Mandalika dan Bali dari Balik Honda HR-V
Mengunjungi Sirkuit Internasional Mandalika di hari biasa adalah pengalaman langka. Pedok yang sepi dan matahari terik bisa dinikmati. Sore yang hangat dan aspal sirkuit jadi latar bagus berfoto-foto.
Lintasan balap Sirkuit Internasional Mandalika di Lombok, Nusa Tenggara Barat, telah menjadi daya tarik tersendiri sejak direncanakan, hingga dipakai sebagai ajang balap motor bergengsi MotoGP. Pemandangan sekitarnya yang berbatasan dengan garis pantai jadi nilai lebih. Kesempatan mendatangi sirkuit ini pantang ditolak.
Kesempatan ini terjadi pada 23 Mei silam. Tak ada event besar yang mengundang puluhan ribu orang seperti perhelatan MotoGP lalu. PT Honda Prospect Motor (HPM) hendak menjajal kemampuan produk baru mereka, yaitu Honda HR-V varian RS bermesin turbo di sirkuit itu. Jadinya, acara ini tertutup untuk publik.
Tak mengapa. Justru acara tertutup semacam ini memberi suasana lebih mengenali sirkuit dan sekelilingnya. Rombongan media dari Jakarta berangkat naik pesawat pukul 05.00 WIB. Kami sudah berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, sekitar pukul 03.00. Beberapa dari kami rela tidak tidur agar tidak ketinggalan pesawat.
Pesawat yang kami tumpangi mendarat langsung di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, Lombok, sekitar pukul 08.00 Wita. Semula kami menduga, dari bandara itu, kami sudah mengemudikan Honda HR-V menuju sirkuit. Namun, ternyata pengelola acara menyiapkan tiga bus ukuran tanggung untuk rombongan. Unit HR-V hanya dipakai di sirkuit.
Perjalanan sekitar 40 menit dari bandara adalah waktu yang lumayan untuk melepas penat setelah terbang dua jam. Yang masih mengantuk cukup melanjutkan tidur, tetapi melewatkan suasana pagi yang amat berbeda dengan Jakarta; tak tergesa, lalu lintas lengang, udara segar, langitnya biru.
Setibanya di sirkuit, rombongan diarahkan menuju ruang media yang terletak di lantai dua rangkaian garasi atau pedok. Beragam jajanan pasar dan minuman hangat tersedia sebagai sarapan. PT HPM segera memulai acara yang berisi penjelasan perihal produk terbaru mereka. Tenaga ahli dari Jepang, Yoshitomo Ihashi, pemimpin proyek pengembangan Honda HR-V, ”hadir” lewat sambungan video.
Waktu masih menunjukkan pukul 09.00 pagi, tetapi hawanya sudah mulai panas. Untung ruangan itu berpenyejuk udara. Penjelasan produk itu riuh diwarnai pertanyaan dari peserta, yang umumnya mempertanyakan performa HR-V RS, juga mekanisme pemasangan plafon atap kaca (panoramic roof) di baris kedua yang dianggap kurang praktis. Ihashi menjawab dengan telaten melalui bantuan penerjemah.
Setelah sesi penjelasan kelar, masih ada satu mata acara lagi yang harus kami ikuti, yaitu makan siang. Rombongan kembali ke bus untuk menuju restoran. Restoran bernama Svarga Lounge itu terletak di pucuk Bukit 360. Dinamai begitu karena dari titik inilah seluruh arena sirkuit terlihat jelas. Saat ada event besar, seperti MotoGP, rasanya mustahil menonton balapan dari sini kecuali Anda orang berprivilese besar.
Bukan cuma lintasan balap, dari bukit ini juga terlihat Pantai Seger Kuta, Lombok. Di kejauhan terlihat Patung Putri Mandalika. Warna air laut yang hijau kebiruan terpadu elok dengan birunya langit. Sementara bukit lainnya yang berwarna hijau kecoklatan pun menyegarkan mata. Cuacanya sedang cerah dan berangin.
Setelah perut terisi, kami diantar kembali ke arena pedok sebelumnya. Karena lokasi makan ini berada di bukit, rute yang sebenarnya tak lebih dari 2 kilometer ini ditempuh cukup lama. Tiga bus ukuran tanggung harus berjalan satu per satu meniti turunan berkelok patah.
Ketagihan sirkuit
Setibanya di arena pedok, kami menanti giliran masuk mobil tes. Pedok, yang pada setiap lomba selalu hiruk pikuk, kala itu lengang saja. Nama-nama pebalap MotoGP, seperti Marc Marquez dan Fabio Quartararo, masih terpampang di atas garasi masing-masing. Pintunya tertutup, tentu saja.
Uji coba Honda HR-V varian RS terbagi dalam dua sesi utama, yaitu mengitari sirkuit beriringan lima mobil dengan dipandu satu mobil pemandu dan membandingkan performa HR-V baru dengan HR-V lama di trek lurus 402 meter—sesi ini diberi nama Feel the Power. Kompas kebagian mencoba mengitari sirkuit, berpasangan dengan rekan dari media Tempo.
Masing-masing kami berkesempatan mencoba satu putaran mengemudi, satu putaran sebagai penumpang. Di sesi inilah keseimbangan mobil kami uji meliuk-liuk melahap tikungan dalam kecepatan relatif kencang, sampai sekitar 100 km per jam. Suspensinya tergolong mumpuni untuk mobil dengan titik gravitasi tinggi ini meski masih menimbulkan kelimbungan di kabin. Namun, perlu dicatat ini adalah pengujian dalam kondisi ekstrem.
