Berbagi Kuasa dengan Hyundai Creta
Hyundai Creta adalah SUV kompak andalan merek asal Korea Selatan yang diproduksi di Indonesia. Dengan fitur keselamatan dan sambungan dengan aplikasi Bluelink, penggunanya serasa terlindungi setiap berkendara.
Menyetir mobil sejatinya adalah memegang kuasa penuh atas tunggangan kita demi keselamatan diri dan orang lain. Namun pada kondisi tertentu kuasa itu bisa dibagi dengan sistem yang tersemat di mobil. Fitur-fitur pada Hyundai Creta memungkinkan hal tersebut. Menyetir jarak jauh sendirian tak terlalu mencemaskan karena mobil ini selalu terkoneksi dengan pusat layanan Hyundai.
Kompas sebenarnya sempat memenuhi undangan PT Hyundai Motors Indonesia untuk mencoba Creta di Bali pada 26-27 Januari 2022 silam. Acara itu diikuti oleh lebih dari 80 awak media dengan iring-iringan sekitar 40 mobil dalam pengawalan.
Kami mencoba performa mobil berjenis SUV berukuran kompak ke beberapa tempat wisata, seperti Uluwatu, Pantai Pandawa, Pantai Melasti, dan Kintamani selama dua hari. Uji coba yang terasa singkat itu melintasi berbagai kondisi jalan, mulai dari jalan tol, jalan berturunan tajam, berkelok, dan jalan bergeronjal.
Namun, karena harus bergantian menyetir dalam waktu relatif singkat, kesan pada rasa berkendaranya tak terlalu membekas. Pengalaman selonjoran menikmati matahari terbenam layaknya orang berduit di Cattamaran Beach Club, Pantai Melasti justru yang masih terkenang hingga hari ini.
Maka ketika Hyundai menawari pinjaman unit Creta selama sekitar lima hari mulai Selasa (28/2/2022) kami langsung mengiyakan. Mobil pinjaman yang kami bawa kali ini Hyundai Creta tipe Prime, yang tertinggi di antara tiga tipe lainnya. Tipe Prime ini dibanderol Rp 397,5 juta on-the-road DKI Jakarta dengan warna hitam.
Seperti ingin melengkapi pengalaman di Bali, Kompas menyetir Creta ini dari Jakarta ke Cirebon, Jawa Barat, pada Rabu (2/3/2022). Kejauhan kalau menyetir ke Bali. Rute keberangkatan nyaris sepenuhnya melintasi jalan tol Trans Jawa. Sebelum masuk tol, tangki bensin berkapasitas 40 liter diisi penuh bahan bakar beroktan 92, sesuai anjuran.
Arus lalu lintas tak terlalu ramai, terutama setelah pencabangan jalan tol layang Mohammed Bin Zayed di daerah Bekasi. Suspensi Creta yang cenderung kaku terasa kokoh melintasi sambungan-sambungan ruas jalan, sehingga guncangan di kabin minim saja. Tenaga mesin Smartstream G berkapasitas 1.500 cc empat silinder bisa dihela sedemikian rupa.
Di daerah Palimanan yang jalannya lurus, tenaga maksimum mesin 115 PS rasanya tercapai di putaran mesin sekitar 6.000 rpm. Ketika dihela sedemikian rupa, mesin terdengar meraung dari kabin. Tapi begitu melepaskan kaki dari pedal gas, kabin kembali senyap. Lagu-lagu rock Led Zeppelin yang dipasang dari ponsel yang terkoneksi Bluetooth lebih mendominasi, diiringi sayup-sayup suara gesekan ban pada jalan.
Ketika di permukaan jalan berjenis beton, suara ban terdengar lebih keras. Begitu melintasi aspal halus, suara musik yang terpancar dari delapan pelantang bermerek Bose jadi makin jelas. Petikan tipis-tipis gitar Jimmy Page pada lagu “All My Love” keluar dari center speaker yang tersemat di atas dasbor. Detail sekali.
Baca juga: Hyundai Perkenalkan Creta untuk Pasar Indonesia
Kenyamanan di kabin bisa melenakan. Betapa tidak, mencari posisi duduk terbaik terbilang mudah, meski belum elektrik. Setir bisa diatur ketinggian dan kedalamannya. Jok berbalut kulit itu berpori-pori sehingga bisa menyemburan hawa dingin. Semilir betul. Saking asyiknya menyetir, perjalanan itu tuntas tanpa sekalipun berhenti ngaso. Indikator kebugaran di layar instrumen pun belum menyarankan berhenti.
Perjalanan sepanjang 212 kilometer (km) itu tuntas dalam waktu 2 jam 39 menit. Data yang tercatat di aplikasi Bluelink menunjukkan, kecepatan rata-rata mobil 87 km per jam. Konsumsi bahan bakar yang tercatat di layar instrumen adalah 14,4 km per liter. Ini bukan angka yang mengagumkan. Kemacetan selepas pintu keluar tol Kota Cirebon hingga ke garis finis di penginapan mungkin berpengaruh. Selain itu, ketika di jalan tol, beberapa kali mobil ini digas penuh.
Pulang lebih jauh
Keesokan harinya ketika harus kembali ke Jakarta, kami memutuskan mengambil rute berbeda. Kami melewati Majalengka, sentra genteng Jatiwangi, menuju Sumedang. Jalur non-tol ini relatif sempit, melewati keramaian pasar, dan “berkawan” dengan truk serta angkutan umum, juga sepeda motor. Rute ini lebih jauh dibandingkan rute tol Trans Jawa.
