Nyaris Diempaskan Badai Saat Bersepeda di Yunani
Selama mengayuh sepeda dari Bulgaria menuju Logoday, tampak semua titik di kiri dan kanan jalan berselimut salju.
Mengayuh sepeda di Eropa, terutama Yunani, pada pertengahan Desember 2023 sungguh berat. Kondisi itu tidak semata-mata akibat suhu dingin dan salju yang tebal, tetapi juga tiupan angin yang sangat kencang. Beberapa kali saya nyaris terempas akibat terkena badai tersebut.
Saya bersepeda di Yunani mulai Jumat, 15 Desember 2023 pagi, setelah pada malam sebelumnya menginap di Hotel Therassa, kota Thymaria. Lokasi ini berada tidak jauh dari pos perbatasan negara Yunani dengan Turki.
Pagi itu, perjalanan akan dilanjutkan menuju ke kota Komotini. Saat kami mempersiapkan diri untuk berangkat, datanglah lelaki setengah tua, pemilik hotel Therassa. Dia mengaku mendengar cerita dari karyawannya bahwa ada tamu yang datang dari Indonesia dengan bersepeda.
Dia kagum dengan petualangan dan perjuangan ini sehingga meluangkan waktu pagi itu khusus menemui saya untuk memberikan apresiasi. Dia ingin bersalaman dan berfoto bersama.
Saya memulai bersepeda pada pukul 07.15 waktu setempat. Baru beberapa meter gowes langsung menghadapi gonggongan anjing. Ada beberapa ekor mengejar. Saya tidak panik dengan situasi ini sebab sudah cukup sering.
Saya menjadikan anjing sebagai sahabat. Bahkan, saya juga sudah mengetahui trik untuk menjinakkan. Gonggongan itu sebetulnya hanya upaya untuk berkenalan. Kalau kita dekati dengan tenang sambil bersiul dan main mata, biasanya langsung diam.
Setelah itu, anjing akan menggoyang-goyangkan ekornya. Itu pertanda mereka mau menerima kita sebagai temannya. Kalau kita dekati lagi dengan baik, mereka akan meliukkan badannya pertanda menerima sebagai sahabat.
Dapat apresiasi warga
Dari Kota Thymaria, perjalanan sengaja saya belokkan ke arah pantai melewati Kota Alexandroupoli di tepi Laut Aegean. Laut ini akan menyambung dengan Laut Crete kemudian berlanjut menuju Laut Mediterania.
Sekitar pukul 10.00, kami sempat menyinggahi sebuah tempat istirahat yang berada di tepi jalan raya. Di situ, saya berjumpa dengan rombongan bapak dan ibu yang sedang beristirahat di halte. Mereka menyantap makanan kecil yang dibawa dari rumah masing-masing seraya minum teh dan kopi.
Kami berkenalan. Saya pun mengetahui bahwa mereka adalah para perawat pada sebuah rumah sakit di Cakale, Turki. Mereka menawarkan saya minuman dan makanan kecil. Ketika mendengar cerita saya, yakni bersepeda dari Jakarta, mereka pun kaget dan keheranan. Seolah tidak menyangka ada orang yang nekat mengayuh sepeda begitu jauh dan lama. Saya hanya tersenyum dan memohon doa agar dapat menuntaskan perjalanan panjang ini dengan aman, lancar dan tetap sehat.
Saat memasuki Kota Alexandroupoli sedang terjadi hujan lebat. Suhu udara sekitar 10 derajat celsius. Hujan membuat suhu terasa sangat dingin. Jarak dari Thymaria ke kota ini kurang lebih 48 kilometer.
Mengingat suhu semakin dingin, saya memutuskan mencari tempat berteduh. Kami akhirnya memilih berhenti di Restoran Maintanos sekaligus makan siang. Menu yang ada adalah kebab ala Yunani: irisan daging yang tipis.
