Olimpiade: Bonus Atlet Peraih Medali di Indonesia dan Mancanegara
Banyak negara memberikan bonus uang yang nilainya fantastis bagi atlet-atletnya yang meraih medali Olimpiade. Selain sebagai bentuk apresiasi, peraih medali Olimpiade itu diganjar bonus karena telah mengharumkan nama negara dan menumbuhkan rasa percaya diri sejajar dengan bangsa lainnya.
Perjuangan seorang atlet bisa berlaga di ajang Olimpiade sangat berat. Seorang atlet harus berlatih ekstra keras, konsentrasi, dan mengesampingkan semua kesenangan agar tujuan tercapai. Atlet mesti ikut rangkaian kejuaraan kualifikasi untuk mengumpulkan poin demi poin, memperbaiki catatan waktu agar mencapai limit kualifikasi yang ditentukan.
Maka wajar jika banyak negara jor-joran memberikan penghargaan dan mengimingi hadiah uang tunai luar biasa besar kepada atletnya yang berlaga di Olimpiade. Semua medali dihargai. Paling tinggi tentu saja medali emas.
Negara memberikan penghargaan sebagai apresiasi bagi atlet yang sudah berjuang dan mengharumkan nama bangsa. Selain bakal lebih dikenal, negara peraih medali akan menjadi perbincangan atau perhatian dunia. Bagi negera sendiri, prestasi tertiggi di Olimpiade dapat membangkitkan rasa percaya diri untuk berdiri sejajar dengan bangsa lainnya.
Lantas bagaimana perkembangan nilai bonus yang diterima atlet peraih medali Olimpiade di Indonesia dan sejumlah negara di Asia?
Pemberian penghargaan bagi atlet sejatinya sudah terjadi sejak Olimpiade kuno. Atlet yang berlaga di Olimpiade kuno bukan hanya dari Yunani, tapi juga diikuti olahragawan dari daerah Kerajaan Macedonia dan Kerajaan Romawi di zaman kuno. Atlet peserta Olimpia itu dijamin kesejahteraannya, bahkan ganjaran hadiah dan "bonus" bagi sang juara. Meski secara resmi setiap atlet pemenang itu hanya diganjar hadiah rangkaian mahkota daun zaitun, bukan medali logam emas perak atau perunggu, atlet juara yang dilatih khusus itu setiba di kampung halamannya pasti akan mendapat ganjaran hadiah uang dan benda-benda bergengsi.
Di awal Olimpiade modern, atlet-atlet di sejumlah negara peraih medali pun juga mendapatkan penghargaan dari negaranya. Yunani misalnya menawarkan sejumlah hadiah uang atau barang bagi peraih medali di Olimpiade modern pertama yang digelar di negara itu. Atlet Yunani Spyros Louis, yang meraih medali emas lari maraton Olimpiade Athena 1896, ditawari potong rambut gratis, domba, perhiasan, dan cokelat. Louis akhirnya hanya mendapat seekor kuda berikut keretanya.
Penghargaan juga diberikan Indonesia pada atlet peraih medali Olimpiade. Penghargaan berupa barang dan uang diberikan sebagai bentuk apresiasi bagi peraih medali di ajang pesta olahraga terbesar bangsa-bangsa sejagat. Bonus diberikan setelah atlet kembali ke Indonesia oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Selain dari pemerintah, biasanya atlet juga menerima sejumlah bonus dari pemda asal atlet, sponsor dan pihak swasta.
Bonus yang didapat atlet Olimpiade Indonesia itu termasuk terbesar dibandingkan negara-negara peserta lainnya. Di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 misalnya, satu keeping emas Indonesia diganjar Rp 5 miliar, tertinggi kedua setelah Singapura yang memberikan bonus Rp 9,9 miliar bagi atletnya. Sementara di Olimpiade Tokyo 2020, bonus bagi atlet Indonesia peraih emas hanya kalah dari Singapura, Filipina dan Hongkong yang menjanjikan bonus masing-masing Rp 10,6 miliar, Rp 9,5 miliar, dan Rp 9 miliar.
