Koalisi Golkar, PPP, dan PAN Buka Pintu untuk Parpol Lain
Koalisi Golkar, PPP, dan PAN menyatakan tetap terbuka untuk bekerja sama dengan parpol lain. Ketiganya bersepakat bahwa Pemilu 2024 tidak boleh terjebak pada pembelahan sosial dan polarisasi seperti pemilu sebelumnya.
Oleh
IQBAL BASYARI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Koalisi Bertiga Bersatu yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan membuka diri bagi partai politik lain yang ingin bergabung. Pembentukan koalisi dinilai sebagai upaya menaikkan daya tawar ke parpol lain dan tokoh-tokoh yang berpeluang menjadi calon presiden dengan elektabilitas tinggi tetapi belum mendapatkan tiket.
Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani mengatakan, pertemuan di antara tiga ketua umum parpol yang berlangsung pada Kamis (12/5/2022) malam memutuskan membangun koalisi. PPP bersama Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) menyebut koalisi mereka sebagai koalisi Bertiga Bersatu. Ketiganya membuka diri kepada parpol lain yang ingin bergabung dalam koalisi tersebut.
”Keputusan yang sudah dibuat adalah sepakat membangun koalisi, tetapi tidak eksklusif hanya tiga partai. Artinya, jika nanti dalam perjalanan berikutnya ada parpol lain yang juga tertarik bergabung, maka ketiganya insya Allah membuka diri,” kata Arsul saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (13/5/2022).
Sebelumnya, tiga pemimpin parpol, yaitu Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, bertemu di Rumah Heritage Jakarta pada Kamis malam. Tiga parpol yang memiliki kursi sebesar 25,7 persen di Dewan Perwakilan Rakyat itu membicarakan tentang penjajakan koalisi, menyamakan persepsi untuk mengawal keberhasilan program pembangunan pemerintah, dan menjaga proses Pemilihan Umum 2024 yang sudah diagendakan.
Arsul menuturkan, ketiga parpol ingin terlebih dahulu membicarakan tentang visi dan misi setelah 2024. Pembahasan lebih lanjut akan dilakukan pengurus teras dari setiap parpol dalam beberapa waktu ke depan. Sebab, dua dari tiga ketua umum parpol saat ini adalah anggota Kabinet Indonesia Maju sehingga mereka bisa tetap fokus menjalankan tugas pemerintahan yang diamanahkan. Progres pembicaraan akan dilaporkan ke setiap ketua umum.
Sementara terkait pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung nantinya akan didiskusikan dengan mendalam. Ketiga parpol akan melakukan analisis dan perhitungan potensi menang terhadap kandidat yang akan diusung. ”Tentu PPP dan PAN menghormati Golkar untuk mengusung Pak Airlangga. Bagi PPP, wajar jika Golkar menginginkan ketua umumnya untuk menjadi capres,” ujarnya.
Terkait pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung nantinya akan didiskusikan dengan mendalam. Ketiga parpol akan melakukan analisis.
Menurut Arsul, pertemuan di antara ketiga ketua umum diinisiasi oleh seluruh pihak. Mereka sebelumnya sudah melakukan komunikasi secara informal hingga akhirnya sepakat bertemu. Ia pun meyakini koalisi yang sekarang sudah terbentuk akan bertahan karena memiliki beberapa persamaan yang menjadi tali pengikat yang telah terbangun sejak era sebelum reformasi.
”PPP mau bergabung karena ketiganya sudah ada dalam koalisi pemerintahan saat ini, berarti kalau berniat lanjut koalisi karena ada kecocokan awal terkait visi dan misi,” katanya.
Meskipun Pemilu 2024 masih dua tahun lagi, kata Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily, komitmen kerja sama ketiga parpol ini mengisyaratkan adanya keseriusan untuk membangun platform, gagasan, dan ide yang akan disepakati bersama dalam perjuangan melanjutkan pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat. Apalagi ketiga parpol telah memiliki pengalaman dalam pemerintah dan dinamika politik bangsa.
