetap meningkatkan kewaspadaan dan terus berkoordinasi dengan pihak LP.
Aksi simpatik
Sejumlah kalangan di Banten menyampaikan simpati terhadap para polisi yang gugur. Mereka juga mengecam kekerasan itu dan mendukung Polri bertindak sesuai hukum.
Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Falahiyah, Ali Imron, di Serang, Banten, mengecam teror yang membuat cemas dan gaduh. ”Kami mendukung aparat hukum untuk menindak tegas pelaku terorisme,” ujarnya.
Pondok Pesantren Daarul Falahiyah akan mengadakan tahlilan selama tujuh hari untuk mendoakan polisi-polisi yang gugur. Imron mengatakan, acara itu juga bertujuan menguatkan Polri untuk memberantas terorisme.
Selain itu, menurut Imron, pihaknya juga mendorong halakah (diskusi) para ulama dan pemimpin pondok pesantren di wilayah masing-masing.
”Halakah itu perlu untuk membahas, merumuskan, dan menyatakan sikap mengenai penolakan radikalisme serta terorisme,” ucapnya.
Menurut Imron, halakah adalah usaha konkret meluruskan persepsi atau pemahaman, khususnya untuk generasi muda Islam.
Menurut Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin, Fauzul Iman, pihaknya mengecam kekerasan yang terjadi di Rumah Tahanan Cabang Salemba, Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
”Kami bersimpati terhadap para polisi yang tewas karena kerusuhan tersebut,” ujarnya.
Fauzul mengatakan, pihaknya turut berdukacita karena peristiwa itu telah menelan korban jiwa. Pola pikir membela terorisme harus dihilangkan, apa pun alasannya. Perlawanan terhadap aparat keamanan harus diatasi. Meski demikian, masalah itu harus diselesaikan secara damai.
Kekerasan tidak boleh terjadi di Indonesia. Menurut Fauzul, penataan di penjara-penjara dibutuhkan agar peristiwa itu tidak terjadi lagi. ”Hak-hak tahanan harus tetap dipenuhi. Masyarakat juga jangan terpancing dengan kerusuhan itu sehingga menjadi emosi,” katanya. (RTG/TAM/BAY)