Menu tersebut terpajang secara vertikal dengan posisi berputar-putar di dalam kaca. Makanannya cukup lezat. Mungkin juga karena lapar dan kedinginan sehingga ludes.
Selesai makan, di tengah rintik hujan, saya melanjutkan gowes dan bergerak ke arah barat. Memasuki Km 70,49, fisik rasanya sudah cukup lelah akibat udara dingin dan guyuran hujan.
Saya memutuskan tidak melanjutkan bersepeda. Hingga di lokasi itu total ketinggian mengayuh sepeda hari itu mencapai 651 meter. Selanjutnya, saya memilih loading hingga di Kota Komotini. Jaraknya sekitar 36 kilometer. Tiba di kota ini pukul 18.00.
Badai angin kencang
Keesokan harinya, Sabtu, 16 Desember 2023, saya melanjutkan perjalanan dari Komotini menuju Kavala. Kota ini juga masih berada di tepi Laut Aegean. Hari itu, sejak dini hari hujan turun sangat deras disertai angin kencang dengan kecepatan sekitar 30 kilometer per jam.
Melihat kondisi itu, saya terpaksa menunda waktu keberangkatan. Saya baru mulai bersepeda pada pukul 13.00. Meski sudah siang, suhu udara tetap dingin, sekitar 11 derajat celsius. Kecepatan angin malah bertambah. Berdasarkan data dari Strava, kecepatan menjadi 38 kilometer per jam.
Saya pun menambah lapisan pakaian. Sebelum mulai perjalanan, saya menjelaskan kepada tim pendukung tentang kondisi rute hari itu. Kontur jalan, suhu udara, dan lainnya. Lalu, kami berdoa bersama. Hal seperti ini sebetulnya rutin kami lakukan setiap hari.
Baca juga: Bersepeda Masuk Eropa, Mimpi Saya Mulai Terbayarkan
Tantangan terberat hari itu adalah angin kencang. Sejak keluar dari penginapan, kondisi tersebut sudah terasa. Hantaman angin dari arah utara atau sisi kanan sungguh sangat kuat.
Mengayuh sepeda terasa begitu berat. Beberapa kali saya nyaris terpental ke kiri ke tengah badan jalan. Saya mencoba berlindungi di sisi kiri mobil pengiring. Upaya ini cukup berhasil sehingga saya bisa maju dengan lancar.
Akan tetapi, upaya ini tidak mungkin berlangsung sepanjang perjalanan sebab selalu ada kendaraan datang dari belakang juga di sebelah kiri dengan laju yang cukup kencang.Hal ini tentu sangat berbahaya bagi keselamatan saya.
Saya berkali-kali harus berhenti sejenak untuk menghindari terjatuh atau terbuang ke tengah badan jalan. Saat berhenti, sepeda tidak dapat tertahan di tanah, tetapi selalu melayang akibat hantanam angin kencang. Mirip kain yang melambai-lambai. Padahal, sepeda ini berbahan titanium yang tidak ringan sekali.
Akhirnya, di Km 25,15 saya memutuskan berhenti gowes dan loading demi keselamatan dan keamanan perjalanan. Suhu udara 5 derajat celsius, tetapi rasanya seperti minus 1 derajat celsius. Kecepatan angin pun menurut Strava mencapai 38,2 kilometer per jam.
Saat mau melakukan pemuatan pun kami kesulitan menggantung sepeda di bagian belakang mobil akibat angin kencang tersebut. Akhirnya, kami melepaskan kedua roda sepeda dan memasukkannya ke bagasi, sedangkan rangkanya kami pangku.
Jadi, kekuatan angin sampai segitunya. Banyak perjuangan menghadapi angin yang begitu kencang dengan suhu yang dingin. Kami tiba di Kavala pukul 16.30.
Dapat apresiasi lagi
Minggu, 17 Desember 2023, saya melanjutkan perjalanan dari Kavala menuju ke Theodorou. Pagi itu angin sudah normal. Kecepatan rata-rata 3 kilometer per jam. Akan tetapi, suhu bertambah dingin, yakni 4 derajat celsius.