Jika ditelesik lebih jauh, apresiasi terhadap atlet Indonesia peraih medali awalnya berupa penghargaan tanda jasa, beasiswa, menjadi pegawai negeri sipil, dan pemberian barang atau benda. Pemberian bonus uang hanya dilakukan secara spontan oleh pemerintah daerah atau pejabat-pejabat pusat dan daerah secara pribadi. Kemudian apresiasi berkembang dengan memberikan bonus uang yang nilainya fantastis.
Pemberian bonus uang bagi atlet Olimpiade itu juga mengalami perkembangan. Awalnya uang itu dikumpulkan dari para pengusaha yang peduli pada olahraga, lalu uang yang jumlahnya sampai miliaran rupiah disumbangkan kepada KONI kemudian diberikan pada atlet-atlet peraih medali. Dalam perkembangannya, bonus uang bagi atlet kemudian dialokasikan dari anggaran negara dan diberikan langsung oleh Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Bentuk uang yang diberikan pada atlet pun mengalami perubahan. Jika awalnya berupa tabungan atau deposito, kemudian berkembang menjadi asuransi yang bisa dicairkan secara bertahap, lalu berkembang lagi dalam bentuk uang tunai yang langsung ditransfer ke rekening masing-masing atlet tanpa dipotong pajak. Pajak hadiah yang seharusnya dipotong dari bonus itu ditanggung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, sehingga bonus yang diterima atlet sesuai yang dijanjikan Pemerintah.
Baca juga: Besaran Bonus Tak Kurang dari Rio de Janeiro
Olimpiade 1988-1992: Bonus Perdana
Indonesia baru meraih medali perdana ketika Olimpiade XXIV digelar di Seoul, Korea Selatan 1988. Trio pemanah putri Indonesia, Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani berhasil mengalahkan tim panahan Amerika Serikat dan keluar sebagai juara ke-2 dan berhak atas medali perak.
Ketika kembali ke Indonesia, ketiga srikandi itu disambut hangat dan diterima Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta. Presiden menjanjikan memberikan hadiah beasiswa Supersemar bagi atlet yang masih sekolah. Selain itu, masing-masing Pemprov tempat domisili atlet memberikan bonus uang. Lilies Handayani dari Jatim mendapat uang deposito dari Gubernur Jatim seniai Rp10 juta, sementara Nurfitriyana Saiman mendapat Rp20 juta dari Pemda DKI Jakarta. Adapun Kusuma Wardhani mendapat sebuah rumah tipe 54 dari pengusaha Sulawesi Selatan. Selain itu, mereka juga mendapat hadiah berupa uang dan barang dari kalangan swasta dan pejabat-pejabat pemerintah pusat dan daerah.
Di Olimpiade Barcelona Spanyol 1992, cabang bulu tangkis Indonesia mengukir prestasi tertingginya dengan meraih dua emas, dua perak, satu perunggu. Susi Susanti menjadi orang pertama Indonesia yang membuat Indonesia Raya dikumandangkan, kemudian Alan Budikusuma melengkapi kegemilangan Indonesia dengan medali emas di partai final nomor tunggal putra dengan menumbangkan rekannya sendiri, Ardy B. Wiranata yang meraih perak. Medali perak lainnya diraih pasangan ganda Putra Eddy Hartono dan Rudy Gunawan. Adapun satu-satunya perunggu direbut tunggal putra, Hermawan Susanto.
Simak Video: Medali Pertama Indonesia di Olimpiade
Kedatangan tim bulu tangkis Olimpiade dari Barcelona disambut meriah oleh masyarakat ibu kota termasuk pejabat-pejabat tinggi pemerintah. Setibanya di tanah air, mereka dikalungi karangan bunga dan diarak dengan meriah dalam iring-iringan kendaraan terbuka keliling kota Jakarta. Berselang beberapa hari kemudian, dalam acara pembubaran kontingen Olimpiade Indonesia, Ketua PBSI Try Sutrino menerima bonus sebesar Rp2 miliar dari para pengusaha di Indonesia. Pembagian bonus itu ditentukan oleh PBSI sendiri.
PBSI menganggap keberhasilan bulu tangkis di olimpiade bukan keberhasilan perseorangan saja, tetapi tim secara keseluruhan, sehingga bonus yang diberikan bukan kepada Susi dan Alan saja. Pemain lain yang merebut medali perak dan perunggu juga mendapat bagian, termasuk para pelatih yang telah mempersiapkan mereka selama beberapa tahun.
