Balas Dendam Makanan Indonesia di Ankara
Di pintu gerbang sudah menunggu Pak Rizal Purnama dan istrinya. Kami agak kaget mendapat perlakuan begitu istimewa.
Saya meninggalkan wilayah Indonesia sejak 21 Juli 2023 melalui Pelabuhan Batam, Kepulauan Riau. Sejak itu pula banyak kenikmatan harus tersisihkan demi merealisasikan impian mengayuh sepeda dari Jakarta ke Paris. Soto, sate, dan rendang merupakan menu makanan yang selalu terbayangkan, tetapi sulit ternikmati. Rindu terpendam amat dalam.
Maka, begitu mendapat undangan makan malam dari Duta Besar Republik Indonesia untuk Turki Rizal Purnama di Wisma KBRI di Ankara, pada Minggu, 26 November 2023, saya pun langsung menyanggupi. Bayangan yang seketika muncul adalah deretan makanan khas Indonesia, seperti sate, soto, rendang, dan kerupuk.
Minggu sore, saya mengayuh sepeda dari hotel, dan sekitar pukul 17.00 tiba di Wisma KBRI Ankara. Jaraknya hanya delapan kilometer. Suhu udara sekitar 1 derajat celsius dengan sedikit gerimis salju. Rasa dingin begitu kuat menusuk kulit dan tulang.
Di pintu gerbang sudah menunggu Pak Rizal dan istrinya, Bu Rizal. Kami agak kaget dengan penerimaan tersebut, sebab mendapat perlakuan yang begitu istimewa. Alasan Pak Dubes ialah saya termasuk orang Indonesia pertama yang datang dari Jakarta atau wilayah lainnya hingga di Ankara dengan bersepeda.
Pak Dubes juga menawari kami malam itu menginap di Wisma KBRI. Gedung cukup megah dan baru selesai direnovasi dengan memiliki kamar cukup banyak. Wisma ini biasanya menjadi tempat persinggahan warga Indonesia. Kami menyetujui. Minimal dapat merasakan aura Indonesia.
Malam itu, selain Pak Dubes dan istri, hadir pula staf lainnya. Saya pun menceritakan perjalanan kami sejak dari Jakarta pada 8 Juli 2023, termasuk segala hal yang dihadapi, baik suka maupun duka.
Mereka pun mendengarkan dengan penuh semangat. Beberapa di antaranya terus menggali informasi perjalanan darat saat melewati sejumlah negara di Asia Selatan, seperti Nepal, India, dan Pakistan, juga Iran di Asia Barat. Bagaimana kondisi situasi keamanan, tradisi masyarakat, dan infrastruktur.
Menu makan malam itu seperti yang telah kami duga sebelumnya. Ada soto, sate, rendang, kerupuk, dan lainnya. Semuanya khas Nusantara. Makanannya enak dan lezat sekali. Saking enaknya, saya pun menambah porsi makan beberapa kali. Kerinduan benar-benar terobati. Anggap saja balas dendam.
Tuntaskan visa Uni Eropa
Besok harinya, Senin, 27 November 2023, pukul 09.00, kami mendatangi kantor VFS Global untuk mengurus visa Uni Eropa (Schengen). Kedatangan ini sesuai jadwal, di mana pagi itu kami perlu menyerahkan sejumlah dokumen untuk pengurusan visa.
Sesuai ketentuan, pengurusan visa Schengen hanya dilakukan di negara pemohon berdomisili. Untuk kami, seharusnya di Jakarta. Akan tetapi, mengingat kami melakukan perjalanan bersepeda dari Jakarta sehingga sulit memastikan waktu yang tepat memasuki wilayah Uni Eropa.
Itu sebabnya, kami mencoba mengurus visa ini menjelang memasuki Eropa. Opsi ini sebetulnya keliru. Akan tetapi, kami sudah berada di Asia Barat. Tidak mungkin kembali lagi ke Jakarta.
Akhirnya memohon bantuan pihak KBRI di Turki. Mereka melakukan pendekatan ke Kedutaan Besar Perancis di Ankara sehingga mendapatkan dispensasi. Kami pun dipanggil untuk memasukkan persyaratan dan melakukan wawancara.
Namun, dalam pertemuan pada hari itu, masih ada sejumlah dokumen yang belum terpenuhi sehingga pengurusan visa pun tertunda. Kami diminta kembali lagi ke kantor VFS Global pada 30 November 2023 dengan membawa sejumlah persyaratan lainnya.
Sambil menyiapkan dokumen pengurusan visa, dua hari yang ada saya gunakan untuk relaksasi. Pada Selasa, 28 November 2023, saya bersepeda di dalam kota Ankara sejauh 22 kilometer. Kontur jalannya banyak naik-turun sehingga total ketinggian mencapai 567 meter.
Coba bayangkan saja jarak 22 kilometer, tetapielevation gain mencapai 567 meter. Ini rute yang lumayan besar. Bikin ngos-ngosan juga.Di sebuah tanjakan, saya sempat dikejar anjing yang lumayan besar. Mungkin karena sering menghadapi kejaran anjing, saya pun tidak panik.Malah telah memiliki cara menghindari keberingasan hewan tersebut.
Sehari setelahnya, saya memilih untuk istirahat total. Tidak bersepeda, dan juga tidak jalan-jalan di dalam kota. Saya fokus pada pemulihan fisik sebagai persiapan untuk kegiatan-kegiatan berikutnya.