Saya mulai bersepeda pada pukul 09.34 waktu setempat menyusuri pantai selatan Benua Eropa. Kavala sesungguhnya kota yang indah sebab berada di tepi pantai dengan kontur berbukit, tetapi tidak terlalu tinggi.
Bangunan gedung perkantoran, rumah, dan lainnya cenderung berderet di bukit yang menyebar sepanjang pantai. Pantainya berpasir putih dan sangat bersih. Saya meyakini, saat musim panas, wisatawan pasti menyerbu Kota Kavala untuk menikmati pantai dan laut.
Saya melewati beberapa desa dan kota kecil di sepanjang pantai itu. Menariknya lagi, tidak ada bangunan yang berdiri di tepi pantai sehingga keindahannya tampak jelas dari jalan raya. Berdasarkan informasi dari warga setempat, pemerintah dan masyarakat selalu memberi perhatian ekstra terhadap kebersihan dan keindahan pantai.
Siang itu, kami makan di kota Ofrynio, tepatnya di Restoran Kotopoulakia. Makanan yang ada cukup enak dan lezat. Restoran itu berada dalam sebuah tempat peristirahatan (rest area). Di situ, kami juga sempat berjumpa dengan rombongan anak muda Yunani. Mereka datang menggunakan beberapa mobil dan ingin mencari konten. Kebetulan latar belakang kawasan itu cukup bagus.
Kami pun berkenalan. Mereka terkejut dan heran setelah saya memperkenalkan diri bahwa saya bersepeda dari Jakarta, Indonesia. Usia saya sudah 61 tahun.
Salah satu dari mereka kemudian berkelakar dan mengatakan bahwa ayahnya saat ini berusia 60 tahun. Kerjanya setiap hari hanya dari tempat tidur menuju ruang tamu kemudian ke dapur lalu ke tempat tidur lagi. Begitu saja aktivitas saban hari. Kami pun tertawa bersama.
Setelah makan siang, saya melanjutkan gowes menelurusuri jalan yang mulus. Di kiri dan kanan jalan banyak tumbuh pohon zaitun. Saya agak heran juga sebab selama ini hanya berpikir bahwa pohon zaitun hanya tumbuh di Palestina dan Timur Tengah. Ternyata banyak juga yang berkembang biak di Yunani.
Sebelum sore, kami menyinggahi lagi sebuah tempatuntuk istirahat sejenak. Di situ, sempat bertemu dengan sekitar sembilan anak muda menggunakan lima mobil campervan datang dari Belanda dan Jerman hendak menuju ke Turki. Ada lelaki dan perempuan. Ada pula yang membawa anjing peliharaan.
Katanya, saat musim dingin, orang Eropa cenderung berpergian ke wilayah selatan agar dapat menikmati kehangatan dari alam. Ini yang bertolak belakang dengan kita orang Asia yang malah berlomba-lomba ke utara ingin menikmati salju.
Kota Tesalonika
Sore itu, menjelang matahari terbenam, tampak hamparan pegunungan begitu indah. Warna hijau berubah menjadi toska akibat terkena sinar matahari yang lembut. Panorama itu membentang sepanjang jalan.
Saya pun berhenti sejenak untuk mengabadikan keindahan alam itu. Sebab, selama beberapa pekan sebelumnya, nyaris tidak menemukan sinar matahari menjelang terbenam.
Memasuki malam, saya memutuskan berhenti bersepeda. Saya mengakhiri gowes di Km 101,94. Dari lokasi itu, saya loading menuju kota Tesalonika. Rasul Paulus pernah menyinggahi Tesalonika. Kota ini berdiri pada 315 Sebelum Masehi dengan pendirinya, yakni Raja Kassandros dari Macedonia. Jumlah penduduknya lebih kurang 363.987 jiwa.