Dalam perkembangannya, Susi Susanti dan Alan Budikusuma yang berjasa menyumbangkan medali emas Indonesia menerima porsi terbesar dari bonus Rp2 milar, yaitu 45 persen dibagi dua atau masing-masing berhak mengantungi Rp450 juta. Sementara periah medali perak Ardy mendapat 15 persen atau Rp300 juta, ganda putra Eddy/Gunawan memperoleh 22,5 persen dibagi dua atau masing-masing Rp225 juta, dan Hermawan peraih perunggu kebagian 10 persen atau Rp200 juta. Adapun enam pelatih masing-masing mendapat 1,25 persen atau Rp25 juta.
Selain itu, Susi Susanti dan Alan Budikusuma mendapat Bintang Jasa Utama dari pemerintah karena keberhasilan keduanya memberikan medali emas pertama bagi Indonesia dalam partisipasi di olimpiade. Sementara Pemda Jawa Barat memberikan penghargaan "Putra Utama" pada Susi, sedangkan Alan memperoleh penghargaan "Warga Kehormatan Jawa Barat".
Atlet peraih medali juga diganjar bonus uang dari pengusaha daerah asal atlet tersebut. Susi Susanti yang berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat mendapat bunus ratusan juta rupiah dari pengusaha Jawa Barat, sementara Alan Budikusuma dari Jawa Timur mendapat Alan mendapat penghargaan “Warga Teladan Jatim” dan hadiah uang.
Simak Video: Presiden Joko Widodo Bakal Bertemu Greysia/Apriyani dan Atlet Olimpiade Tokyo 2020
Olimpiade 1996-2016: Bonus meningkat
Perolehan medali emas cabang bulu tangkis kemudian berlanjut di arena Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika Serikat, Olimpiade 2000 di Sidney Australia, Olimpiade 2004 di Athena Yunani, dan Olimpiade 2008 di Beijing China. Penghargaan terhadap atlet peraih medali pun juga berlanjut, nilainya relatif konstan sama seperti olimpiade sebelumnya.
Di Olimpiade 1996, Indonesia meraih 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Satu-satunya emas diraih pasangan ganda putra Rexy Mainaky/Ricky Subagja, sedangkan perak disumbangkan pemain tunggal putri, Mia Audina. Adapun dua medali perunggu diraih juara Olimpiade tunggal putri sebelumnya Susi Susanti dan pasangan ganda putra Denny Kantono/Antonius Iriantho.
Sebagai rasa terima kasih dan penghargaan, KONI Pusat memberikan bonus dalam bentuk asuransi kepada para atlet peraih medali di Olimpiade Atlanta yang diperoleh dari para pengusaha yang memperhatikan para atlet yang telah berbuat banyak.
Bonus untuk pasangan Ricky Subagdja dan Rexy Mainaky yang meraih medali emas masing-masing mendapat uang tanggungan asuransi Rp500 juta. Mia Audina, yang meraih medali perak Rp250 juta, dan Susi Susanti yang mendapat medali perunggu Rp100 juta. Pasangan Denni Kantono/Antonius yang juga meraih medali perunggu masing-masing mendapat Rp75 juta.
Selain itu, peraih medali juga mendapat hadiah berupa rumah dan mobil. Mia Audina, Ricky Subagja dan Rexy Mainaky masing-masing mendapat sebuah rumah seluas 216 meter persegi di Kota Legenda, Bekasi dari pengembang perumahan tersebut. Adapun Rexy Mainaky dan Ricky Subagdja mendapat hadiah mobil Bimantara Cakra.
Di Olimpiade Sydney 2000, Indonesia meraih enam medali yang terdiri dari 1 emas, 3 perak, dan 2 perunggu. Medali emas disumbang pemain bulu tangkis ganda putra, Tony Gunawan dan Chandra Wijaya. Sementara perak dari tunggal putra Hendrawan, pasangan ganda campuran, Tri Kusharyanto dan Minarti Timur, serta atlet angkat besi Lisa Rumbewas. Adapun medali perunggu disumbang atlet angkat besi, Sri Indriyani, di kelas 48 kilogram dan Winarni di kelas 53 kilogram.
