JAKARTA, KOMPAS - Aisyah Hamid Baidlowi, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama yang juga adik kandung Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, berpulang di usia 78 tahun, Kamis (8/3) siang. Almarhumah dikenal sebagai sosok yang konsisten mendorong pemberdayaan perempuan maupun keluarga di kalangan Nahdlatul Ulama.
Nyai Aisyah meninggal di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta Selatan, Kamis sekitar pukul 13.00. Direncanakan, jenazah almarhumah dikebumikan di Jombang, Jawa Timur.
Inayah Wahid, keponakan almarhumah, saat dihubungi, menuturkan, nama Nyai Aisyah boleh jadi tidak terlalu dikenal karena masyarakat lebih mengenal kiprah adik maupun kakaknya. Namun, almarhumah sesungguhnya memiliki banyak capaian dan punya sumbangsih besar kepada masyarakat.
”Banyak sekali pekerjaan almarhumah bagi masyarakat maupun sebagai perempuan pendidik. Kakak dan adiknya memang sangat menonjol, tetapi beliau merupakan pejuang dalam caranya sendiri,” kata Inayah yang juga putri Gus Dur itu.
Laman daring Nahdlatul Ulama, NU Online, menyebutkan, selain pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU periode 1995-2000, almarhumah juga pernah menjabat sebagai Ketua Kongres Wanita Indonesia (1990-1995), anggota Dewan Perwakilan Rakyat (1997-2009), pengurus Majelis Ulama Indonesia (1995-2000), Ketua Umum DPP Pengajian Al-Hidayah (2000-2010), dan Ketua Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional (1999-2013).
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faishal Zaini mengenang sosok Nyai Aisyah sebagai pribadi yang mengayomi sekaligus teladan bagi kaum ibu yang tergabung dalam Muslimat NU. Semasa aktif di Muslimat NU, Nyai Aisyah juga kerap membantu menyukseskan program pemerintah, seperti program keluarga berencana, pendidikan bagi anak-anak, dan pelopor upaya membangun keluarga maslahat.
”Beliau juga merintis berdirinya sekolah-sekolah, baik taman kanak-kanak, pendidikan anak usia dini, maupun rumah sakit Muslimat,” kata Helmy.