Tenaga puncak 177 PS tergolong kencang untuk melibas tikungan lebar ataupun trek lurus. Kecepatan tertinggi yang berhasil kami dapat sekitar 146 km per jam. Torsi besar 240 Nm terasa berdampak di sesi uji tenaga Feel the Power. Mobil HR-V RS terbaru dengan mesin 1.500 cc turbo mencatatkan waktu sekitar 16 detik untuk berakselerasi lurus sepanjang 402 meter. Sedangkan HR-V lama varian Prestige bermesin 1.800 cc nonturbo mencatat waltu 19 detik.
Sesi uji coba ini terbilang lama. Masih ada sisa waktu cukup lama meski semua peserta sudah mendapat jatah mengitari sirkuit. Panitia mempersilakan peserta untuk mengitari sirkuit lagi jika dirasa belum puas. Kompas tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kami berputar-putar sampai empat kali, merasakan betul kelincahan mobil, juga keelokan panorama sirkuit.
Baca juga: Sensasi Modern All New Honda HR-V
Di ujung sesi, rombongan sempat berfoto bersama di tikungan 15 dan 16, titik dengan cahaya matahari sore terbagus dengan latar belakang Bukit 360. Di sini kami benar-benar melihat dari dekat, meraba, bahkan tidur-tiduran di aspal sirkuit. Kami juga merasakan payahnya jalan kaki di lapisan kerikil (gravel) tempat Marc Marquez kecelakaan.
Kegiatan hari pertama ditutup dengan makan malam di Siwa Cliff Bistro, sekitar satu jam dengan bus. Jalannya menanjak, cukup merepotkan bagi sebuah bus berisi penumpang penuh. Namun, pemandangan dari restoran ini menakjubkan. Sembari menyantap pasta dan jus, bentang alam Lombok sisi selatan terpampang jelas dan pelan-pelan menggelap seiring terbenamnya matahari.
Keliling Bali
Kegiatan hari kedua dimulai terlalu pagi ketika lelah dan kantuk belum sepenuhnya sirna. Sarapan dari Hotel Novotel berupa nasi goreng disantap di dalam bus yang mengantar kami menuju Pelabuhan Lembar. Perjalanannya sekitar 50 km melintasi kota Praya yang tenang di pagi hari. Ketergesaan di hotel sebelumnya terasa sia-sia.
Sekitar pukul 08.00 Wita kami tiba di pelabuhan dan langsung menuju kapal cepat Ostina yang sudah bersandar di dermaga, bersisian dengan feri berukuran besar. Kapal Ostina ini mengingatkan pada kapal cepat yang menghubungkan Kota Batam dengan Tanjungpinang. Beberapa anggota rombongan memilih duduk di dek kapal. Sementara yang tak kuat angin laut memilih santai di dalam kabin; mengudap, menonton film pendek, atau melanjutkan tidur.
Sembilan puluh menit kemudian, kapal merapat di Pelabuhan Padang Bai. Kami tiba di Pulau Bali. Lagi-lagi, tiga bus sudah menanti kami, siap membawa ke Rumah Luwih Beach Resort yang tak jauh dari Pantai Lebih di Gianyar. Di sini, kami makan siang dan membagi rute perjalanan berikutnya. Sepuluh unit HR-V varian SE menanti rombongan di area parkir.
Penyelenggara memberi tiga titik tujuan, yakni Pantai Melasti, Starbucks Reserve Dewata, dan UC Silver Gold. Di setiap titik ada presensi, jadi wajib didatangi. Kami dibebaskan menentukan rutenya. Lebih seru lagi, kami tidak dikawal polisi sehingga bisa benar-benar menikmati perjalanan, layaknya berkendara orang kebanyakan.
Kompas memutuskan mendatangi Pantai Melasti di daerah Ungasan terlebih dulu karena jaraknya paling jauh, sekitar 50 kilometer. Semua fitur keamanan Honda Sensing kami coba saat menyusuri jalan-jalan kecil. Peringatan titik buta dan jarak dengan kendaraan depan diaktifkan. Di jalan tol, kami mencoba kontrol laju dengan pengendali lajur. Semuanya membantu.
Pantai Melasti di siang hari itu lumayan ramai. Setelah melepas lelah dan mengambil foto, kami memutuskan tak berlama-lama di sana. Selain karena matahari sangat terik, masih ada dua titik yang harus kami capai. Tujuan berikutnya adalah museum UC Silver Gold di daerah Sukawati, sekitar 35 km jauhnya.
Bangunan museum itu sangat bagus, banyak ukiran, ornamen, dan patung. Kami menghabiskan waktu cukup lama beristirahat di area parkirnya menikmati keindahan luar gedung, tapi tidak masuk ke dalam. Gedung itu jadi latar yang bagus untuk memotret unit HR-V.
Tujuan terakhir adalah kafe Starbucks di daerah Seminyak, Kuta. Hari mulai sore. Lalu lintas di daerah Seminyak makin padat. Menuju hotel di daerah Nusa Dua, kami mengaktifkan pengontrol laju untuk membantu merayapi kepadatan lalu lintas. Jarak antarkendaraan dijaga sedemikian rupa oleh mobil, meringankan kerja pengemudi.
Mencoba mobil di dua pulau dituntaskan dalam waktu dua hari. Sirkuit Mandalika di Pulau Lombok tepat jadi tempat uji coba mobil bermesin turbo. Sementara lalu lintas di Pulau Bali jadi simulasi berkendara sehari-hari di perkotaan. All-New Honda HR-V menyuguhkan dua pengalaman berbeda.
Baca juga: Menari Bersama Imajinasi Van Gogh