Ribuan Langkah Menyusuri Cannes dan Monte Carlo
Cuaca Cannes yang sejuk, siang yang lebih panjang, membuat siapa saja betah berjalan kaki.
Menyusuri sepanjang pesisir pantai di Cannes dan Monte Carlo tak terasa menapaki ribuan langkah kaki. Udara sejuk sepanjang hari membuat langkah terasa ringan. Waktubergulir terasa cepat.
Festival Film Cannes yang dihadiri insan perfilman dari seluruh dunia menyedot perhatian banyak orang. Selama festival berlangsung, 16-27 Mei 2023, hampir setiap hari ribuan orangmemadati kawasan Boulevard de La Croisette. Apalagi bila menjelang pukul 19.00, orang yang datang semakin banyak untuk menanti para aktor film melenggang di karpet merah.
Gelaran karpet merah dibentangkan di depan Palais Des Festivals. Di samping gedung, dipasangi layar lebar yang menayangkan suasana di atas karpet merah. Dari situlah ribuan orang itu mengetahui kedatangan para aktor, seperti Harisson Ford, Johnny Depp, dan Leonardo Dicaprio.
Delegasi Indonesia di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tiba di Cannes pada Rabu (17/5/2023) sore. Saat kami sedang berjalan di venue festival, tiba-tiba dicegat seorang perempuan fotografer. Dengan bahasa Indonesia yang fasih, dia menanyakan di mana Cinta Laura. Setelah berbincang sejenak, kami berswafoto. Tidak hanya kami bisa bersenang-senang dan tertawa, mereka yang berpakaian santai hingga resmi datang dengan wajah bahagia.
Cuaca Cannes yang sejuk, siang yang lebih panjang, membuat siapa saja betah berjalan kaki. Menyusuri tepi pantai, trotoar jalan yang lebar hingga lorong-lorong gang yang bersih membuat pejalan kaki nyaman. Untuk itulah, produser Yulia Evina Bhara yang mempersiapkan akomodasi rombongan delegasi memilih penginapan yang berdekatan.
”Semua apartemen yang dipilih untuk menginap memang berdekatan, supaya lebih mudah ke venue. Jalan kaki cuma sepuluh menit,” ujar Yulia.
Pukul 06.00 waktu setempat, saat hari sudah terang, kami berjalan kaki menyusuri pantai menikmati udara dingin. Beberapa kali bertemu dengan warga yang berlari pagi. Kesibukan di kafe-kafe pinggir pantai juga sudah dimulai.
Bahkan, Palais Des Festival sudah mulai ramai. Pengunjung yang datang berswafoto di depan karpet merah yang sedang dibersihkan. Ada pula dua jurnalis televisi yang bersiap laporan langsung.
Berjalan ke arah taman kota Allee de la Liberte Charles de Gaulle, semakin banyak kafe yang sudah buka. Banyak pilihan makanan yang tersedia di kawasan itu, mulai dari menu Perancis, Italia, Mediterania, hingga Asia.
Kami beberapa kali menikmati pagi ke restoran Chai Dee yang menyajikan masakan Thailand. Maklumlah, lidah orang Indonesia tetap lebih cocok dengan cita rasa Asia.
Menjelang siang, antrean penonton mulai memadati beberapa tempat pemutaran film. Mereka rela mengantre sejam sebelum film dimulai. Mereka yang memiliki badge (tanda pengenal) sebagai peserta festival dan memiliki tiket bisa lebih tenang. Bila hanya memiliki badge tanpa tiket, harus sabar menanti, dan bisa beruntung kalau masih ada kursi kosong.
Sambil menunggu jam pemutaran film, kami menjelajahi Jalan Antibes. Lorong jalan yang panjang berjajar toko-toko pakaian dengan merek yang sudah dikenal dunia. Jalan ini menjadi surganya para pencinta belanja.
Sudah sarapan lanjut nonton film, jangan lupa untuk berkeliling menikmati kawasan Riviera, Perancis. Masih dengan berjalan kaki, wisatawan bisa mengunjungi kota lama Place Du Suquet. Kawasan kota lama yang sunyi menjadi pilihan tepat untuk menyepi sejenak dari keriuhan festival.