Di Olimpiade Sydney 2000, Pemerintah dan KONI kembali memberikan bonus untuk atlet yang telah mempersembahkan medali emas. Bonus bagi peraih medali emas dipatok Rp1 Miliar sama seperti olimpiade sebelumnya, namun jika pemain ganda bonusnya dibagi dua. Alhasil, peraih emas di Olimpiade Sydney, pasangan Chandra dan Tony, masing-masing menerima Rp500 juta. Sementara perak yang diraih pasangan ganda, Tri Kusharyanto dan Minarti Timur, masing-masing Rp200 juta. Perebut perak Hendrawan dan Lisa, masing-masing menerima Rp300 juta. Sedangkan peraih perunggu, Winarni dan Sri Indriyani, masing-masing Rp150 juta.
Pemberian bonus oleh pemerintah bagi kontingen Indonesia yang memperoleh empat medali terus berlanjut pada Olimpiade Athena 2004. Indonesia berhasil meraih satu emas, satu perak, dan dua perunggu. Pemain bulu tangkis tunggal putra, Taufik Hidayat, mempersembahkan satu-satunya emas untuk Indonesia, kemudian perak dari atlet angkat besi putri Lisa Rumbewas, dan dua perunggu dari bulu tangkis tunggal putra, Soni Dwi Kuncoro, dan pemain ganda putra, Flandy Limpele/Eng Hian.
Taufik Hidayat peraih medali emas Olimpiade Athena mendapat Rp1 miliar, sementara peraih medali perak Lisa Rumbewas memperoleh Rp500 juta, dan Sony Dwi Kuncoro peraih medali perunggu untuk perorangan Rp250 juta, sedangkan untuk ganda Flandy Limpele/Eng Hian masing-masing Rp175 juta.
Empat tahun berselang, di Olimpiade Beijing, China, kontingen Indonesia kembali meraih 1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu. Markis Kido/Hendra Setiawan mempersembahkan emas di cabang bulu tangkis ganda putra. Ganda campuran Nova Widianto/Liliyana Natsir meraih perak. Serta, tiga perunggu disumbang dari cabang bulu tangkis tunggal putri, Maria Kristin Yulianti, dan dari dua atlet angkat besi, yakni Triyatno dan Eko Yuli Irawan.
Pemerintah dan KONI memberi penghargaan sebesar Rp1,5 miliar untuk peraih medali emas di Olimpiade Beijing, pasangan Markis Kido dan Hendra Setiawan. Peraih medali perak, ganda campuran Nova Widianto/Liliyana Natsir, menerima Rp750 juta, sedangkan peraih medali perunggu, Maria Kristin, Eko Yuli Irawan, dan Triyatno, memperoleh masing-masing Rp300 juta.
Empat tahun berselang, meski Indonesia tak mendapatkan medali emas di Olimpiade 2012 di London, bonus tetap diberikan bagi atlet peraih medali. Triyanto yang meraih medali perak dari angkat besi mendapatkan uang tunai Rp400 juta, sementara itu Eko Yuli yang meraih perunggu mendapatkan bonus Rp200 juta. Sementara, pelatih dari kedua atlet angkat besi mendapatkan bonus sebesar Rp75 juta.
Pada olimpiade 2016, penghargaan bagi atlet peraih medali melonjak hingga lima kali lipat. Atlet Indonesia peraih medali mendapat bonus dari pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir yang meraih medali emas dari cabang bulu tangkis, mendapatkan masing-masing bonus senilai Rp5 miliar. Sementara, dua lifter angkat besi, Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni Agustiani yang meraih medali perak Olimpiade Rio mendapatkan masing-masing bonus senilai Rp2 miliar.
Bonus bagi atlet peraih medali susulan juga diberikan pemerintah Indonesia pada atletnya. Medali susulan diberikan pada atlet Indonesia setelah IOC membatalkan medali bagi atlet yang terbukti melakukan doping. Dua atlet peraih medali susulan itu adalah Lisa Rumbewas yang meraih perunggu di cabang angkat besi nomor 53 kg di Olimpiade 2008 dan Citra Febrianti yang meraih perak di cabang angkat besi pada Olimpiade 2012. Pemerintah memberikan bonus Rp200 juta kepada Lisa di ajang KOI Award 2007. Sementara itu, Citra mendapatkan bonus sebesar Rp400 juta dari Kemenpora pada Desember 2020 atau setelah 8 tahun berlaga di Olimpiade 2012.