Saya Masih Berjuang Mendapatkan Visa Uni Eropa
Setelah berada di Iran, berarti selangkah lagi perjalanan bersepeda saya memasuki Eropa. Akan tetapi, visa untuk masuk ke wilayah itu belum terkantongi.
Setelah berada di Iran, berarti selangkah lagi perjalanan bersepeda saya memasuki Eropa. Akan tetapi, visa untuk masuk ke wilayah itu belum terkantongi. Sesuai rencana, kami ingin segera menuntaskan visa tersebut setelah berada di Teheran, ibu kota negara Iran.
Saat masih di Jakarta, kami sebetulnya sudah memasukkan kelengkapan administrasi untuk pengurusan visa masuk ke negara-negara di kawasan Schengen. Sementara untuk wawancara dan lainnya ingin kami lakukan di negara terdekat menjelang masuk Eropa.
Mengapa kami memilih langkah seperti itu? Karena visa negara-negara kawasan Schengen berlaku sejak dikeluarkan. Masa berlakunya pun bervariasi. Kadang hanya 14 hari, sebulan, bahkan lebih lama lagi.
Ada pula yang mendapatkan visa berlaku selama dua tahun setelah melakukan perpanjangan. Tahun 2022, misalnya, saya pernah memperoleh visa Schengen sampai dua tahun. Itu sebabnya, kami merencanakan untuk menuntaskan urusan visa masuk Eropa saat berada di Iran atau Turki.
Maka, begitu tiba di Teheran, pada Minggu, 5 November 2023, kami menyempatkan diri mendatangi Kedutaan Besar Perancis. Kami bertemu dengan staf kedutaan untuk menyampaikan rencana tersebut. Di Iran, hari libur terjadi pada Jumat dan Sabtu.
Mereka menyampaikan bahwa untuk urusan visa harus melalui pihak ketiga, yakni VFS Global. Lembaga ini yang mendapatkan mandat untuk menangani pengurusan visa Uni Eropa di semua negara, termasuk di Indonesia.
Tunggu wawancara
Petugas tersebut kemudian menginformasikan letak kantor VFS Global di Teheran. Kami pun segera menuju ke kantor perusahaan tersebut. Jaraknya sekitar dua jam dari kantor Kedubes Perancis.
Di sana, ternyata sudah ada banyak pemohon yang berjubel. Mereka membentuk antrean yang cukup panjang. Melihat kondisi tersebut, para petugas pun langsung merespons dengan menanyakan tujuan kedatangan kami.
Saya mengabarkan bahwa kami ingin mengurus visa Uni Eropa. Kami tidak mengurus dari nol karena segala persyaratan sudah diserahkan di Jakarta. Di Teheran, kami hanya ingin menyelesaikan. Tinggal cetak stiker. Akan tetapi, petugas VFS Global menyampaikan bahwa kami harus terlebih dahulu mengantongi surat perjanjian untuk bertemu, lengkap dengan tanggal dan waktu untuk wawancara. Appointment letter tersebut harus mengetahui Kedubes Perancis. Hingga saat itu, kami juga belum mengantongi surat yang dimaksud.
Dalam hati saya berpikir repot juga mengurus visa Uni Eropa ini. Kami kemudian menyampaikan persoalan ini kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran. Kami memohon bantuan mereka agar persoalan visa dapat segera tertangani.
Akhirnya, kami mendapat bantuan dari Pak Audi, KBRI di Teheran. Mereka menyurati Kedubes Perancis di Teheran yang memohon kemudahan untuk kelancaran urusan visa kami ke Eropa.
Langkah ini ternyata mendapatkan respons yang baik dari Kedubes Perancis. Pada 12 November 2023 sekitar pukul 14.20 waktu setempat, kami mendapatkan panggilan melalui e-mail dari VFS Global menyertakan appointment letter. Dalam surat itu kami mendapatkan kabar bahwa wawancara visa akan dilakukan pada 19 November 2023 pagi.
Agak dilematis
Panggilan wawancara ini di satu sisi membahagiakan. Akan tetapi, pada sisi lain agak membingungkan karena visa Iran yang kami kantongi akan berakhir pada 22 November 2023. Setelah wawancara belum tentu kami langsung dapatkan visa Uni Eropa. Biasanya menunggu beberapa hari berikutnya.