Kamis, 30 November 2023, kami kembali mendatangi kantor VFS Global untuk urusan visa. Hari itu urusannya lancar, termasuk melakukan wawancara sebagai persyaratan utama. Bersama kami adalah Atase Kepolisian di Kedubes RI di Turki, Komisaris Besar Harvi.
Kunjungan keluarga
Hari itu juga istri saya bersama kakak dan ponakan kami tiba di Ankara dari Jakarta. Saya tidak sempat menjemput di bandar udara setempat, sebab melanjutkan pengurusan visa Uni Eropa. Mereka ingin berwisata selama beberapa hari di Turki dan Eropa.
Keesokan harinya, 1 Desember 2023, saya mengajak mereka berlibur ke Cappadocia untuk menikmati balon raksasa sekaligus mengunjungi kota tua yang indah tersebut. Kami berangkat dengan menggunakan mobil double cabin Toyota Hilux yang selama ini menjadi pengiring touring.
Kami kembali lagi ke Ankara pada 3 Desember 2023. Lalu pada 4 Desember 2023, saya melanjutkan bersepeda menuju Istanbul. Hari itu juga Om Yayak M Saat berpisah dari kami karena kembali ke Jakarta melalui Bandara Istanbul.
Dari Ankara, saya menuju kota Sakarya sejauh 289 kilometer. Akan tetapi, saya mengayuh sepeda hanya 84,38 kilometer. Selebihnya saya loading hingga di Sakarya. Kami menginap semalam di kota yang telah ada sejak abad ke-12 itu.
Pada ratusan tahun lalu, kota ini merupakan tempat orang untuk menjual hasil bumi. Sakarya juga termasuk salah satu wilayah tujuan wisata di Turki. Setiap tahun ribuan wisatawan mengunjungi kota ini untuk menikmati museum, bangunan peradaban kuno, dan Danau Sapanca yang indah.
Baca juga: Akhirnya Menaiki Balon Udara Raksasa di Cappadocia
Hari berikutnya pada 5 Desember 2023, saya mengayuh sepeda lagi menuju ke kota Izmit. Jaraknya hanya 82 kilometer, dan saya bersepeda hingga di finis. Rute perjalanan ini melewati kontur datar, dan beberapa kali jalan menanjak dan turunan sehingga total ketinggian (elevation gain) mencapai 567 meter.
Sekitar 10 kilometer menjelang Izmit, saya berjumpa dengan seorang pesepeda lokal, namanya Om Mehmet. Kami pun bersepeda hingga finis. Dia berada di depan sebagai pemandu, dan saya mengikutinya dari belakang.
Sebelum memasuki kota Izmit, saya beristirahat sejenak dan menikmati keindahan Danau Sapanca yang menawan. Kota ini terletak di ujung teluk Laut Marmara.
Selat Bosphorus
Berhubung waktu masih siang, dari Izmit, saya memutuskan menaiki mobil pengiring dan langsung menuju Istanbul. Jarak kedua kota tersebut sekitar 100 kilometer, dan tiba di Istanbul sekitar pukul 17.50.
Petang itu, kami sudah berada di Selat Bosphorus, perairan yang membelah benua Asia dan Eropa di tengah kota Istanbul. Selat yang menghubungkan Laut Marmara dan Laut Hitam ini memiliki panjang kurang lebih 30 kilometer.
Lebar maksimum sekitar 3.700 meter di bagian utara, dan paling pendek 750 meter di sebelah utara, antara Anadouluhisari dan Rumelihisan. Kedalaman juga berkisar 36-124 meter.
Untuk menghubungkan Eropa dan Asia kini telah terbangun tiga jembatan. Tertua adalah Jembatan Bosphorus atau Bogazici Koprusu. Ini adalah jembatan gantung pertama yang melintas di atas selat tersebut. Jembatan ini menghubungkan Ortakoy di sisi Eropa, Istanbul, dengan Beylerbeyi di Anatolia, sisi Asia, Istanbul. Jembatan dengan panjang 1.510 meter ini dibangun tahun 1973, atau 50 tahun setelah Turki merdeka.
Selat Bosphorus menjadi unik dan menarik sebab menampilkan pesona dua benua berbeda dalam jarak yang berdekatan. Bahkan, ketika melewati jembatan ini, wisatawan hanya membutuhkan waktu 10 menit sudah melihat wajah dua benua tersebut.
Karena itu, wisatawan yang mengunjungi Istanbul takkan melewatkan waktu untuk mengunjungi jembatan di Selat Bosphorus. Namun, ketika menyeberangi jembatan harus tetap berada di dalam kendaraan.
Di Istanbul, kami menginap di salah satu hotel tua di kawasan Taksim, dekat Jalan Istiklal, di tepi Selat Bosphorus, sisi Eropa. Jalan Istiklal sangat populer sebagai pusat perbelanjaan, restoran, dan perhotelan. Hanya pejalan kaki, trem, mobil polisi, dan mobil ambulans yang boleh melintas di jalan ini.
Kawasan Taksim pun memiliki kontur jalan naik turun. Jalan sempit. Kendaraan yang berpapasan harus ekstrahati-hati. Mobil kami terpaksa parkir di lokasi khusus dengan tarif 150 lira (setara Rp 78.450) per hari.
Inilah kota yang berada dalam dua benua tersebut. Sungguh indah dan menarik.