Di kawasan Suquet, kita berjalan mendaki sampai ke atas hingga ke depan Gereja Notre Dame d’Esperance. Dari situ ada sebuah jembatan kecil yang dipakai untuk melihat pemandangan kota Cannes. Pemandangan kota tepi pantai yang cantik.
Tak terasa, hari itu, aplikasi penghitung langkah di jam tangan menunjukkan angka 17.000 langkah. Semua lelah terbayar dengan pemandangan kota yang indah.
Sirkuit Monako
Setelah beberapa hari mengelilingi Cannes, kota Monte Carlo yangterkenal dengan Sirkuit Formula 1 Grand Prix menjadi tujuanberikutnya. Kereta api menjadi pilihan untuk merasakan kenyamanan moda transportasi publik ala Eropa. Tiket dibeli secara daring, seharga 12 euro per orang untuk pulang-pergi Cannes-Monte Carlo.
Rombongan wartawan pergi bersama Edy Suwardi, Ketua Tim Pokja Apresiasi dan Literasi Kemendikbudristek. Kami sengaja berangkat pagi-pagi pada Minggu (21/5/2023) supaya bisa lebih lama menikmati kota yang juga terkenal dengan kasinonya.
Dalam perjalanan selama 1 jam menggunakan kereta SNCF tingkat dua, penumpang dimanjakan dengan pemandangan pesisir pantai selatan Perancis. Sebagian kawasan yang dilewati, rintik hujan membasahi tanah. Meski begitu tak menyurutkan langkah orang-orang untuk bepergian ke luar rumah. Laju kereta terhenti setiap 10 hingga 25 menit.
Sesampainya di kereta, kami memilih salah satu jalan keluar. Sayangnya, sinyal internet langsung terputus sehingga tak bisa menggunakan peta digital. Monte Carlo merupakan kawasan penting di wilayah Kerajaan Monako. Jalan raya yang disulap menjadi sirkuit balapan Formula 1 serta jejeran ratusan kapal pesiar keren menjadi daya tarik kawasan itu. Belum lagi, deretan bangunan dengan arsitektur abad pertengahan yang indah bisa dinikmati di setiap sudut kota.
Tanpa peta digital, kami terus melanjutkan perjalanan hingga tribune utama Monaco Grand Prix. Tribune berada di kawasan pelabuhan Hercules. Banyak truk kontainer yang sibuk bongkar-muatkeperluan balapan. Tak hanya kami yang mengambil banyak foto. Di sela-sela berjalan kaki, wisatawan bisa mampir ke toko suvenir yang menjual barang-barang bergambar Monako dan Grand Prix.
Untuk wisatawan yang tak mau berjalan kaki, pilihan bus wisata pasti lebih menarik. Bus yang terbuka di bagian atas, atau di sana disebut sebagai hop-on, hop-off bus tour banyak peminatnya. Dengan harga karcis 23 euro atau Rp 375.556, wisatawan sudah bisa keliling kota. Bisa turun di satu destinasi, lalu pulangnya menunggu bus berwarna merah itu untuk kembali ke titik berangkat.
Bus Monaco Le Grand Tour berangkat dari pintu keluar stasiun kereta api di kawasan Sainte Devote. Rombongan kami yang bertambah dua orang langsung memilih tempat duduk di atas. Setiap penumpang mendapat peta perjalanan dan earphone yang bisa digunakan untuk mendengarkan penjelasan tur wisata dalam berbagaibahasa.
Dari atas bus, kita bisa melihat tempat-tempat ikonik, seperti Japanese Garden, Museum Oceanographic, Princess Grace Rose Garden, dan stadion sepak bola Stade Louis II. Di sela-sela menikmati pemandangan kota yang indah, sopir bus wisata sedikit beratraksi dengan melaju kencang di bawah terowongan. Angin semilir yang sejuk dingin langsung menusuk kulit wajah.
”Udaranya sejuk, jadi kita enak maujalan-jalan, enggak capek juga. Apalagi, pemandangan bagus banget,” kata Edi yang beberapa kali melakukan panggilan video dengan anaknya untuk menunjukkan keindahan Monte Carlo.
Selama satu pekan, ribuan langkah kaki terlampaui tak terasa melelahkan. Suhu udara yang berkisar 16 derajat celsius, lingkungan bersih, ramai lalu lalang orang di jalanan, membuat perjalanan di Cannes dan Monte Carlo menyenangkan.