Mapan, Matang, dengan Sentuhan Sensasi
Berada di generasi keempat sejak awal kehadirannya, Lexus GS bisa dikatakan sudah memasuki tahap mapan sebagai produk otomotif. Hampir semua aspeknya bisa dikatakan sudah matang dalam memenuhi kebutuhan pemilik dan penggunanya. Selain itu, pada varian F-Sport, ada bonus menanti bagi para pencinta berkendara.
Sejak awal kelahirannya tahun 1991, Lexus GS memang dikonsep sebagai sedan mewah berukuran menengah (mid-size luxury sedan). Sebagai perbandingan umum, GS berada di kelas yang sama dengan para pendahulunya asal Eropa, macam Mercedes- Benz E-Class, BMW Seri 5, dan Audi A6.
Namun, jangan bandingkan mereka dari segi popularitas, terutama di Indonesia, karena para pemain Eropa ini sudah hadir bertahun-tahun (dalam hal Mercedes-Benz dan BMW, puluhan tahun) lebih awal. Pengalaman Kompas menjajal mobil-mobil Lexus terbaru sejak awal tahun ini masih lazim dijumpai pertanyaan seperti ”mobil apa ini?” dari khalayak awam.
Pun demikian saat menjajal Lexus GS berputar-putar Jakarta dan sekitarnya selama beberapa hari, akhir Mei lalu. Walau begitu, Lexus GS generasi terbaru ini memiliki aura yang tak kalah dari para mobil ”mapan” Eropa tersebut.
Gagah dan tegap
Pertama-tama dari sisi eksterior yang tak pernah gagal membuat kepala orang menoleh, atau paling tidak matanya melirik, saat mobil ini melintas. Posturnya yang gagah (panjang 4,88 meter, lebar 1,84 meter, dan tinggi 1,455 meter) dan tegap dengan garis ”pundak” relatif tinggi, langsung menempatkan GS di kelas mobil-mobil mid-size premium.
Garis-garis desainnya di bagian samping yang tak diwarnai terlalu banyak pernik dan aksen, siluet atap yang cenderung datar, serta bingkai jendela belakang di pilar C yang membentuk kurva membulat, memastikan ini adalah mobil bagi mereka yang sudah bukan kanak-kanak lagi. GS memang diperuntukkan bagi mereka yang sudah berusia matang.
Meski memang desain wajahnya, yang menjadi ciri khas generasi terbaru Lexus dengan bentuk huruf X pada gril atau menyerupai gulungan benang (spindle grille), terasa begitu berbeda dengan konservatisme bodinya. Dipadu dengan lampu-lampu depan yang serba runcing dan menyipit, wajah GS ini menjadi sangat agresif, bahkan ada yang menyebutnya ”tampang robot”.
Beranjak ke dalam kabin, kita akan sadar bahwa ini adalah mobil yang dibuat bagi mereka yang sudah mapan dalam kehidupannya. Sedan yang didatangkan langsung dari Tahara, Aichi, Jepang, ini berlimpah fitur yang akan memanjakan pengendara ataupun penumpangnya.
Kursi berlapis kulit lembut nan wangi jelas sudah menjadi perlengkapan standar. Namun, lebih jauh dari itu, kursi-kursi ini juga dilengkapi ventilasi pengembus udara AC dan pemanas sebagai perlengkapan standar. Anda kira pemanas kursi ini tidak ada gunanya di udara negeri kita yang tropis? Tunggu sampai Anda bosan dan lelah duduk di mobil di tengah kemacetan Jakarta, lalu biarkan fitur itu memberikan sentuhan kehangatan pada bagian pinggang dan pinggul yang sudah pegal.
Untuk mencegah pegal karena duduk ini hadir lebih awal, dua kursi depan Lexus GS dilengkapi sistem pengaturan elektronik yang bisa mengatur posisi kursi ke 18 arah (16 arah pada varian F-Sport). Mulai dari posisi sandaran kepala, sandaran punggung, sandaran pinggang (lumbar support), sampai sandaran paha, semua bisa diatur ke tingkat paling sesuai dengan postur dan kemauan tubuh kita. Pastikan Anda hafal semua fungsi deretan tombol untuk mengatur urusan kursi ini saja.
