Melonjaknya kasus harian positif Covid-19 disusul Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa dan Bali merupakan alarm serius yang harus disikapi semua pihak. Dalam kondisi seperti saat ini, masyarakat harus “bersiap hidup” bersama virus korona.
Oleh
Reza Felix Citra
·4 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Gavrie (12), siswa SD Eben Haezar Manado, meringis menahan sakit ketika disuntik vaksin Sinovac untuk Covid-19 pada hari pertama vaksinasi untuk anak di Manado, Sulawesi Utara, Senin (5/7/2021). Pemprov Sulut menarget 100.000 siswa di Sulut bisa tervaksinasi, 52.000 di antaranya di Manado.
Indonesia sedang berduka. Setiap hari ada saja berita sedih yang mengabarkan saudara, teman, kerabat ataupun tetangga yang jatuh sakit atau meninggal setelah berjuang melawan virus korona. Warga yang tinggal di dekat jalan besar, setiap hari bahkan menyaksikan intensitas ambulans yang lebih sering lewat yang frekuensinya tidak hanya sekali, kadang meningkat sampai 2–3 kali sehari. Virus korona menyerang tidak pandang bulu dan semakin hari semakin dekat saja dengan kita.
Saat ini Indonesia sedang mengalami gelombang kedua pandemi akibat virus korona yang dampaknya jauh lebih besar daripada gelombang pertama. Puncak gelombang pertama terjadi pada 30 Januari 2021, dengan jumlah harian mencapai 14.518 kasus baru dalam satu hari.
Namun, setelah Januari 2021 jumlah kasus berangsur-angsur menurun hingga pertengahan Mei 2021, dengan jumlah kasus harian sekitar 2.000 kasus baru per hari. Tren positif ini ditunjang dengan mulai meningkatnya jumlah masyarakat yang menerima vaksin. Dengan penurunan kasus yang terjadi Mei 2021 lalu, optimisme masyarakat juga meningkat bahwa pandemi akan segera berakhir.
Sebenarnya pemerintah sudah memberi sinyal peringatan bahwa kondisi penurunan kasus pada Mei 2021 belum benar-benar aman. Pemerintah pun membuat kebijakan peniadaan mudik lebaran di tahun 2021 ini. Namun, karena kebijakan peniadaan mudik dibuat jauh hari sebelumnya, ada sebagian masyarakat yang tetap melakukan perjalanan mudik jauh sebelum tanggal pemberlakuan peniadaan mudik diberlakukan.
Antisipasi arus balik masa lebaran pun dilakukan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Pemudik harus membawa hasil tes bebas Covid-19 ketika kembali dan dianjurkan melakukan isolasi mandiri selama beberapa hari setelah tiba dari luar kota. Pemerintah pun memperkirakan akan terjadi ledakan kasus baru beberapa pekan setelah lebaran. Prediksi tersebut terbukti dengan angka kasus baru Covid-19 mencapai di atas 34.000 per hari.
Upaya program vaksinasi yang diharapkan mempunyai peran besar dalam penurunan kasus pada gelombang pertama, sepertinya kurang berpengaruh pada gelombang kedua ini. Hal ini bukan karena vaksinnya yang kurang manjur, tetapi karena vaksin memang bukan untuk mematikan virus korona.
Vaksin membantu membangun antibodi, sehingga ketika orang yang sudah divaksin terkena virus korona, maka kondisinya tidak akan seburuk orang yang belum divaksin. Jadi orang yang divaksin tetap bisa terkena atau terpapar virus korona jika tidak mematuhi protokol kesehatan.
Saat ini pemerintah sedang berupaya agar jumlah orang yang divaksin bisa mencapai 1 juta orang per hari. Namun, banyak kendala yang menyebabkan hal ini tidak mudah untuk diwujudkan. Dari terbatasnya jumlah vaksin yang tersedia, keterbatasan tempat penyelenggaraan, sampai masih ada saja yang menolak untuk divaksin dengan berbagai alasannya.
Jumlah orang yang divaksin, memang sempat menembus satu juta orang per hari, namun jumlah ini belum bisa dipertahankan. Data yang dihimpun dari kawalcovid19.id, rekor terbanyak jumlah orang yang divaksin dalam 1 hari adalah 1,4 juta orang, yaitu pada 26 Juni 2021. Sampai saat ini, baru tiga hari saja jumlah orang divaksin lebih dari 1 juta dalam satu hari. Untuk rata-rata minggu pertama Juli adalah sekitar 700.000 orang per hari. Agak menurun dibandingkan rata-rata minggu terakhir Juni 2021 yang mencapai 800.000 orang per hari.
Upaya mencapai Herd Imunity
Di Indonesia, sampai 7 Juli 2021 sudah sekitar 34 juta orang yang menerima vaksin dosis pertama atau sekitar 12,5 persen dari total penduduk Indonesia sebesar 270 juta. Sementara, hingga 7 Juli 2021 baru 14,4 juta orang yang menerima vaksin dosis kedua berdasarkan data covid19.go.id. Untuk mencapai herd imunity, paling tidak jumlah yang divaksin harus mencapai 70 persen dari total penduduk.
Jika jumlah yang divaksin per hari sesuai target pemerintah yaitu 1 juta orang per hari, perlu sekitar lima bulan lagi baru tercapai atau sekitar pertengahan Desember 2021. Namun, jika jumlah yang divaksin sesuai keadaan saat ini (± 600.000 orang per hari), target 70 persen baru tercapai sekitar akhir April 2022. Untuk mencapai herd imunity paling tidak baru tercapai sebulan kemudian atau Mei 2022, setelah semua mendapatkan dosis kedua.
Apakah setelah herd imunity, virus korona akan hilang? Jawabnya belum tentu. Kemungkinan besar virus korona akan tetap ada, walaupun mungkin saat itu efeknya sudah tidak akan sedahsyat sekarang. Kenyataan ini membuat beberapa negara akan mengakhiri perang melawan korona dan mempersiapkan diri untuk hidup berdampingan dengan virus ini.