Malam itu, suhu di Tesalonika sangat dingin. Kami harusmengenakan jaket tebal saat keluar penginapan untuk mencari makan. Kami mencari restoran yang punya pemanas (heater) yang cukup besar karena kedinginan.
Senin, 18 Desember 2023 pagi hingga siang, saya memanfaatkan kesempatan untuk mengelilingi Tesalonika. Melihat bangunan-bangunan kuno dan tempat-tempat lainnya seraya berfoto. Maklum, belum tentu datang lagi ke kota ini. Selepas itu, saya menaiki mobil menuju ke perbatasan Yunani dengan Macedonia Utara sebab jaraknya masih 85 kilometer. Sebelum sore kami sudah tiba di perbatasan.
Kami melewati perbatasan Yunani dengan lancar. Pemeriksaan sangat singkat. Begitu pula di perbatasan Macedonia Utara. Namun, di Macedonia Utara, ada biaya khusus kendaraan sebesar 120 euro berlaku selama 6 bulan.
Selanjutnya, menuju ke Kota Kochani. Jarak dari perbatasan Macedonia Utara hingga Kochani sejauh 147 kilometer dan tiba di kota ini sekitar pukul 19.00.
Bali United di Macedonia
Pada Selasa, 19 Desember 2023, saya gowes menuju Kalimanci. Perjalanan mulai pukul 07.00. Namun, sebelum memulai bersepeda, tiba-tiba ada seorang lelaki setengah tua menghampiri saya dan bertanya asal. Setelah saya menyampaikan asal Indonesia, dia pun langsung menunjukkan sebuah kupon bertuliskan Bali United.
Dia bertanya, apakah saya mengetahui tentang Bali United? Saya katakan bahwa Bali United adalah klub papan atas dalam Liga Satu Indonesia. Saat ini, Bali United berada di urutan kedua klasmen sementara. Dia pun tertawa girang.
Rupanya, dia baru saja membeli kupon judi bola daring dan memilih Bali United sebagai pemenang saat melawan Persib Bandung dalam pertandingan berikutnya. Saya kemudian mengingatkan dia agar jangan bergembira dulu karena Persib Bandung juga klub yang kuat. Ternyata hasil pertandingan Bali United dan Persib Bandung berakhir imbang 0-0.
Setelah melayani diskusi dengan si bapak itu, saya pun mengayuh sepeda. Tiba di Kalimanci yang berjarak 21 kilometer, saya pun berhenti bersepeda dan selanjutnya menaiki mobil menuju perbatasan Macedonia Utara dengan Bulgaria.
Selepas makan siang, kami sudah tiba di perbatasan dan langsung melakukan pelaporan. Prosesnya berjalan lancar di pos perbatasan Macedonia Utara. Sementara di perbatasan Bulgaria, mobil pengiring sempat terhambat masuk karena belum memiliki green card dan harus kembali ke kota terdekat di wilayah Macedonia Utara, yakni Dechevo, guna membeli green card untuk masuk Bulgaria.
Green card yang kami beli sewaktu masuk Macedonia Utara ternyata hanya berlaku untuk negara itu. Harga green card mobil yang baru sebesar 180 euro berlaku selama enam bulan untuk seluruh Uni Eropa. Jadi, memasuki negara-negara Uni Eropa berikutnya, kami takkan terhambat lagi.
Saya tidak ikut kembali ke wilayah Macedonia Utara sebab sudah terlebih dahulu masuk ke wilayah Bulgaria dengan bersepeda. Saya melanjutkan gowes menuju ke wilayah Lagodaj sejauh 16,79 kilometer, dan menunggu kru di sebuah minimarket.
Selama mengayuh sepeda dari perbatasan Bulgaria menuju Logoday, tampak semua titik di kiri dan kanan jalan berselimut salju. Suhu terasa sangat dingin sebab rute ini melewati jalan menurun yang cukup panjang.