Sensasi mengemudi
Unit uji kendara yang dijajal Kompas kali ini berasal dari varian F-Sport yang, sesuai namanya, memberikan berbagai sentuhan sensasi berkendara yang lebih sporty. Dari sisi tampilan luar, varian ini bisa dibedakan dari varian Luxury dengan kehadiran penutup gril bermotif jaring (mesh grille), desain velg yang lebih sporty dengan warna gelap, spoiler belakang, dan tentu saja logo F-Sport di bagian samping depan.
Di bagian interior, ciri varian ini adalah hilangnya panel kayu yang mencerminkan kemewahan. Alih-alih, bagian interior dilapis panel bernuansa metal yang sporty. Selain itu, layar hiburan navigasi pada varian F-Sport juga sudah berukuran 12,3 inci dan sistem audionya menggunakan besutan Mark Levinson dengan 17 pengeras suara.
Namun, semua tampang sporty itu tentunya tak akan berarti kalau mobilnya sendiri tidak memiliki karakter itu saat dikendarai. Di sinilah muncul keistimewaan GS.
Meski diperuntukkan bagi mereka yang sudah matang dan mapan, GS juga menyediakan diri bagi mereka yang masih mencintai mengendarai sendiri mobilnya. Itu sebabnya, performa mesin dan sensasi pengendalian masih menjadi hal penting untuk disajikan.
Varian yang kami coba ini adalah Lexus GS 200t, yang mengusung mesin bensin 4 silinder 2.0 liter (1.998 cc) dilengkapi turbo. Mesin ini mampu mengeluarkan tenaga maksimum 242 HP pada putaran mesin 5.800 rpm dan berkat peranti turbonya, torsi maksimum 350 Nm sudah bisa didayagunakan sejak 1.650 rpm sampai 4.400 rpm.
Tenaga mesin disalurkan ke roda belakang dengan transmisi otomatis 8 tingkat percepatan. Dan khusus pada varian F-Sport, pengemudi bisa memilih empat mode berkendara, yakni Eco, Normal, Sport, dan Sport+. Setiap perubahan mode akan membawa perubahan warna pada panel instrumen yang sudah berupa display elektronik. Warna merah menyala akan mengiringi mode Sport+.
Semuanya menjanjikan sebuah sensasi berkendara yang sayang untuk dilewatkan. Dan memang terbukti, saat Kompas menjajalnya, GS terasa cukup menyenangkan untuk dikemudikan di berbagai variasi medan jalan dan lalu lintas. Feeling mengemudi cepat didapatkan setelah mengatur posisi kursi dan roda kemudi sesuai postur tubuh. Ukuran mobil yang lumayan bongsor tak terasa begitu kita sudah melaju.
Performa mesinnya juga teruji. Saat diajak melaju di jalan tol yang sepi dan lengang pada suatu dini hari, mobil tanpa susah payah menembus kecepatan 200 kilometer per jam. Walau memang, semua dilakukan dengan cara Lexus: tetap lembut dan mengutamakan kenyamanan.
Bahkan bisa dikatakan nilai tertinggi berkendara dengan Lexus GS ini didapatkan saat kita menjelajah (cruising) dengan rileks, bukan dengan grusa-grusu penuh nafsu. Mobil akan terasa melayang seolah tak menyentuh tanah. Namun, di sinilah kita harus berhati-hati karena, dengan balutan kenyamanan ini, kadang tak sadar kecepatan mobil sudah hampir menyentuh kepala 2.
Di tengah segala kenikmatan ini, tetap ada sedikit hal yang mengganjal pada GS. Salah satu yang menonjol adalah kontrol jarak jauh seperti mouse komputer di bagian konsol untuk mengendalikan fungsi layar hiburan atau navigasi utama. Gerakan mouse yang juga ada di varian RX dan NX ini terasa kurang intuitif dengan gerakan kursor di layar.
Selain itu, walau menyandang nama Mark Levinson, kualitas audio pada unit yang kami coba ini juga terasa kurang istimewa. Opsi pengaturan suaranya juga terbatas, sekadar untuk mengatur tingkat bass, treble, dan mid-range.
Ah, tapi lupakan sajalah itu untuk sementara. Jalan di depan kembali sepi, saatnya untuk berpindah kembali ke mode Sport+, dan rasakan segenap sensasi kematangan Lexus GS!