Strategi Kebudayaan untuk Mencegah Potensi Disintegrasi Indonesia
Oleh
Agnes Theodora
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Melemahnya kohesi sosial di masyarakat setelah perhelatan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta dapat dipersatukan melalui berbagai aspek, salah satunya seni dan budaya. Seni dan budaya dinilai mampu mempersatukan Indonesia yang memang terdiri atas beragam suku bangsa. Potensi disintegrasi Indonesia karena faktor seperti radikalisme agama mampu dicegah dengan strategi kebudayaan melalui produk seni dan budaya lokal Nusantara.
Pada saat paham dan gagasan soal radikalisme menjadi ancaman paling nyata terhadap disintegrasi Indonesia sekarang ini, Indonesia dinilai membutuhkan pendekatan yang lebih halus untuk mengatasi potensi rusaknya persatuan nasional. Seni dan budaya dianggap mampu melawan gagasan dan paham radikalisme yang ditengarai mulai merebak di masyarakat. Ini karena pendekatannya jauh lebih membumi atau sesuai dengan konteks masyarakat lokal.
Hasan Basri, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama Yogyakarta, saat dihubungi dari Jakarta, Senin (22/5), mengatakan, selama ini, upaya deradikalisasi atau kontra-radikalisme dilakukan melalui penyampaian wacana atau narasi. Namun, penerapan cara seperti itu semakin tidak efektif.
”Memang, asumsi dasarnya, radikalisasi itu karena kesalahpahaman terhadap nilai agama. Namun, sebenarnya salah satu obat mujarab untuk melawan itu adalah lewat ruang tradisi dan kesenian,” ujar Hasan.
Pondok pesantren, misalnya, dapat melakukan pendekatan kultural dalam meluruskan paham agama yang nonradikal. ”Pesantren bisa mencari tahu bagaimana Islam itu berakar dalam tradisi Jawa. Memperkaya pemahaman agama dengan kultur lokal itu secara tidak langsung akan meng-counter radikalisasi,” tutur Hasan.
Pesantren menjadi salah satu bukti nyata bagaimana Islam di Indonesia mampu menghadirkan wajah yang betul-betul rahmatan lil alamin. Pesantren-pesantren dalam lingkup Nahdlatul Ulama selama ini menjadi penyebar utama gagasan Islam Nusantara, model perilaku keislaman yang berbaur dengan tradisi lokal, tetapi mampu mewujudkan Islam sebagai agama yang menjadi rahmat semesta alam.