”Tentu koalisi ini sangatlah inklusif. Kami masih sangat terbuka untuk bekerja sama dengan partai politik lainnya karena yang menyatukan kami adalah kesepakatan gagasan dan ide untuk membangun Indonesia,” ujarnya.
Ace menuturkan, dua pilpres terakhir menyisakan trauma yang mendalam karena ada pembelahan sosial dan polarisasi yang tidak kunjung sembuh meskipun pemilu sudah usai. Ketiga parpol yang berkumpul sepakat bahwa dalam Pemilu 2024 tidak boleh mengalami atau terjebak pada hal yang sama. Mereka ingin pemilu menjadi ajang kontestasi ide, gagasan, rekam jejak, dan prestasi.
Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno menuturkan, ketiga parpol koalisi merumuskan kerja sama di antaranya menjadikan Pemilu dan Pilpres 2024 sebagai ajang pertarungan gagasan, bukan pertarungan ideologis yang akan melahirkan polarisasi dan pembelahan di masyarakat. Mereka akan mengedepankan politik gagasan dan merekatkan persatuan diantara anak bangsa. ”Rencananya akan ada pertemuan lanjutan. Kapan dan apa agendanya nanti akan disampaikan oleh setiap ketua umum ke partainya,” katanya.
Ketiga parpol koalisi merumuskan kerja sama di antaranya menjadikan Pemilu dan Pilpres 2024 sebagai ajang pertarungan gagasan, bukan pertarungan ideologis yang akan melahirkan polarisasi dan pembelahan di masyarakat.
Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi menambahkan, koalisi tersebut mengedepankan ide, pemikiran, dan gagasan untuk memperkuat sistem pemerintahan presidensial. Ketiganya ingin meningkatkan kualitas berdemokrasi, mempertebal ikatan kebangsaan, dan bersama-sama menyukseskan Pemilu 2024.
”Soal pilpres, koalisi akan bertemu kembali dalam rangka menyusun platform dan mendetailkan rencana kerja koalisi. Sampai saat ini pun belum ada pembicaraan tentang pasangan calon di Pilpres 2024. Intinya bahwa setiap keputusan akan diambil bulat, mufakat, dan tidak lonjong,” ujar Viva.
Menaikkan posisi tawar
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, koalisi yang dibangun Golkar, PAN, dan PPP dilakukan untuk meningkatkan posisi tawar sehingga poros koalisi tersebut memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden. Dengan jumlah kursi di DPR mencapai 25,7 persen, mereka bisa mendapatkan tiket untuk mengajukan pasangan capres-cawapres.
”Daya tawar mereka menjadi lebih tinggi bagi parpol lain agar bergabung dengan koalisi ini dan tokoh dengan elektabilitas tinggi tetapi belum mendapatkan tiket untuk maju. Bisa juga untuk merespons manuver politik Partai Nasdem yang pada pertengahan Juni akan mengumumkan tiga nama capres yang akan didukung,” katanya.
Meskipun demikian, Yunarto tidak terlalu optimistis koalisi Bertiga Bersatu akan bertahan hingga kontestasi Pilpres 2024 bergabung. Pembentukan koalisi dinilai masih prematur dan sangat mungkin akan ”layu sebelum berkembang”. Sebab, faktor pengikat koalisi biasanya baru terbentuk setelah ada capres yang akan diusung yang biasanya terjadi di menit-menit akhir sebelum masa pendaftaran capres-cawapres. Apalagi, tidak ada satu pun prasyarat pembentukan koalisi, seperti visi, misi, dan nama capres pun belum dimunculkan.
”Kalau ada tawaran yang lebih menarik, bukan tidak mungkin parpol akan beralih ke koalisi yang lain,” ujarnya.
Yunarto menilai pertemuan tiga ketua umum parpol sebatas pertemuan-pertemuan biasa agar mereka mendapatkan panggung besar di media massa. Sebab, selama ini, setiap ketua umum parpol tersebut kurang menjadi magnet di panggung nasional karena elektabilitasnya rendah. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah mereka akan memunculkan nama cawapres dari salah satu ketua umum parpol koalisi, kecuali ada salah satu yang elektabilitasnya mendadak naik sebelum 2024.