Rute paling menantang adalah kawasan Cadas Pangeran di Kabupaten Sumedang. Jalannya menanjak, bertikungan tajam, dan relatif ramai. Kesabaran kerap diuji ketika berada di belakang truk besar yang kepayahan menanjak. Belum lagi banyak sepeda motor memanfaatkan momen “macet” itu untuk menyalip dari kanan maupun kiri.
Tantangan di Cadas Pangeran sepadan dengan pemandangannya. Sisi kiri jalan area berbukit itu adalah jurang curam sehingga persawahan berterasering di seberangnya tampak jelas. Apalagi, ketika melintas, hujan baru saja reda. Kabut tipis mengiringi perjalanan. Ini bukan “kabut polusi” seperti yang sering terlihat di Jakarta.
Selepas Cadas Pangeran, lalu lintas mulai lebih lancar. Semula, kami berencana melnjutkan rute non-tol ini melewati Jatinangor, dan baru masuk tol di Cileunyi yang langsung terhubung ke Jakarta. Ternyata, sebelum sampai Jatinangor, tepatnya di Kecamatan Pamulihan, seksi 1 jalur Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) sudah bisa dilewati. Kami langsung banting setir menjajal jalan tol yang baru diresmikan pada 25 Januari 2022 ini.
Pintu Tol Pamulihan terhubung langsung dengan jalan Tol Purbaleunyi, sehingga bisa langsung menuju Jakarta tanpa keluar jalan tol lagi. Sebelum masuk Tol Pamulihan, Kompas melirik data perjalanan di layar instrumen. Rute dari Cirebon melewati Cadas Pangeran hingga Pamulihan berjarak 107,5 km, ditempuh dalam watu tiga jam. Konsumsi bahan bakarnya 13,3 km per liter. Lumayan irit mengingat kepadatan lalu lintas di jalur mendaki yang dilalui sebelumnya.
Setelah hampir empat jam nonstop menyetir, badan mulai lelah. Kaki kanan terasa sedikit pegal karena berpindah-pindah antara pedal gas dan rem sedemikian sering. Kepenatan ini rasanya bakal berkurang andai saja alas jok bisa dimajukan menopang paha. Ukuran dudukan jok di Creta ini terasa kurang menyokong tubuh untuk perjalanan dalam waktu panjang.
Seperti terlindungi
Setelah rehat di KM 125, di daerah Padalarang, kami melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Kali ini, kami mau memanfaatkan betul fitur keamanan yang tersemat di mobil. Hanya dengan sentuhan pada beberapa tombol di bilah setir sisi kanan, perjalanan terasa lebih ringan.
Putaran setir bisa mengikuti marka jalan yang berbelok sekalipun. Tangan hanya perlu menyentuh roda kemudi ringan saja, tak perlu memutar-mutarnya lagi. Fitur ini bernama lane following assist (LFA). Posisi mobil stabil di tengah lajur jika mengaktifkan fitur lane keeping assist (LKA). Dua fitur ini, bersama fitur peringatan kemungkinan menabrak mobil di depan diatur oleh kamera yang terpasang di belakang kaca spion tengah.
Baca juga: Tampang Hyundai Creta yang Diluncurkan di GIIAS 2021
Kaki kanan yang tadinya penat itu bisa lebih rileks berkat fitur cruise control. Kaki kanan hanya perlu bersiap menginjak rem jika mobil di depan mengurangi lajunya. Pengaturan laju bisa diatur pakai jari. Andai fitur penjaga laju ini sudah bisa meyesuaikan dengan kecepatan mobil di depannya, rasanya menyetir bisa sambil bersila di jok, meski tidak disarankan.
Kepada fitur-fitur pengendalian itulah kuasa mengemudi dibagi. Pengemudi hanya perlu menjaga kewaspadaan pada hal-hal darurat; semisal ada mobil yang tiba-tiba memotong lajur, atau ada penyempitan jalan. Kewaspadaan memungkinkan berkelit dari kejutan. Urusan teknis seperti menjaga laju kecepatan, membelok, hingga mengatur ketinggian cahaya lampu sorot serahkan saja pada mobil. Ketika kebugaran badan berkurang, pembagian peran itu terasa efektif.
Selain itu, pemakaian fitur cruise control berpengaruh pada konsumsi bahan bakar, sebab putaran mesin cenderung lebih konstan. Sepanjang 115 km di jalan tol dengan nyaris sepenuhnya pakai cruise control, rata-rata konsumsi bahan bakarnya 24,6 km per liter di kecepatan rata-rata 73 km per jam. Total perjalanan dari Cirebon hingga Jakarta via Sumedang berjarak 284,9 km selama 6 jam dengan konsumsi bensin rata-rata 17,0 km per liter.
Semisal mengalami kerusakan di perjalanan, tinggal tekan tombol “B” di dekat lampu baca baris depan. Tombol itu akan terhubung dengan pusat pelayanan Hyundai. Petugas akan memberi tahu bengkel terdekat, atau bila perlu mengirimkan mekanik.
Di sebelah tombol itu, ada tombol lain bertuliskan SOS, untuk keadaan amat darurat seperti kecelakaan. Jika sampai kantung udara mengembang, petugas akan meneruskan kedaruratan itu kepada pihak berwenang seperti tenaga medis atau polisi. Posisi kendaraan otomatis terdeteksi.
Inilah cakupan fitur Bluelink yang aplikasinya ditanam di ponsel pemilik Creta. Jadi, meski berkendara sendirian, pemilik Creta seperti selalu “dikawal”. Aplikasi di ponsel juga bisa menyalakan mobil dari jarak jauh. Kami berhasil menghidupkan mesin lengkap dengan pendingin udaranya dari lantai lima gedung ketika mobil terparkir di area terbuka. Jika diparkir di basement, kadang baru berhasil jika Anda sudah dekat dengan mobil. Rasanya jadi siap jalan-jalan lagi.