Jika mengurus perpanjangan visa Iran pun belum tentu langsung terbit. Daripada memperpanjang lebih baik kami mengurus visa Uni Eropa di Turki. Ini masih ideal. Langkah ini lebih realistis.
Akhirnya, kami memutuskan mengurus visa Eropa di Turki. Saya langsung mengontak KBRI di Turki melalui Atase Kepolisian mengabarkan persoalan kami dan meminta bantuan mereka. Mereka menyilakan kami datang ke Turki. Mereka berjanji akan mengupayakan. Itu sebabnya, kami pun memutuskan menyelesaikan urusan visa Eropa di Turki.
Akan tetapi, pada 13 November 2023, kami mencoba mendatangi lagi kantor VFS Global di Tehran. Tujuannya, untuk meminta waktu wawancara dimajukan satu atau dua hari dari jadwal 19 November 2023. Alasannya, batas akhir visa Iran yang kami kantongi segera berakhir.
Namun, permintaan kami ditolak. Menurut mereka, seluruh waktu sudah terjadwal untuk pemohon lainnya. Dengan demikian, jadwal yang ada tidak bisa ditukar.
Baca juga : Dua Kali Kehilangan Barang di Iran
Pilihan lain adalah mengajukan ulang dengan waktu wawancara di Turki. Pihak VFS Global di Tehran pun tidak berkeberatan. Menurut mereka, apabila pada tanggal yang telah ditentukan, yakni 19 November 2023, pemohon berhalangan hadir, maka otomatis gugur atau batal.
Saya menyampaikan perpindahan lokasi wawancara agar pihak VFS Global pun dapat mengetahuinya. Jika tanpa adanya kabar lanjutkan, nanti kesannya kami menghilang, lalu terkena blacklist dari urusan visa Eropa. Kalau seperti itu bakal merepotkan kami.
Kereta bawah tanah
Selama di Teheran, kami selalu menggunakan kereta. Menariknya kereta api yang ada hanya beroperasi di dalam tanah (MRT). Kereta bawah tanah ini sudah cukup lama berkembang sehingga terkoneksi ke banyak jalur.
Saya hitung ada 6 lajur. Ada yang dari utara ke selatan atau sebaliknya. Ada lagi yang dari timur ke barat atau sebaliknya.
Kesadaran masyarakat Iran untuk menggunakan transportasi publik sangat bagus sehingga tingkat keterisian penumpang pun cukup tinggi. Waktu tunggu tidak terlalu lama. Tidak lebih dari dua menit kereta berikutnya sudah tiba. Ongkosnya pun murah, sebab mendapatkan subsidi dari pemerintah. Yang jadi masalah adalah di dalam kereta masih ada pedagang asongan. Jumlahnya tidak banyak, tapi tetap mengganggu kenyamanan penumpang.
Pada 11 November 2023, Duta Besar Indonesia untuk Iran Pak Ronny Prasetyo Yuliantoro menyampaikan undangan kepada kami untuk makan siang di kantor Kedubes RI di Tehran. Acara itu berlangsung pada 13 November 2023.
Kami pun menyanggupi. Maka, pada waktu yang telah disepakati, kami mendatangi KBRI. Ternyata menunya khas Indonesia. Ada sup buntut, ayam panggang dan sambal goreng.Luar biasa enaknya.
Saking kangennya dengan makanan Indonesia, terutama yang berkuah, bikin saya pun tidak malu-malu menambah. Maklum sejak dari Nepal, saya jarang mendapatkan makanan berkuah. Terakhir di China, yakni mi kuah.
Pak Ronny memberikan apresiasi yang tinggi atas kedatangan saya di Teheran dengan bersepeda. Selama ini belum ada warga Indonesia mengayuh sepeda dari Jakarta hingga di Iran. Saya adalah orang Indonesia pertama.
Dia berharap ke depan, semakin banyak orang Indonesia mengunjungi Iran. Negara ini lumayan berkembang dan layak menjadi tujuan wisata. Banyak tempat wisata yang unik.
Semoga urusan visa masuk ke Uni Eropa tertuntaskan saat kami berada di Turki. Kami memohon doa dari teman-teman dan para sahabat di mana saja berada.