”Burung” di Angkasa Majalengka
”Ini baru hari pertama kami menerapkan pengunjung harus naik mobil bak terbuka. Kemarin-kemarin pengunjung bebas membawa kendaraan sampai
”Areal ini dulunya hutan. Suatu hari Pak Kuwu atau Kepala Desa Sidamukti yang suka naik motor trail sampai ke sini kemudian melihat potensi wisata tempat ini. Ia lalu mengajukan kepada pemerintah kabupaten untuk pengembangannya,” kata Engkos Koswara dari Kelompok Pengelola Pariwisata Paralayang Gunung Panten.
Paralayang dan gantole
Menurut Engkos, sejak 2010 desa yang masuk wilayah Kecamatan Majalengka ini dimanfaatkan untuk olahraga paralayang dan gantole. Kemiringan tanah perbukitan di kecamatan ini 15-40 persen. Terhitung sudah dua kali digelar kejuaraan nasional paralayang di Gunung Panten yang berketinggian 390 meter di atas permukaan laut. Beberapa atlet internasional juga pernah menjajal terbang di udara Majalengka.
Proses persiapan atlet atau penyuka olahraga ini selalu saja menarik perhatian pengunjung. Terkadang petugas harus berkali-kali mengingatkan agar pengunjung yang penasaran tidak terlalu dekat dengan mereka yang akan terbang atau tidak menyulut rokok agar tidak mengenai perlengkapan terbang.
Ternyata pengunjung tidak hanya bisa menonton aksi para atlet olahraga ini. Mereka juga bisa ikut menjajal terbang bak burung, melayang dari atas bukit menuju tempat pendaratan berupa lapangan di tengah area persawahan. Lama terbang kira-kira 10-15 menit.
Cukup hanya membayar Rp 350.000 untuk terbang tandem dengan parasut atau Rp 450.000 per orang untuk tandem dengan gantole. Sayangnya, tidak mencakup asuransi. Jangan lupa mengenakan pakaian yang sesuai, berupa kostum kegiatan luar ruang yang nyaman dan sepatu kets bertali. Untuk amannya, datanglah hari Sabtu atau Minggu untuk terbang tandem.
Para atlet terlihat terbang berputar di atas persawahan, perumahan, dan tempat sekitarnya sebelum mendarat di lapangan. Rutenya tampaknya bebas, bergantung pada minat masing-masing.
”Kelebihan Gunung Panten, angin dan cuacanya rata-rata baik sepanjang tahun sehingga kebanyakan yang datang ke sini berhasil terbang,” kata Engkos.
Selain itu, jarak antara puncak bukit dan tempat mendarat relatif dekat, hanya kira-kira 3 kilometer dengan akses dan lalu lintas yang relatif lancar. Perjalanan hanya memakan 15-30 menit sehingga kesempatan seseorang terbang lebih dari sekali dalam sehari memungkinkan.
Uniknya, sebelum dikenal sebagai wisata paralayang, Desa Sidamukti dikenal sebagai penghasil mangga gedong gincu. Hampir setiap kebun di desa ini ditanami mangga. Sayang, saat kami datang, panen mangga baru saja usai sehingga sulit mencari penjual mangga ini. Di musim lain bisa ditemukan rambutan dan pepaya california.
”Mangga gedong majalengka itu ya dari sini asalnya. Dulu, desa ini penghasil duwet. Kalau pas panen, orang dari mana-mana ke sini cari duwet alias jamblang,” kata Engkos.
Pada suatu masa, warga mengganti tanaman duwet dengan mangga gedong gincu sehingga kini hampir tidak ditemukan lagi pohon duwet. Oleh karena berpotensi, beberapa pihak kemudian membantu pengembangan Sidamukti sebagai desa wisata, seperti Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon dan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Bandung.
Menurut Ariska dari PKPU, pihaknya membantu pembinaan pengolahan produk pangan berbasis pertanian lokal, seperti keripik pisang, stik keju mangga, mangga aroma alias rol atau gulungan dari lembaran buah mangga yang digoreng, dan kerupuk mangga. Produk ini diposisikan sebagai oleh-oleh. Rasanya masih harus dikembangkan lagi.
Jumlah pengunjung semakin banyak, terutama pada masa libur panjang seperti akhir Desember lalu.
”Kalau dulu yang terbang sehari cuma lima orang, sekarang bisa sampai 25 orang,” kata Engkos.
Setahun belakangan, jalanan telah diaspal meski lebar jalan masih terbatas. Fasilitas air dan listrik juga mulai ada sejak 3-4 bulan terakhir sehingga warga bisa mendirikan warung-warung makan. Sebuah restoran dengan pemandangan panorama alam di tepi bukit juga dapat menjadi pilihan untuk yang ingin menikmati pemandangan lebih nyaman.
Jika belum puas, kita bisa mampir ke tempat wisata lain di kawasan ini, seperti petilasan Prabu Siliwangi yang berada di tengah hutan lindung dan menjadi habitat bagi puluhan kera ekor panjang. Sedikit lebih jauh ada curug atau air terjun Sempong. Bagi penyuka olahraga otomotif, ada sirkuit grasstrack Martaguna dan arena off-road.